Rasa

25 1 0
                                    

Joan's POV

Berada di dekat Deza membuat gue senang, namun juga susah menahan nafsu, lihat bibirnya, ingin gue menciumnya sampai ia mendesah di bawah gue. Lesung pipi, membayangkannya saja membuat gue tegang, bagaimana wajahnya bisa mempengaruhi pikiran gue?

Saat menyiksanya kemarin-kemarin gue tidak mau menciumnya, memikirkannya saja membuat gue kesal. Namun sekarang? Gue selalu ingin menjilat bibir manisnya. Berada jauh darinya membuat gue merasa tidak tenang. Kalau bisa, gue ingin tidur bersamanya setiap hari, memeluknya erat, tidak bangun dari atas kasur, walaupun matahari berganti dengan bulan.

Kenapa? Perasaan apa ini? Apa gue disantet? Dihipnotis? Atau ini level tertinggi dari pertemanan?

.

.

.

Libur akhir semester akhirnya tiba, gue sudah memesan tiket untuk berlibur dengan Deza selama 3 hari. Ia sempat menolak, namun gue tidak menerima penolakan.

Melakukan perjalanan jauh dari rumah,
Naik pesawat, kemudian melanjutkan dengan bus, ia terlihat kelelahan, kami terlalu pagi berangkat, sepertinya ia kurang tidur. Gue biarkan ia terlelap dalam mimpinya di bahu gue.

Hingga sampailah di villa pinggir pantai.
Dia yang awalnya menolak, kini tersenyum lebar melihat pemandangan di depan matanya.

Kami membereskan barang saat sampai di dalam Villa. Hanya terdapat satu kamar, ya memang itu yang gue mau. Dan sisanya dapur dan ruang santai tanpa sekat.

"Jangan lanjut tidur di situ" Ucap gue melihat Deza yang tidur di sofa.

"Ngantuk" Ucapnya.

Kemudian gue menggendongnya masuk ke kamar, ia yang kaget memeluk leher gue takut terjatuh.

Gue menaruhnya di kasur, namun gue gagal menjaga keseimbanga.

Deg

Gue berada di atas Deza yang melihat ke arah gue. Mata kami bertemu pandang dengan jarak se dekat itu hampir hidung kami bersentuhan. Gue yang terbawa suasana semakin menurunkan wajah gue, ah tapi sial, ia menolehkan kepalanya dan mendorong dada gue membuat gue ikut terlentang di sampingnya. Hening membuat gue terlelap dalam tidur.

.

.

.

Gue terbangun saat hari mulai sore, tidak ada Deza di samping gue. Gue keluar dan mencarinya.

Sebuah pantai yang sangat indah, air laut yang jernih dengan pasir putih halus yang terlihat terkena air laut. Pulau-pulau kecil seperti mengapung di atas permukaan air.

Gue memandang wajah yang terkena cahaya matahari sore tersebut. Bulu matanya nampak lentik berkilau bersama pupil matanya.

"Lo suka?" Tanya gue, mendekat.

"Iya, thanks udah ajak gue ke sini" Ucapnya, gue mengelus rambutnya membuat ia menoleh ke arah gue, menatap gue sebentar kemudian menundukan kepalanya.

"Ayo main air" Ucapnya berlari menuju pantai.

Gue mengikutinya di belakang.

Ia menggali-gali pasir, kemudian membentuknya seperti sebuah istana di tengah danau, kemudian dengan usil gue datang.

"Ksatria berkuda datang untuk menyelamatkan tuan putri!" Ucap gue menendang istana yang sudah ia bangun.

Ia yang kesal melempar gue dengan pasir tapi gue menghindar. Ia mengejar dan lemparannya mengenai gue, sebutir pasir masuk ke mata gue, gue mendesah dan menguceknya.

(BL/BxB) Kita Ini Apa? What Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang