1000 Nyawa di 1 Raga

9 1 0
                                    

Jumat, 21 April 2023

Saat usiaku baru menginjak 5 tahun, kakek menceritakan sebuah kisah yang pernah dialami oleh saudara laki-lakiku. Kakek bercerita jika saudara laki-lakiku pernah menangis kencang karena melihat sesosok wanita tua jelek berkebaya yang tengah duduk termenung di rumah kosong bertingkat dua yang berada tepat di belakang rumahnya. Saat itu, saudara laki-lakiku baru berusia 6 tahun, dia belum bisa melakukan apa-apa selain menangis ketakutan.

"Hahhh" aku menghela nafas pelan. Entah mengapa aku bisa mengingat cerita dari kakekku yang bahkan sekarang sudah berada di liang lahat. Atau haruskah aku merasa senang? Ternyata ingatanku begitu tajam meskipun cerita itu sudah tersampaikan 20 tahun yang lalu. Yeahh, kalian harus tahu jika usiaku sekarang sudah lumayan tua, tepatnya 25 tahun. Tapi tentunya saudara laki-lakiku berusia lebih tua daripada aku. Dia bahkan akan segera menimang cucu.

Lupakan saja apa yang sudah aku ceritakan di atas. Sekarang aku harus segera bersiap karena 1 jam dari sekarang aku akan datang ke sebuah pesta yang diadakan oleh pihak kampus.

"Mala cepat! Teman-temanmu sudah datang menjemput."

Itu adalah suara ibuku, sangat nyaring dan cerewet. Daripada aku, ibu lebih semangat menyiapkan ini dan itu untuk datang ke pesta. Huh! Padahal aku loh yang diundang, bukan dia.

"Mala astaga cepat! Kasihan temanmu menunggu lama."

"Iya buu, Mala masih berdandan supaya makin cantik" balasku. Tepat setelah aku berkata demikian, suara ibu tak terdengar lagi. Baguslah.

Aku melihat ke arah cermin, meneliti apakah penampilanku masih ada yang kurang. Setelah dirasa semuanya telah siap, aku bergegas menghampiri teman-teman. Oh lihat! Kami sangat serasi dengan balutan kebaya berwarna putih. Pesta yang akan kami hadiri bukanlah pesta biasa. Pihak kampus mengadakan pesta untuk ulang tahun kampus sekaligus perayaan hari Kartini. Itulah sebabnya kami memakai kebaya.

"Bu, Mala dan teman-teman berangkat ya."

"Umm.. bisakah kalian menunggu sebentar lagi? Hati ibu tiba-tiba berubah gusar."

"Ibu bagaimana sih? Tadi teriak-teriak menyuruh Mala supaya bergegas."

"Aduh, ibu juga tidak tahu. Ibu hanya khawatir."

Salah-satu temanku yang bernama Rani melangkah mendekati ibu. Dia menggenggam tangan ibuku sembari berkata, "ibu tenang saja, Rani akan berkendara dengan hati-hati. Doakan saja supaya kami selamat sampai tujuan."

"Tentu ibu akan mendoakan kalian. Yasudah, berangkatlah. Maaf ibu sempat mengulur waktu kalian". Ucap ibuku sembari mengelus lembut kepala Rani.

Aku dan ketiga temanku berangkat setelah berpamitan kepada ibu. Aku duduk di bangku belakang bersama temanku yang bernama Fina. Sedangkan Rani sebagai pengemudi, ditemani oleh Salsa yang duduk di sampingnya. Selama di perjalanan, sesekali kami mengobrol dan bernyanyi. Sampai tiba-tiba Salsa membuka suara membahas suatu hal.

"Aku ikut merasa resah. Mala, biasanya firasat orang tua tidak pernah salah" ucapnya.

"Berdoa saja supaya perjalanan dan kegiatan kita hari ini dilancarkan oleh Tuhan" balas Rani.

Fina ikut menimpali, "berfikir positif Sal. Kita pasti akan baik-baik saja."

"Ya, berfikir positif saja sal" ucapku mengikuti.

Setelah itu tak ada lagi percakapan diantara kami. Aku juga langsung menoleh ke arah samping, melihat pemandangan luar yang dipenuhi oleh cahaya melalui jendela mobil. Tiba-tiba aku teringat jika jalan yang tengah kami tempuh ini akan melewati rumah saudara laki-lakiku. Aku berharap bisa melihat sepupu kecilku yang masih berusia 5 tahun. Yang aku maksud adalah anak bungsu dari saudara laki-lakiku. Kalian paham yang aku maksud kan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia Dengan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang