45 7 16
                                    

Kejadian kemarin benar-benar membuat Kane dan Louis marah, mereka mengomel sepanjang perjalanan kembali ke asrama. Bahkan setelah Morris mentraktir mereka banyak jajanan hingga dompetnya menipis, Louis tetap saja mengomel.

Hari ini hari Minggu, sudah dua hari sejak Janice membawa pergi buku Ellery, dan besok adalah waktu bagi Janice untuk mengembalikannya.

"Heh, McCarthy, kalau besok si Taylor itu tidak mengembalikan bukunya, aku akan membakar kamarmu, sungguh," ancam Kane.

Sebagai informasi, murid dan guru yang masuk ke Akademi Wiboves tinggal di sebuah asrama dengan satu kamar untuk setiap orang. Gedung asrama Wiboves terletak tidak jauh dari gedung akademi, mungkin hanya sekitar lima menit berjalan kaki.

"Baiklah, maafkan aku, Everly. Maafkan aku, Horison. Aku akan menagih bukunya, jadi jangan khawatir."

Nanti malam, jika sempat, Morris berencana pergi ke asrama putri untuk menemui Janice. Ia sungguh tidak sabar untuk membaca buku itu, mengingat banyak informasi penting di dalamnya, dan khawatir kalau Janice ternyata tidak bertanggung jawab.

Ting Tong.

Saat sedang sibuk dengan pikirannya, bel kamarnya berbunyi, membuat ketiganya menoleh.

"Buka, McCarthy. Ini kan kamarmu," kata Kane.

Morris beranjak membuka pintu dan mendapati seorang satpam di depan pintu, menyerahkan sebuah amplop.

"Ada surat untuk Morris McCarthy," kata satpam tersebut. Morris segera mengambil amplop itu sambil menunduk. "Terima kasih banyak," katanya, lalu menutup pintu setelah satpam itu pergi.

"Surat dari siapa? Tak biasanya kau menerima surat di awal semester seperti ini," tanya Louis.

"Entahlah."

Tangan Morris bergerak membuka segel amplop, lalu ia mengeluarkan selembar kertas dari dalamnya. Di atas kertas putih polos itu, terdapat sebaris kata-kata:

Datanglah ke tempat latihan outdoor Akademi setelah makan malam.

- Janice Taylor

Melihat isi surat itu, Morris refleks memasukkan kertas kembali ke dalam amplop dan langsung mengantonginya.

"Surat dari siapa?" tanya Louis.

"Tidak ada, mungkin hanya orang iseng. Isinya kosong," jawab Morris.

"Kosong?" tanya Kane heran, yang dijawab anggukan oleh Morris.

"Sudah waktunya makan siang. Ayo."

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, dan makan malam baru saja selesai.

Setelah memastikan Kane dan Louis masuk ke kamar masing-masing, Morris bergegas menuju tempat latihan outdoor, seperti yang dikatakan Janice dalam surat.

Begitu sampai, mata Morris menyusuri lapangan latihan hingga ia melihat seorang gadis berpakaian tidur putih sedang duduk di gazebo.

Morris langsung berjalan menuju gazebo, dan begitu Janice menyadari kehadirannya, ia segera menyerahkan buku yang dipegangnya kepada Morris. Setelah mengucapkan terima kasih, Morris hendak berbalik kembali ke asrama. Namun, pertanyaan Janice membuatnya berhenti dan kembali menghadapnya.

"Apakah kau tidak penasaran dengan Erneide?" tanya Janice.

"Tidak terlalu. Kenapa?"

"Apakah aku akan dianggap gila jika mencari akademi itu?" Pertanyaan Janice kali ini membuat Morris mengerutkan dahinya.

"Mencari? Erneide ada di kota Ellery. Ellery itu sangat jauh dari Riverfield. Jangan bercanda. Lagi pula, yang bisa membukanya hanya keturunan asli leluhur Ellery," jawab Morris.

"Faktanya, aku akan pergi mencari Erneide. Ada sesuatu di sana yang harus kutemukan, tidak peduli jika aku harus menyeret keturunan asli mereka jika kutemukan."

Ucapan Janice membuat Morris semakin heran. Apa maksud Janice?

"Lalu, apa tujuanmu memberitahukan keinginanmu itu padaku?" tanya Morris.

"Aku ingin kau ikut berpartisipasi mencarikan Erneide denganku."

"HAH??!!!"

Suara keras dari balik dedaunan membuat Janice dan Morris terkejut. Sepertinya Morris mengenali suara ini.

"Kane, Louis, keluarlah dari persembunyian kalian," katanya. Tidak lama kemudian, dua orang muncul, yang rupanya telah menguping pembicaraan antara Morris dan Janice.

"Bukankah kalian tahu bahwa menguping itu salah?" tanya Morris dengan datar.

"Maafkan kami. Tapi, setelah menerima surat tadi, gelagatmu sangat aneh. Jadi aku dan Louis memutuskan untuk mengikutimu," jelas Kane, membuat Morris menghela napas dan memijat kepalanya, frustrasi.

Beberapa detik keheningan, hingga tiba-tiba Janice berkata, "Kalau begitu, ikutlah denganku mencari Erneide."

"Kau serius dengan permintaanmu itu? Janice, iya kalau akademi itu benar-benar ada. Kalau tidak, dan kita sudah sampai di Ellery??!" seru Morris.

"Aku akan bertanggung jawab. Aku tidak mungkin pergi sendirian ke Ellery, kan?"

Helaan napas Morris kembali terdengar, hingga satu suara lagi membuatnya semakin frustrasi.




"Aku akan ikut denganmu, Taylor!"

"KAU GILA?!!"

"KAU GILA?!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ERNEIDE : The Hidden Magical Academy [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang