03

2.2K 157 8
                                    

...

Langit sore mulai berubah jingga saat Jeongwoo duduk di bangku taman kanak-kanak sambil mengayun-ayunkan kakinya dengan gelisah. Matanya yang bulat menatap jalanan, berharap sosok mamanya segera muncul untuk menjemputnya. Namun, yang muncul justru Haruto, teman mereka yang suka usil.

"Kenapa mama belum jemput... aku mau pulang," rengek Jeongwoo dengan suara lirih.

Haruto yang mendengar itu langsung menyahut dengan nada mengejek, "Jangan nangis, cengeng banget sih kamu! Kayak bayi aja."

Jeongwoo semakin cemberut, matanya mulai berkaca-kaca. Junghwan yang duduk di sebelahnya langsung menatap Haruto tajam dan menegurnya, "Diem, Boruto! Jangan bikin Jeje nangis! Nanti kamu aku pukul, mau?"

Haruto tersenyum sinis lalu mendekat pada Junghwan. "Kamu mau ngajak berantem? Ayo aja aku mah, gaskeun!" tantangnya dengan percaya diri.

Junghwan sudah bersiap akan mendorong Haruto, tapi tiba-tiba merasa tasnya ditarik pelan oleh Jeongwoo. Ia menoleh dan melihat wajah Jeongwoo yang memelas. Seketika, ia teringat ucapan mamanya yang melarangnya membuat masalah. Tarikan lembut Jeongwoo mengingatkannya bahwa ia harus menahan diri.

Dengan helaan napas panjang, Junghwan menarik tangan kembarannya menjauh dari Haruto. Namun, sebelum pergi, ia sempat melirik Haruto dengan tatapan mengancam. Haruto hanya tertawa kecil dan tetap menunjukkan bahwa dirinya tidak takut.

Junghwan kemudian membawa Jeongwoo ke deretan kios makanan ringan di taman itu. "Ayo kita cari jajan. Biar kamu nggak rewel lagi," bujuknya. Untungnya, Jeongwoo langsung mengangguk, menandakan bahwa rencana menyogoknya berhasil.

"Aku mau mochi toeng toeng!" seru Jeongwoo sambil menunjuk kios mochi yang berada di seberang jalan.

Junghwan menggenggam tangan Jeongwoo erat saat mereka menyeberang jalan. Begitu tiba di seberang, Jeongwoo langsung berlari kecil menuju kios mochi tanpa memperhatikan jalan. Tanpa sengaja, tubuh mungilnya menabrak seorang remaja laki-laki yang sedang berjalan santai. Jeongwoo hampir terjatuh ke depan jika saja lelaki itu tidak sigap menahannya.

"Jeje!" panggil Junghwan panik sambil berlari menghampiri kembarannya.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya remaja itu dengan ekspresi khawatir.

Jeongwoo menggeleng cepat. "Aku nggak apa-apa kok! Maaf ya, om. Aku nggak sengaja," ucapnya dengan polos.

Lelaki itu langsung memasang ekspresi terkejut. 'Buset! Gue masih muda dan tampan gini dipanggil om? Setua itu kah gue? Padahal masih sekolah loh ini,' batinnya tertekan.

"Panggil kakak aja deh, jangan om. Kesan-nya tua banget gue," ujarnya sambil tersenyum.

"Oh, iya kak! Sebagai permintaan maaf, gimana kalau aku traktir mochi?" tawar Jeongwoo dengan senyum manis.

Lelaki itu tersenyum gemas melihat bocah kecil yang tampak seperti tuyul kaya. Rasanya ingin membawa anak ini pulang dan disimpan di dompet.

"Emangnya kamu punya uang?" tanyanya menggoda.

"Aku punya ini." Jeongwoo mengeluarkan kartu hitam dari sakunya dan menyodorkannya dengan bangga.

'Lah, buset kaya juga nih bocah!' pikir lelaki itu sambil melirik kartu eksklusif yang disodorkan.

"Ayo aku traktir.. Juju, ayo!" seru Jeongwoo sambil menarik tangan kembarannya menuju kios mochi.

Setelah membeli mochi, mereka bertiga duduk di bangku panjang di depan kios. Mereka mulai mengobrol dan bercanda bersama, seperti kakak dan adik yang sudah lama saling kenal.

"Oh iya, nama kakak siapa?" tanya Junghwan sambil menggigit mochinya.

"Jaehyuk. Yoon Jaehyuk. Kalau kalian namanya siapa?"

"Aku Junghwan, panggilannya Juju," jawab Junghwan bangga.

"Aku Jeje! Kembarannya Juju!" Jeongwoo menyahut cepat.

Jaehyuk tertawa kecil mendengar nama panggilan unik mereka. "Kenapa kalian cuma berdua? Orang tua kalian ke mana?"

"Kita lagi nunggu mama jemput. Tapi... itu mama! Mama kita di sini!" seru Jeongwoo sambil melambaikan tangannya ketika melihat sosok Hyunsuk muncul di kejauhan.

Hyunsuk bergegas menghampiri dua anaknya yang sedang duduk dengan pria asing. Tatapannya penuh rasa khawatir, takut terjadi sesuatu pada dua tuyul kesayangannya itu.

"Kenapa kalian di sini?! Terus dia siapa?" tanyanya tegas sambil melirik Jaehyuk.

Jeongwoo buru-buru menjelaskan, "Itu... tadi Juju mau ajak Jeje beli mochi, tapi Jeje nggak sengaja nabrak kakak ini." Ia menunjuk Jaehyuk. "Namanya Kak Jaehyuk. Dia baik kok!"

Hyunsuk akhirnya merasa lega setelah tahu pria asing itu tidak melakukan hal buruk kepada anak-anaknya.

"Terima kasih sudah menemani anak-anak saya," ucap Hyunsuk sopan.

Jaehyuk tersenyum. Namun, saat pandangan mereka bertemu, Jaehyuk merasakan sesuatu yang aneh. Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Perasaan canggung yang jarang ia alami muncul begitu saja.

Ia memperhatikan wajah manis Hyunsuk dengan seksama. Entah kenapa, rasanya ia pernah melihat wajah ini di suatu tempat. Namun, ia tidak bisa mengingat di mana atau kapan pertemuan itu terjadi.





















[2] Papa - hoonsuk✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang