Malam buta minim cahaya menjadi saksi ketika perempuan tanpa akal itu terseok-seok membawa perut buncitnya di jalanan yang sangat lengang.Dia tidak tahu harus pergi ke mana, sementara rasa sakit seperti hendak mencabut nyawanya dari badan.
Dalam gelapnya dunia, dia berteriak kesakitan ketika makhluk di dalam perutnya seperti tidak sabar untuk segera terlahir ke bumi.
Perempuan itu tidak sanggup lagi melangkah. Dia memilih untuk merebahkan diri di tanah yang kotor.
Cairan asing dan tidak dia kenali merembes dari bagian bawah tubuhnya dan membasahi rok hitam kusam dan sudah robek di beberapa bagian.
Lolongannya semakin mendirikan bulu roma, sampai akhirnya sepatah kata melompat dari mulutnya.
“Ibu ….”
Kata itu seperti menampar ingatannya kuat. Dia meraung antara sedih dan rasa sakit yang teramat sangat.
“Tolong … aku … Ibu ….”
Teriakannya hanya dijawab oleh desiran angin malam dan gesekan ranting pepohonan yang saling beradu satu sama lain.
Tidak cukup sampai di sana, gerimis mulai berjatuhan membasahi tubuh kotornya. Tangisan kesakitan dari perempuan itu kian tidak terbendung.
"Ibu ...."
Entah perempuan tua mana yang dia panggil Ibu, sehingga ratapannya terasa begitu menghunjam jantung.
Rasa mulas di perutnya kian menjadi-jadi. Dia kembali mencoba bangkit dengan sisa-sisa kekuatan yang mendekam di dalam tulangnya.
Kaki kurusnya melangkah setapak demi setapak, sementara tangannya berusaha menahan beban perut yang terasa berat.
Sepuluh menit berjalan, napasnya sudah seperti mau putus. Di saat itu, dia melihat sebuah gubuk buruk yang sudah tidak layak huni.
"Ibu ...."
Dia seperti melihat jalan pulang ketika gubuk itu tersenyum menyambutnya. Dia pun berteriak riang, tetapi hanya sesaat karena rasa sakit kembali meraja.
"Sakit ...."
Tangannya yang kotor dan bau menggaruk-garuk rambutnya yang awut-awutan. Beberapa tusuk sate menempel di rambutnya yang bercampur tanah itu.
Begitu tubuhnya bersandar ke dinding gubuk, rasa mau buang air besar sudah tak tertahankan lagi. Dia mengejan dengan sangat kuat.
Jeritannya menggema di dalam bangunan buruk rupa tersebut.
Teriakannya berlomba-lomba dengan suara binatang malam yang mungkin terkejut mendengar jeritannya.
Lalu, sesuatu yang membuatnya menderita selama ini, terlahir ke bumi disertai dengan pekikan khas manusia orok yang lemah tidak berdaya.
Perempuan yang kehilangan kewarasannya itu perlahan-lahan merasakan tubuhnya ringan dan lega. Beban berat yang selama ini hinggap, seperti lenyap begitu saja.
Tangisan sang bayi yang tidak jelas jenis kelaminnya itu membuatnya terusik. Namun, tubuhnya terasa lemah untuk sekadar memeriksa makhluk mungil tersebut.
Dia juga bingung dengan kondisinya. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Tali pusar masih menyambung antara dia dan bayinya.
"Ibu ...."
Suaranya kian lemah. Dia kehabisan tenaga.
Sebelum ajal berpantang mati, begitu pepatah lama mengatakan, mendadak muncul sesosok tubuh tinggi dan tegap di depan pintu pondok.
Dia menatap tajam ke arah si perempuan gila yang terbaring di tanah yang kotor.
Sosok tersebut merupakan seorang lelaki berwajah tampan. Dia mendekati sang perempuan, lalu jongkok di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Gila Yang Melahirkan
Mystery / ThrillerPerempuan Gila Yang Melahirkan Aku menyaksikan perempuan gila itu melahirkan di sebuah gubuk buruk. Sudah lama kuintai dan kuamati diam-diam. Bukan tanpa maksud kenapa aku melakukan itu. Aku yakin, tidak akan ada yang peduli dengannya. Aku hanya cem...