"Dia pingsan!"
Morgan yang di bawah menatap ke atas dan melihat Aicel yang pingsan dan tidak sadarkan diri. Morgan tertawa kecil melihat keadaan Aicel yang menurut dirinya begitu lucu sekali. Gadis itu pingsan?
"Dia pingsan kenapa?" tanya Morgan, jarinya membelai wajah cantik Aicel yang begitu mulus dan indah sekali. Hem ... Morgan ingin sekali menyentuh Aicel terus menerus.
"Aku membuka celanaku dan memperlihatkan milikku yang begitu besar di depan wajahnya, ia langsung pingsan dan menangis. Memang gadis polos sekali, kita beruntung bertemu dengann wanita polos seperti dia bukan?" tanya Morgan, membelai payudara Aicel yang masih terbuka dan belum tertutup oleh pakaian Aicel.
"Hem .... Aku tidak menduga kalau dia akan pingsan. Ini belum seberapa, dia belum dibawa ke ruangan merah. Tapi dia sudah pingsan duluan. Hihihi... bagaimana kalau kita membawa dia ke ruangan merah. Apakah dia akan pingsan dan ketakutan seperti ini juga?" Heros memasangkan kembali kemeja Aicel.
"Dia pasti lebih takut. Pakai kembali celanamu Heros! Kau sudah tahu gadis yang kita culik ini, tidak seperti para gadis yang kita beli di klub malam yang memang sudah mau menjual tubuhnya. Kau terlalu gegabah sekali, langsung membuka celanamu itu dan meminta dia memuaskan milikmu." Morgan memasang celana dalam Aicel.
Lalu dia menggendong Aicel menuju kamar utama di rumah ini. Yang memang khusus kan di mansion ini untuk kamar utama dan berbeda dari kamar mereka. Mereka bisa tidur bersama di kamar utama, atau membawa Aicel ke kamar mereka masing-masing juga bila ingin.
Morgan membaringkan Aicel di atas ranjang. Matanya menatap wajah cantik Aicel yang menjadi wadah dirinya dan Heros untuk mendapatkan anak. Keduanya tidak mau menikah, keduanya lebih suka berpetualang dan mencari wanita yang menjadi teman tidur mereka berdua.
"Kau memang indah dan begitu cantik sekali. Heros, coba kau bayangkan, setampan apa anak kita nanti."
Morgan menoleh pada Heros yang duduk di sofa dalam kamar dengan gelas wine yang ada di tangannya, menggoyangkan gelas wine tersebut beberapa kali.
"Tentu saja sangat tampan sekali, memangnya kau mengira kalau anak kita akan jelek begitu? Hei! Anak kita tampan. Aku tampan, kau tampan, lalu dia-- tunjuk Heros pada Aicel yang masih pingsan -- Dia sangat cantik sekali. Pastinya benih kita tidak akan gagal dan tidak jelek dan bisa menjadi pewaris yang kita inginkan tanpa perlunya ada pernikahan."
Morgan tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh sahabat sekaligus sepupunya ini. Ya. Mereka berdua sahabat dan sepupu yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Keduanya dari kecil selalu saja berteman dan melakukan banyak hal gila bersama. Termasuk— mengelabui orang tua mereka dengan sikap mereka yang baik dan begitu sopan.
"Kau benar, kita memang tidak salah memilih gadis yang mengandung anak kita. Hem, aku sudah tidak sabar untuk menyentuhnya dan membuatnya hamil." Kata Morgan, perlahan tangannya yang tidak bisa diam, membelai kaki mulus Aicel.
Sampai ke paha gadis itu. Morgan menyingkap rok Aicel, lalu menatap pada bagian intim Aicel. Hem... sangat indah sekali. Rapat dan harum. Morgan menjadi ketagihan bermain di bagian intim merah muda tersebut.
"Sangat indah dan rapat sekali. Heros, kau tidak mau melihatnya? Dimasuki oleh milik kita berdua bagaimana?" tanya Morgan, melebarkan paha Aicel, lalu mengarahkan bagian intim Aicel ke Heros.
Heros menjilat bibirnya melihat bagian intim Aicel yang memang menggoda sekali, ia ingin memasukan mainannya ke dalam lubang Aicel lalu menghentak miliknya dengan kasar ke lubang Aicel juga. Ahh, membayangkannya saja sudah membuat dirinya merasa senang dan ingin segera melakukannya.
"Sempurna." Puji Heros menyeringai.
Morgan tertawa kecil, lalu dua jarinya perlahan mencoba untuk masuk ke dalam lubang Aicel.
"No! Morgan, jangan lakukan itu. Lebih baik saat dia sadar dan menikmati apa yang kita lakukan padanya." Heros tidak suka bermain dengan wanita yang pingsan dan tidak sadar dengan apa yang dilakukan.
Morgan menjauhkan kedua jarinya, menutup tubuh Aicel dengan selimut. Lalu berjalan menuju Heros. Duduk di kursi samping Heros, mengambil botol wine menuangkan isinya ke dalam gelas yang ada di atas meja.
Morgan menggoyang pelan gelas wine sebelum menyesap wine yang ada di dalam gelas. Hem... rasanya sangat nikmat sekali sembari menatap pada gadisnya yang berbaring begitu nyenyak di atas ranjang.
"Orang tuamu terus saja menelepon."
Morgan menoleh sebentar pada Heros. "Biarkan saja. Mereka memang tidak punya pekerjaan lain." Abai Morgan, tidak terlalu peduli dengan orang tuanya.
"Kau tidak mau pulang?" tanya Heros.
"Untuk apa? Membiarkan kau senang-senang sendirian dengan Aicel? Aku tidak bisa membiarkan itu Heros. Aicel harus tahu kalau sentuhanku sangat hebat sekali. Kapan aku bisa memasukinya?" Morgan mengelus pelan miliknya. Matanya menatap pada Aicel yang berbaring.
"Sabarlah. Kau tidak bisa untuk langsung memasukinya, melihat kejantanan lelaki saja dia langsung pingsan. Memang wanita polos."
"Tapi yang polos itu sangat menyenangkan sekali untuk dihajar dan diberikan sebuah pemahaman tentang seks dan betapa nikmatnya seks." Morgan mengusap dagunya.
"Kau benar sekali Morgan. Aku sudah bosan dengan wanita liar dan suka untuk menggoda lebih dulu. Ahh, wanita seperti itu sudah biasa. Tidak menyenangkan dan tidak menantang. Aicel! Dia memang sebuah keberuntungan kita mendapatkan gadis itu. Dia tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun, lalu dia masih perawan sekaligus cantik sekali. Bagaimana bisa dia menyia-nyiakan tubuhnya yang cantik dan menggoda itu untuk tidak dijual dan mendapatkan uang yang banyak?"
Morgan tergelak. "Kau tahu istilah gadis baik-baik dan menjunjung harga dirinya setinggi langit. Itu dia! Tapi sayang sekali, dia tetap kehilangan keperawanannya dengan cara yang tidak diinginkan olehnya."
"Sayang sekali, jadi, dia ada pernikahan impian begitu?" tanya Heros tersenyum mengejek.
"Oh! Tentu saja! Kelihatannya dia memang ada pernikahan impian yang dia inginkan sekali. Namun sangat disayangkan sekali, pernikahan impiannya tidak pernah terwujud. Sampai bosan? Bagaimana?" tanya Morgan pada Heros.
"Tentu saja. Sampai bosan seperti biasanya. Kalau sudah bosan dan kita mendapatkan anak darinya. Maka bunuh dan potong tubuhnya, lalu buang. Jangan sampai dia merepotkan kita." Ujar Heros begitu enteng, berdiri dan keluar dari dalam kamar utama dan menuju kamarnya.
Morgan yang masih di sana tersenyum sinis. "Sampai bosan dan bunuh. Hahahah!" gelak Morgan yang begitu menyeramkan ketika di dengar dan dilihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HASRAT LIAR DUA CEO
Romance#EROTIC #DEWASA #THREESOME Aicella Terefian- menyesal jalan sendirian di sebuah gang sempit. Ketika dirinya baru pulang dari bekerja. Ia diculik oleh dua orang lelaki yang tidak dikenal olehnya. Lalu dibawa ke mansion yang mewah dan besar. Dijadikan...