Bagian 1

34 3 1
                                    

"Kamu beneran ndak apa-apa, kerja sebagai pembantu kaya Budhe disini, nduk? Ndak ingin cari kerjaan lain?" Tanya Wartini sekali lagi. Memastikan jika Aira, yang masih mempunyai hubungan kerabat dengannya benar-benar yakin ingin bekerja sepertinya sebagai asisten rumah tangga di kota.

Aira mengangguk mantap, "Yakin Budhe. Lagi pula aku nggak ada tujuan lagi, ijazah kan cuma smp, aku juga nggak kenal siapapun di sini." ungkapnya dengan suara pelan. Matanya menatap ujung kakinya yang terbalut flat shoes yang sudah agak usang. Tangannya bertaut cemas sambil menatap wanita paruh baya itu sungkan.

"Aku janji bakalan kerja sebaik mungkin dan nggak akan bikin budhe malu." Lanjutnya meyakinkan. Wartini menghela napas dan mengangguk.

"Ya sudah, ayo masuk.. budhe kenalkan sama majikan budhe." Wartini menggiring Aira masuk ke dalam rumah mewah dan luas yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Aira terus masuk ke dalam mengikuti budhenya sambil menyembunyikan decak kagumnya dalam hati, saat melihat rumah yang benar-benar indah dan luas dari segala sisi. Aira bertanya-tanya dalam hati, berapakah pekerja yang mereka punya untuk membersihkan seluruh rumah ini?

Tak lama budhenya berhenti, lalu mengajak berbicara wanita yang sedang duduk santai sambil membaca majalah. Wanita berpenampilan anggun dan berkelas yang bisa Aira tebak sebagai nyonya rumah ini tersenyum ke arahnya, lalu mengulurkan tangan yang di sambut Aira dengan sungkan.

"Aira ya?" Tanya wanita anggun di depannya. Aira mengangguk pelan.

"Iya, Nyonya." Jawabnya kaku, Membuat wanita itu tertawa kecil.

"Santai saja, tidak perlu tegang begitu, Aira. Kenalkan nama saya Laras, Cukup panggil Bu saja seperti yang lain. Panggilan nyonya terlalu kaku buat saya." Ungkap wanita yang baru memperkenalkan diri bernama Laras itu. Mau tak mau Aira mengangguk dan sedikit menarik sudut bibirnya karena ternyata majikan barunya terlihat baik dan tidak semenyeramkan yang ada di bayangannya.

"Selamat datang ya, semoga kamu betah bekerja di sini. Sebelumnya Mbok War sudah banyak cerita saat merekomendasikan kamu untuk kerja di sini. Saya nggak ada masalah apapun asalkan kamu bisa bekerja dengan baik dan jujur serta dapat di percaya." Ucap Laras.

"Saya janji akan bekerja dengan baik dan jujur. Saya juga nggak akan mengecewakan Bu Laras yang sudah mau menerima saya di sini. Saya berterima kasih banyak." Aira sedikit menunduk mengungkapkan rasa terima kasihnya.

"Sama-sama. Kalau boleh saya tau usia Aira berapa ya?"

"24 Bu.." jawabnya mantap. Laras mengangguk dan tersenyum singkat.

"Baiklah, selamat bekerja Aira. Nanti biar Mbok War yang kenalin sama mbak-mbak dan mang-mangnya yang lain."

Aira dan Mbok War mengangguk bersama'an, "Kalau begitu kami permisi ke belakang dulu, Bu." Pamitnya yang di berikan anggukan singkat oleh Laras.

"Bu Laras, kelihatannya baik banget budhe?" Ucap Aira sembari mengimbangi langkah Mbok War yang membawanya entah kemana.

"Bukan hanya Bu Laras nduk, alhamdulilah selama puluhan tahun bekerja di sini semua anggota keluarga ini juga baik. Pak Willy dan juga anak-anaknya juga baik semua. Anak pertamanya Mbak Adelia, biasanya seminggu datang 2 sampai 3 kali sama anaknya pas suaminya ada tugas. Kalau si bungsu namanya Mas Narendra orangnya agak tegas kalau bicara, tapi dia baik. Nanti kalau ketemu dia kamu ga perlu takut." Jelas Budhenya. Aira yang mendengar hanya mengangguk paham.

"Ayo, Budhe kenalin sama Art yang lain." Ujarnya, Aira mengangguk patuh.

***

"Nduk, Mas Narend nanyain kopinya, kenapa nggak seperti biasanya?" Mbok War mendekati Aira yang sedang sibuk di dapur mencuci piring bekas makan. Gadis itu berhenti sejenak dan menoleh.

Fall In You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang