suara tangisan bayi terdengar bising mengisi seluruh sudut rumah, dengan secepat kilat awan berlari ke dalam kamar dan mendapati anak pertamanya menggeliat tidak nyaman di dalam ranjang bayi. "kenapa kak? mimpi buruk ya? gapapa sayang, ada abun disini," awan mengangkat abimanyu kedalam gendongan, menggerakkan badannya ke keatas-kebawah, menenangkan malaikat kecil ditangannya.
dengan keringat yang membasahi dahi awan, ia menyenandungkan lagu bintang kecil sambil kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak makan malam mereka. ada yohan, kakak iparnya, sedang membantu mengaduk-aduk sup ayam di panci.
"udah, ini aku aja yang masakin, kamu main sama abimanyu aja, wan," nasihat yohan. "kayaknya nangis karena pas bangun gak ngeliat kamu tuh dia," lanjut yang lebih tua. awan mengangguk patuh sambil duduk di sofa ruang tamu.
"kak nyu mau mam? mau abun suapin?" tebak awan disela tangis abimanyu yang makin menjadi, badannya menggeliat seolah ingin melepas timangan awan. awan masih bodoh dalam memahami emosi bayi dan alasan tangis mereka.
"coba lepasin aja wan, mau main kayaknya dia," lagi-lagi yang lebih tua memberi nasihat dari seberang ruangan, awan mencoba untuk mendengarkan dan seketika tangisan abimanyu mereda. awan menyaksikan bayinya merangkak kearah kotak mainan berisi boneka spiderman di dekat nakas televisi. ajaib banget kak han.
saat dilihat abimanyu sudah asik di dunia fantasinya, awan buru-buru menghampiri kakak iparnya di dapur untuk membantu. "kak han jago banget ngertiin bayi," puji awan yang dibalas dengan tawa manis yohan. "namanya juga papa beranak 3, wan," gurau yohan membuat awan terkekeh.
"wajar kok kalo kamu belom ngerti, kan baru dua minggu jadi papa, nanti pasti bakal hafal juga kok suara pengen susu, suara pengen main, suara abis pup," hibur yang lebih tua sambil memotong-motong wortel dan dijawab dengan anggukan ringan oleh awan yang sedang mengiris daun seledri.
baru saja dibicarakan, tangisan abimanyu menggema lagi, awan tergesa-gesa mencuci tangannya, "nah kalo ini minta susu, wan,".
☆
keduanya kini sedang duduk santai di sofa ruang tamu, abimanyu tertidur pulas di tangan awan sambil menyedot sebotol susu. bersama-sama menunggu kepulangan jagat dan chakra, alias suami yohan. "aku denger jadinya kamu resign dari tk, wan?" tanya yang lebih tua dengan suara pelan, memastikan tidak mengganggu tidur si kecil.
"iya kak, kewalahan aku," jawab awan tersenyum simpul, yohan mengangguk mengerti. "pasti sih, aku juga abis lahir mahen langsung resign dari hotel, wan" awan mendengarkan dengan seksama.
"padahal pas masih seneng-senengnya kerja loh itu, gataunya ternyata ngurus bayi ga beda jauh kayak ngurus tamu hotel," cerita yohan sambil menyalakan televisi di depan mereka, awan menanggapi dengan tawa kecil.
"ngomong-ngomong, mahen mau sd dimana kak nanti?" tanya awan penasaran, hitung-hitung menambah list rekomendasi sekolah untuk anaknya nanti. "ah itu mah di sd lamanya chakra sama jagat aja, wan, lumayan dapet diskon alumni hehe," jawab yohan sambil mengunyah camilan ringan yang ada di meja. awan membulatkan mulutnya.
"tapi bener lho kata orang, wan. anak itu bawa rezeki. pas aku mutusin buat resign, kantornya chakra jadi kayak ada -apasih- penaikan gaji gitu kalo gak salah," curhatnya, sebelum melanjutkan mengunyah satu makaroni goreng ke mulutnya. "jadinya pas itu pemasukan lebih deres, terus makan gak perlu dibagi dua lagi," lanjut yohan yang diakhiri dengan tawa pahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
awan jagat buana ✩ joonghwa
Fanfiction❝ sekarang bahagianya bakal nambah, ya,❞ awan menambahkan dengan kekehan kecil, jagat mengangguk dan menceritakan betapa tidak sabarnya dia menanti kehadiran suara langkah kaki kecil yang mengisi sunyinya rumah, membayangkan jemuran baju yang dipenu...