Agen - 21

394 47 13
                                    

Agan dan Roni mengantar Gia dan Narti pulang. Tadinya Gia menolak diantar karena Gia dan Narti bawa motor saat ke agen. Tapi, yang namanya Agan, si ngeyel yang keukeuh mau antar Gia pulang, dengan alasan bawaan mereka cukup banyak.

Roni dan Narti boncengan bersama barang belanjaan. Sedang, Agan dibonceng Gia karena Gia yang minta untuk bawa motor.

Sesampainya di rumah, Roni membantu Narti membawakan barang belanjaan sampai ke dapur.

Agan dan Gia duduk di sofa untuk mengobrol.

"Taro situ aja, Ron." Narti menunjuk meja yang ada di dapur.

"Lu mau bikin apa, sih, Ti?" tanya Roni yang kini duduk di kursi dekat meja. Narti menyodorkan teh botol untuk Roni sebagai upah karena sudah membantunya.

"Bolu kukus. Lu mau?" tanya Narti yang langsung mengeksekusi barang belanjaannya.

"Mau, dong. Bolu kukus lu 'kan enak, tuh."

Narti membuat ekspresi jumawa karena bolu kukusnya dipuji enak oleh Roni. "Iya, lah. Gua gitu, loh!"

"Oma mana, dah, Ti?"

"Ke Bandung, ada workshop. Jadi pemateri gitu,"

"Oh gitu. Keren, ya, si Oma, udah tua masih produktif aja."

"Ya, gitulah, menikmati masa tua dengan berbagi ilmu."

Roni bengong. Lalu menghela napasnya, "ntar gua kalo tua jadi apa, ya, Ti?"

Narti yang tengah mengocok adonan tepung dan telur sontak mengalihkan pandangan ke arah Roni yang melamun di tempatnya itu.

"Gua cuma lulusan SMK, kagak ada pengalaman selain kerja di agen. Ntar gua tua gimana, ya, kalo kagak ada pegangan begini?"

"Pasti ada, lah, Ron. Disabarin aja,"

Sabar. Kata itu sudah jadi temannya Roni sejak lama. Sudah kenyang.

"Apa gua kuliah aja, ya, Ti? Lanjutin pendidikan gua."

"Ide bagus."

Roni memantapkan ucapannya itu. Dia berpindah tempat ke kursi kosong yang ada di dekat Narti.

"Menurut lu, mending gua masuk jurusan mana, Ti? Lu 'kan sarjana PGSD, Ti, bagi-bagi, dong."

Ya, faktanya Narti adalah seorang sarjana pendidikan guru sekolah dasar. Loh, kenapa malah kerja jadi pembantunya Oma? Keluarga Narti terkendala finansial waktu itu. Narti yang sedang mengabdi di sebuah sekolah dasar membutuhkan gaji lebih, jadilah dia kerja di rumah Oma dengan pendapatan yang lebih besar.

"Ya, tergantung elu punya skill apaan."

"Gua mau jadi sutradara, Ti."

"Nah, lu bisa masuk jurusan perfilman. Cari-cari tau aja, niat belajar jangan sampe ilang, Ron, sampe kapanpun." Narti tersenyum tipis, "kagak nampik, gua sendiri juga jurusannya apa tapi malah kerja di sini jadi asisten rumah tangga. Manusia prosesnya beda-beda, Ron—ending-nya juga beda-beda. Contoh Mbak Gia, ambil profesi perawat tapi sekarang harus urusin bisnisnya Oma."

Roni mendengarkan dengan seksama apa yang Narti ucapkan.

"Terkadang, apa yang kita mau nggak bisa semata-mata harus kecapai dengan mudah. Pola pikir, lingkungan, keadaan, finansial 'kan itu jadi pengaruh utamanya. Kalo lu mau usaha keras, kagak ada yang kagak mungkin juga, kok, Ron."

Selama beberapa detik itu, Roni terpukan dengan pendapatnya Narti. Tak pernah ia berbicara lama dengan Narti seperti ini. Sekalinya berbicara, poinnya langsung bikin Roni terpana.

Agen Agan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang