• I-Na

622 17 5
                                    

Tahu bagaimana rasanya bisa membaca pikiran?

Bagi sebagian orang mungkin itu anugerah, tapi bagiku itu sebuah kutukan.

Menyakitkan tahu orang lain tak menyukai atau membenci diriku. Tidak ada lagi rahasia yang bisa tertutupi.

"Ina!" Aku mendongak dari balik kacamata tebalku, wajahku sebagian tertutup poniku yang memanjang.

Suara itu berasal dari depan kelas, gadis cantik penuh pesona yang memanggilku itu, Sakura. Dia memiliki banyak teman, banyak orang disekitar menyukainya, dia cantik, pintar, ramah dan primadona sekolah tentunya.

"Ina! Kaina Kasturi!" Ulangnya lagi, aku mengangkat tangan gugup sambil mengintip dirinya. "Jadi itu lo!, ayo?!" Dia melambai padaku dengan senyum manisnya.

Aku masih diam mematung di tempat dudukku tanpa menjawab. Aku melihat dia tampak tak sabar dan menghampiriku lalu menarik pergelangan tanganku dan terpaksa aku mengikutinya dengan terseok-seok melihat perbedaan tubuh kami yang lumayan besar.

Dia tinggi dan aku hanya sebatas dagunya, aku kurus dan dia ideal. Aku semakin merasa rendah diri jika dibandingkan tapi aku lebih merasa iri pada keterampilan sosialnya. Dia memiliki banyak teman, guru menyukainya, dan dia bahagia.

Aku tidak tau Sakura membawaku ke mana, aku hanya bisa mengikuti dan berusaha melepas genggamannya yang begitu erat.

"Lihat! Aku sudah membawa Ina!" Dan bersamaan dengan itu dia melepas genggamannya, aku tak siap dan terhuyung-huyung ke depan. Hampir saja aku menabrak meja jika tidak ada yang menahan ku.

"Terima kasih," aku mencicit, sambil mengedip mata berkali-kali. Ahh, kacamata ku terjatuh, aku harus mencarinya aku tidak bisa jika tidak memakai kacamata.

Aku melihat sekitar dengan buram, mereka semua berdiri melihatku yang berjongkok mencari kacamata.

"Ini," aku mendongak berusaha melihat dengan jelas tapi tak kusangka yang pertama kulihat adalah sepasang mata elang, yang penuh tanya.

"Ternyata cantik."

Deg.

Aku langsung merebut kacamata itu, memakainya dengan tergesa. Beranjak dari sana dengan gugup, buru-buru melarikan diri secepat mungkin. "Hey!" Tidak lagi kupedulikan suara itu, aku hanya ingin pergi secepat mungkin.

*
"Aku sudah membawanya, jadi apakah kita makan bersama?" Sakura hendak memegang lengannya ketika pemuda itu menghindarkan tangannya secara halus.

"Ayo." Pemuda itu melenggang lebih dulu kemudian diikuti Sakura dengan senyum kakunya. Sedangkan siswa di sekitar bersiul menggoda keduanya.

**

ππππππππππππππππππππππππππππππππππππ

[Annyeong! Halo semua👏. Apa kabar? Baik dong yah.  Btw aku udah lamaaaa banget gak update dan kayaknya emang bakal udahan sih ini SC. Tapi,,,, aku mau ngasih kabar baik nih haha....     Kalau ada yang mau btw😉 aku bikin cerita Kelana Ailizya (bab 2 di atas) yang mungkin bakal aku selesaiin dari awal sampai akhir dii......










Fizzonovel... Udah aku post bab 1 nya.

Kalau mau cari aja yang judulnya

'Masa lalu yang dilupakan',

aku pake nama pena fv Yue hehe😁 dah segitu aja makasih] salam sayang dari aku penulis gadungan🫣

Sensual ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang