[Exit] Door.

18 3 0
                                    

Chapter 0

*suara rintik hujan memenuhi telinga pria, pria itu bangun dari kasur nya, dan menuju saklar lampu, dia pun menyalakan lampu kamarnya*

"Ugh... Malas banget kesekolah..." Ucap pria *yang bernama Halilintar itu*

*Halilintar pun kembali ketempat tidurnya, dan merebahkan dirinya lagi kekasur, Halilintar pun menatap langit-langit kamarnya, dia sedang melamun, entah sedang memikirkan apa.*

*Halilintar terbaring di tempat tidurnya, suara hujan deras di luar jendelanya dan gemericik tetesan air hujan memenuhi telinganya. Dia takut memikirkan harus pergi ke sekolah hari ini, dia tidak ingin bangun dan berurusan dengan orang lain sepanjang hari.*

*Dia menghela nafas, menatap langit-langit. Pikirannya berpacu dengan banyak pikiran, tidak yakin dengan apa yang sebenarnya dia pikirkan.*

*Namun, ada perasaan tenang yang aneh di benaknya saat ini.*

*Halilintar mendengar suara dengungan dari meja samping tempat tidurnya, tempat ponselnya sedang diisi dayanya. Dia mengulurkan tangan dan mengambilnya, dan melihat Taufan memanggilnya. Taufan, atau Ufan begitu ia biasa disapa, adalah salah satu sahabat Halilintar. Dia agak berisik, tapi selalu punya hati yang baik.*

*Halilintar menjawab telponnya* "napa...?"

"Adaa cerita!! Si Ying hilang njir! Lu tau dia dimana ga?" *Ucap Taufan terdengar dari suara nya yang panik, namun terdengar aneh sedikit*

"What!?" *Halilintar kaget dengan kabar mendadak ini. Gagasan bahwa Ying, salah satu teman dekat mereka, hilang sungguh meresahkan. Dia segera duduk di tempat tidur, sekarang sudah sepenuhnya terjaga.* "ga, gue gatau dimana dia. lo udah nyoba nelpon dia ga? Atau tanya sama Yaya? Atau yang lainnya? mungkin mereka tau kali."

"Jangan mau percaya sama Ufan!" *Ucap Ying terdengar dari telpon nya, terdengar suara nya agak kesal (Ying sedang berada dirumah Taufan, karena ada sedikit urusan)*

*Taufan pun tertawa mendengar kekhawatiran dari Suara Halilintar*
"Aduh... Hali, lu percaya? Hehe maaf ya gue bercanda aja tadi" *Ucap Taufan kepuasan terdengar di suaranya, dia memang jail.*

*Ekspresi Halilintar seketika berubah dari prihatin menjadi jengkel setelah mendengar pengakuan Taufan.*

"haha lucu banget." Ucap Halilintar terdengan dari suara nya penuh kejengkelan.

"Gue kira beneran bego, ugh.. Cape dh..." *Ucap Halilintar dengan kesal*

"Hehe jangan marah lhaa" *Ucap Taufan, masih terdengar suaranya yang jail*

*Halilintar menghela nafas panjang, masih kesal dengan kelakuan Taufan, tapi dia tahu dia tidak bisa terus-menerus marah pada temannya.*

"Owh ya lu kesekolah nanti jam berapa?"

"Gue? eee mungkin1 jam lagi, napa nanya?"

"Mau bareng ga? Sama si Gempa juga" *Ucap Taufan menawarkan berjalan bersama*

*Halilintar berpikir sejenak.*

"Oke lah... Gue ikut"
"Jangan prank gue lagi ya, udah kenyang gue sama prank lu"

"Iya iya!... Yaudah ya gue matiin dulu, bye!" *Ucap Taufan, Lalu mematikan telponnya langsung setelah mengatakan ucapan selamat tinggal*

*Halilintar menutup teleponnya, dan meletakkannya kembali di meja samping tempat tidur. Dia menghela nafas dan mengusap rambutnya.*

*Ia masih kesal dengan keisengan Taufan, namun ia tahu suatu saat ia akan bisa melupakannya.*

*Dia menarik napas dalam-dalam beberapa kali dan mencoba menenangkan dirinya. Dia mempunyai waktu beberapa menit sebelum dia harus mulai bersiap-siap ke sekolah, jadi dia memanfaatkan waktu itu untuk mengumpulkan pikirannya dan menempatkan dirinya pada pikiran yang tepat untuk hari yang akan datang.*

[Exit] Door.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang