51. Perbaikan

117 15 0
                                    

Seungcheol berupaya mengerahkan tenaga lebih banyak sambil mencoba untuk tidak terlihat mencolok. Ada Mingyu, Soonyoung dan Wonwoo yang ikut bersamanya untuk datang ke teluk untuk memeriksa keadaan kapal. Beberapa warga desa juga ikut hadir membantu mereka bekerja.

Soonyoung bertukar pandang dengan Mingyu, memastikan kalau kekuatannya yang cakap dengan benda besi tidak terlihat hadir. Pasalnya tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga besi bisa lunak dengan sendirinya jika sudah ada di tangan Soonyoung. Beberapa warga datang dengan membawa kepingan logam untuk membantu perbaikan kapal.

"Kapal mereka ini kuat sekali kan ayah."

"Sttt."

Komentar dari salah satu warga yang usianya tak jauh dari mereka dengan ayahnya tak sengaja didengar oleh Wonwoo, mereka tengah berada di ruang kendali. Memperbaiki fungsi yang diusahakan masih bisa digunakan.

"Benar kan. Kapal kita dari kayu, sudah tidak boleh digunakan pula."

"Diamlah Jongho, tidak sopan membicarakan barang milik orang lain." Tegur pria paruh baya yang ada di dekatnya.

Merasa penasaran sekaligus mencoba mendekatkan diri, Wonwoo bicara, "kalian punya kapal?"

Sang ayah tampak panik karena ketahuan membicarakan orang lain sedangkan si anak langsung menoleh ke arah Wonwoo dengan tatapan bersemangat.

"Ya! Kami punya. Dulu ketika aku kecil kami sering berlayar keluar dari pulau ini, tapi sekarang sudah tidak diizinkan." Jongho menjelaskan dengan semangat.

"Kenapa tidak diizinkan? Berbahaya?" Tanya Wonwoo lagi.

Si ayah bermaksud mencegah anaknya untuk bicara lagi, namun ia juga merasa segan dengan di pendatang. Seolah ada sesuatu yang ditutupi dari mereka padahal orang-orang ini baru akan menetap. Peraturan di pulau ini tak mengizinkan ada rahasia antar penduduk.

"Ya, karena berbahaya," balas sang ayah, ia menghela napas dengan pikiran yang melayang pada masa-masa di mana ia masih bisa berlayar bebas mengarungi lautan, "kalian juga sampai di sini karena berlayar jadi kurasa kalian tahu seberapa berbahaya lautan yang sudah kalian tempuh. Ada monster di sana, jika sebelumnya kami hanya dihimbau untuk hati-hati tetapi karena terus terjadi penyerangan oleh monster kami tak lagi diperbolehkan keluar dari pulau."

"Apa itu artinya kalian sudah pernah menjelajah ke pulau-pulau lain?"

Pertanyaan dari Wonwoo diangguki.

"Tentu. Kami juga punya tujuan yang sama dengan kalian. Bertahun-tahun sudah kami mencoba mengumpulkan segala syarat yang diminta tetapi kami tak pernah bisa melengkapi syaratnya. Ada banyak warga yang terbunuh, hilang bahkan di pulau es itu sebagian besar dibekukan."

"Sang kepala desa bilang kalau kakeknya pernah datang ke pulau ketujuh, apa yang terjadi padanya?"

Anggap saja Wonwoo penasaran, ia ingin tahu akibat apa yang terjadi jika mereka nekat datang ke sana tanpa persiapan yang cukup.

Sorot mata sedih tergambar, Jongho yang ada di sebelahnya pun turut merasakan duka cita mendalam.

"Dia tidak pernah kembali, tapi dari kabar yang kudapat mereka dibunuh karena tidak melengkapi syarat yang diminta. Karena syarat itu tak pernah lengkap dan proses pencariannya yang sulit kami tidak lagi berusaha untuk keluar dari samudra ini. Bahkan kami tak lagi mencoba keluar dari pulau."

Sekarang Wonwoo paham, tampaknya sosok mayat yang mereka jumpai selama menjelajah adalah warga pulau ini yang gugur. Begitupun dengan bangkai kapal yang ada.

"Dari mana asalmu Pak?"

Pertanyaan dari Wonwoo yang mendadak membuat pria itu terkesiap, ia menjawab, "aku berasal dari pulau ini. Lahir dan besar di tempat ini."

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang