Bab I: Whisper

35 2 9
                                    

Orang-orang bilang kekuatan super adalah keajaiban, hadiah, aneh, atau apapun itu sebutannya. Faktanya mereka yang memiliki kekuatan super akan dibebani dengan norma dan ekspetasi banyak orang akan kemampuan mereka.

Seluruh siswa di Aldrich Institute bukanlah remaja naif yang menganggap menjadi manusia super adalah hal keren tanpa resiko. Mereka mengetahuinya lebih dari siapa pun. Ketika kekuatanmu bangkit maka saat itu pula mereka harus bersiap untuk 'dipenjara'.

Penjara itu bernama sekolah, penilaian orang-orang terhadap mereka dan aturan.

Mereka dididik untuk menjadi manusia yang berguna untuk kepentingan orang banyak, untuk dunia. Terutama untuk waktu yang terus berjalan dan bumi yang menua. Semakin lama jarum jam berdetak, semakin banyak ancaman bermunculan.

Mereka memasuki pada zaman dimana teknologi semakin mutakhir dan dapat menentukan nasib umat manusia. Hal-hal gila pun terdengar normal di era ini.

Dan hal-hal gila juga terjadi di dalam Aldrich Institute.

Apa yang didapatkan saat sekian banyak remaja yang memiliki kekuatan misterius berkumpul di satu tempat yang dijaga ketat?

Kegilaan.

Bahkan aturan-aturan yang sudah tertulis pun kini hanya sebatas bacaan yang hanya diulang kembali saat kelas pagi.

Jam belum menunjukkan siang hari saat Drystan harus memasukkan siswa ketiga pada hari ini ke ruangan detensi yang dirancang kedap udara. Selalu ada saja yang membuat mereka bertingkah, dan perkelahian adalah salah satu masalah kecil di sana.

Pemuda tinggi berambut keemasan itu baru saja mengirim laporan pada alat seperti pager yang akan memberitahu guru yang berwenang untuk menghukum para siswa.

Wajahnya datar meski saat ada beberapa siswa yang menyapanya di lorong. Drystan melangkah lebar-lebar dengan wajah tanpa ekspresi, mata birunya yang beku selalu terlihat tidak tersentuh, seperti dia adalah sebuah robot yang hanya mematuhi program.

Jam belajar di institut ini memang berbeda dengan sekolah pada umumnya. Di sini jam belajar mereka cukup fleksibel, seringkali saat Drystan menjalankan tugas, dia melewati kelas yang sangat ribut. Dia bahkan tidak tahan mendengarnya meski ia hanya lewat untuk beberapa detik.

Kelasnya berada di lantai 2. Drystan menuju kembali ke kelasnya setelah melaksanakan tugas panggilan untuk memisah perkelahian di lantai 1. Tugas itu tidak ada apa-apanya untuknya. Bahkan Drystan tidak harus berusaha melakukannya.

Jendela-jendela besar berada di sepanjang lorong, Drystan berjalan lebih santai setelah berada di lantai 2 yang lebih tenang. Satu tangannya berada di saku celana, sembari melempar pandangan ke luar jendela, dia melihat ke arah lapangan voli yang terlihat jelas dari sana.

Hanya aktifitas seperti biasa. Dan jika diingat, sudah lama sekali dirinya tidak bermain basket atau voli beberapa minggu ini, itu karena tugas anggota dewan keamanan siswa yang selalu sibuk.

Menghadapi siswa bermasalah dengan segala kekuatan yang mereka miliki, Drystan sudah kehilangan mood untuk berolahraga. Bahkan kadang ia merasa pengurus institut ini seperti sengaja memanfaatkan dewan keamanan siswa.

Tanpa sadar langkahnya yang lebar terhenti, Drystan masih memandang keluar jendela, matanya yang biru mengawasi kegiatan di lapangan voli itu. Di luar memang sedang terik, tidak mengherankan jika para siswa terlihat ogah-ogahan dengan kelas olahraga.

Perlahan matanya beralih sembari mengangkat tangan kanannya yang berlapis baja berwarna hitam. Bibirnya membentuk garis lurus saat memperhatikan tangan bionik yang sudah 5 tahun menjadi bagian dari tubuhnya.

Tangan robot itu sangat canggih dan Drystan tidak pernah dibuat kesusahan karenanya. Tapi terkadang dia tidak sengaja menghancurkan benda-benda yang dibawanya. Bahkan dia harus membawa bola basketnya sendiri saat berolahraga, jika tidak, Profesor Duncan akan mengomelinya lagi tanpa henti.

16 (Sixteen) | BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang