0.2

2 0 0
                                    

Zergiany sudah duduk manis dalam mobil, setelah membersihkan diri.
Perlengkapan yang lengkap membuat dia dengan mudah dapat menutup lebam dengan foundation. Walaupun wajahnya masih dihiasi dengan plester.

Reyhan yang menyetir sesekali menoleh kebelakang memandangi nonanya yang terlihat sangat senang.
Lalu melirik kearah kaca spion, memastikan bodyguards yang di tugaskan tidak lalai.

Tak lama berselang sampailah mereka disalah satu mall, mata Zergiany makin berbinar dan langsung turun sesaat setelah Reyhan membukakan pintu mobil.

Zergiany berjalan terlebih dahulu lalu disusul Reyhan, sementara bodyguards yang datang memilih menyamar agar lebih mudah berbaur.

Zergiany langsung menuju toko buku dan perlengkapan sekolah, matanya tak lepas dari barang-barang tersebut. Dan Reyhan hanya menghela nafas, selera nona dan tuannya tidak jauh beda monokrom, jika berwarna pun hanyalah warna cool-tone dengan shade gelap.

Setelah selesai, Zergiany membuka ponsel yang didapatnya sesaat sebelum masuk ke mobil.
Ada nomor kakaknya, Davidson, Reyhan dan juga seorang bodyguard dan maid untuk berjaga-jaga jika dia perlu sesuatu.

Menekan kontak kakaknya, yang tak lama kemudian diangkat.

"Am I bothering you big bro?", tanya Zergiany dengan mata menelisik sekelilingnya.

"No you're not", jawab kakaknya dengan nada lembut.

"I'm was thinking, did you want some couple things? Like watch or hoodie?", Zergiany langsung memantapkan langkahnya menuju tempat aksesoris.

"Up to you sweety, I'll use it whatever you're giving to me", balas sangat kakak.

"Sure, then can I go to your corp after this?“, tanya Zergiany yang telah masuk dan menatap aksesoris yang terpajang.

"Come here, we will have a lunch together", jawab Derixon.

Merasa tak ada yang perlu di katakan lagi, Zergiany mengucapkan salam dan menutup teleponnya dan memutuskan untuk membeli anting.  Dia sadar kakaknya punya beberapa tindik yang sepertinya cocok dengan anting-anting tersebut.

Menyadari niat sang nona, Reyhan tersenyum. Nonanya cukup peka dengan detail.

Setelah merasa cukup Zergiany membayar dan keluar dengan totebag di tangan nya. Sebenarnya Reyhan sudah meminta agar dia saja yang memegang tapi nonanya sangat keras kepala.

Tak lama setelah keluar dari tempat tersebut, Zergiany menghembuskan nafas lelah. Dia berpapasan dengan Anne beserta saudaranya. North, Ray, dan Ron.

Mereka terlihat terkejut melihat Zergiany disini, sementara Zergiany memilih masabodo dan melanjutkan langkahnya.

Ray baru akan memegang tangan Zergiany tapi tangannya langsung ditepis oleh Reyhan.

"Anda tidak berhak untuk menyentuh nona", ujar Reyhan dingin, membatasi agar Ray tak dapat menatap tajam gadis dibelakang tubuhnya.

Menggertakan gigi Ray pun meledak disana.

"Cih, sombong sekali!  Anne hanya ingin berbicara denganmu. Harusnya kau bersyukur dia masih ingin bertemu dengan sampah seperti mu", hina Ray.

Zergiany menatap langsung Ray lalu berdecak pelan.

"Apa kau mengenal mereka Reyhan?", tanya  Zergiany sinis lalu melengos pergi.

Reyhan hanya menatap mereka sekilas sebelum beranjak mengikuti nonanya.

"Buat retak tangannya yang tadi sempat menyentuh nona", ucapnya entah pada siapa dan seketika itupun terjadi keributan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Revenge ||on going||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang