Gemerlap lampu kota menyaingi kemilau bintang yang mulai tertutup asap megapolitan menjadi pemandangan yang ditawarkan hotel dengan tinggi 56 lantai berdesain era Victoria ini. Di lantai ke 28 yang merupakan titik tengah dan titik tersibuk terdapat restoran kelas atas bernuansa romantis dan hangat yang selalu menjadi spot favorit Banyu Ranjana dalam mengerjakan proyek-proyek nya. Sesekali ia akan menyeruput kopi hitam tanpa gula itu dengan mata yang tetap tertuju pada laptopnya. Ia sudah rutin mengunjungi restoran ini karena tepat berseberangan dengan komplek perumahan tempat ia tinggal. Juga karena ia sendirilah yang diberi mandat untuk merancang dan mengawasi proses pembangunan hotel ini selama 4 tahun terakhir.
Rowen-Campbell Signature
Hotel bintang lima yang grand openingnya baru 6 bulan yang lalu ini selalu ramai dengan pengunjung maupun pegawai yang wara-wiri dengan seragam baru mereka. Merupakan suatu hal yang melegakan ketika tanah seluas 10 hektare milik Therdeo Rowen-Campbell dijadikan lapangan pekerjaan yang dapat membuat para perantau maupun penduduk asli yang belum mendapat kerja meskipun gelar sarjana sudah mereka bawa merasa tertolong.
Dalam waktu 6 bulan juga, Hotel ini dapat mengembangkan wisata wahana air yang posisinya berada di belakang hotel, membuat peluang keuntungan serta peluang lapangan kerja semakin tinggi. Perekrutan besar-besaran dibuka, banyak pribadi yang berlomba menjadi salah satu pegawai di posisi apapun, sekecil apapun, seremeh apapun. Termasuk pengisi panggung musik di dalam restoran tersebut. Baru di rekrut satu bulan yang lalu, Laluna Cala terlihat cantik dengan dress satin panjang berwarna slate blue dengan untaian tali-tali kecil menutup punggungnya. Rambut hitam kelam yang panjangnya sepinggang itu ia biarkan lurus menjuntai saja, serta poninya ia model slicked back supaya kesan formal lebih terasa.
Dara berusia 24 tahun itu kemudian berdiri di samping grand piano yang dimainkan oleh Rarendra Karsa, pianis yang juga kakak kelas nya sewaktu di SMA dulu. Mereka bertemu tepat setelah Luna lolos rekrutmen untuk pengisi panggung yang mengisi sesi live music selama hari kamis hingga minggu. Dengan mudah mereka berbaur hingga sering terlihat bersama bahkan setelah sesi live music yang berdurasi 1 jam itu selesai.
"Ready?" Rendra memastikan kesiapan Luna dengan satu kata. Dan anggukan adalah sinyal yang diberikan Luna dengan seukir senyum tipis bibir penuh yang di ulas lipstick berwarna burnt orange itu.
Dentingan piano mulai terdengar, lagu berjudul Fur Elise milik penyanyi berbakat Faouzia itu mengudara lewat suara halus Luna.
Sontak seluruh mata yang sedang menyantap makan malam mereka di malam minggu itu tertuju pada gadis yang berdiri dengan kasual di samping grand piano. Gadis itu menyandarkan badannya dengan tumpuan siku tangan kanan, sedang tangan kirinya memegang mic dengan jari-jari mungilnya itu. Terlihat cantik dan berkilau dengan lampu panggung kecil yang di set dengan sedemikian rupa. Termasuk Banyu yang sudah menunggu momen ini, Ia memerhatikan setiap lirik yang dinyanyikan Luna. Meresapi setiap kata-kata sembari menatap Luna dengan tenang.
I'll jump
I'll jump, if you ask, I'll say, "How high?"
I'll run like a shiver down your spine
For you, I would give you my own life
You're so musical, an artist, you make a lie sound like it's true
You're unusual, creative, oh, what I'd do to be your muse
So play me like my name is Für Elise
Lie to me and say you'll never leave
Drown me in your twisted melodies
I'll pretend you wrote 'em all for me
Banyu tersenyum simpul mendengar lantunan lirik dari lagu yang dinyanyikan Luna.Alasan lainnya Banyu datang setiap akhir pekan ke restoran ini adalah untuk menonton Luna menyanyi juga.
Bulan-nya bernyanyi, begitu batinnya.
Bukannya Banyu tak tahu bahwa banyak mata elang di dalam ruangan ini yang mencoba mendekati Luna secara terang-terangan. Bahkan Rendra sang pianis pun menatap lekat partner manggungnya yang penuh pesona itu.
Beberapa kali setelah Luna selesai menyanyi, ada dua hingga tiga pria berjas mentereng yang terlihat tampan mengulurkan tangannya untuk membantu Luna turun dari panggung. Tentu saja ditolak olehnya secara halus beserta senyum sopan. Banyu yang sering melihat penampakan itu hanya tersenyum miring, meremehkan para pria itu. Ada yang Banyu kenal sebagai salah satu pemegang saham hotel ini, pria yang sudah memasuki kepala 5 itu mengulurkan kartu namanya pada Luna. Padahal yang Banyu tahu, istri pria tersebut masih sehat dan terlihat mewah dengan perhiasan segala rupa yang ia miliki.
Kali ini pun sama, setelah lagu terakhir dinyanyikan Luna, ada dua pria menghampiri nya sembari mengeluarkan kartu nama atau menyodorkan ponsel sebagai upaya mendapat kontak Luna. Tapi seperti yang sudah-sudah, Luna menolak secara sopan yang mohon undur diri dari sana saat itu juga.
Gadis yang diperkirakan Banyu memiliki tinggi sekitar 160 cm itu menggunakan sepatu berhak tinggi yang membantunya terlihat lebih jenjang. Dasarnya bentuk badan Luna sudah proporsional, bak jam pasir, bahu dan pinggang Luna bergerak seirama mengikuti langkah kakinya ke back stage. Wajahnya bulat, dengan mata berbentuk almond serta bola mata beriris hitam yang bulat besar seperti boneka. Hidungnya mungil tapi mancung, bibir yang sering menyunggingkan senyum berlesung pipi itu penuh. Kulitnya kuning langsat, bukan cantik yang sudah biasa dan membosankan, Banyu hampir tercekat ketika menemui gadis yang sesuai selera uniknya itu.
Arah pandang Banyu masih tetap ke arah menghilangnya Luna tadi saat ponselnya berdering pelan.
"Bisa sekarang, Raikan?" Tanya nya pada suara orang di seberang yang disebut Raikan.
"infonya 30 menit lagi, pak."
"Okay."
Tanpa menunggu jawaban lanjutan dari Raikan, Banyu menutup sambungan telepon nya dan mulai mengemasi barang bawaannya.
1.
For everyone who open this little story, I welcome you with all my warmest heart!
Ini adalah cerita yang muncul dadakan idenya kaya tahu bulat, tidak terlalu berat, tapi tidak begitu ringan juga. Mau nyoba genre yang kayanya lagi banyak peminat nya, yaitu adult romance!
wkwkkwkkwkwkkwkwkpremisnya simple, He fell first and harder.
Bagaimana si air (Banyu) memantulkan bulannya (Luna) dengan terang dan tentunya tak tergapai untuk pria lain.So stay tune, and happy reading!
🤎
Today's nuance
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Please
RomanceAlunan suara merdu dari sang bulan yang memantulkan cahayanya di air memberi riak dan gejolak yang tak mudah. Intensitas nya meningkat seakan tak mau berhenti. Membangkitkan obsesi yang selama ini tenang tanpa arus, mengerti arti dari rasa haus. ...