2.

1 0 0
                                    

Luna menutup tas punggung kulit nya sambil mengingat-ingat barang apa yang belum ia masukkan ke dalam tas. Fokus dengan urusannya sendiri, hingga suara ketukan pintu terdengar.

"Permisi, Luna? Udah mau balik?"

Raikan, General Manager restoran hotel yang bertanggung jawab atas seluruh kelancaran operasional restoran bertanya.

"Oh, halo kak, iya ini mau pulang." Setelah melirik kesana kemari dan memastikan tak ada yang tertinggal, Luna memakai tas nya dan berjalan mendekat ke arah Raikan.

"Okay, mau gue pinjam buat short brief ya."

"Iya kak, silahkan." Tak lupa senyum selalu terukir di wajah manis nya.

"Silahkan masuk, Pak." Raikan mempersilahkan seseorang yang ia panggil dengan sebutan 'pak' itu untuk masuk ke ruangan yang merupakan back stage Luna dan para performer lainnya.

Setelah mengangguk singkat ke arah Raikan, Banyu mengalihkan pandangan nya ke arah gadis yang kini sudah berganti mengenakan rok jeans panjang, sweater, serta sepatu doc mart nya.

"Selamat malam Luna." Sapanya kalem.

Luna yang harus mendongakkan kepala nya untuk menatap Banyu, kemudian tersenyum simpul seraya menganggukkan kepala nya sekali.

"Selamat malam."

"Oh iya Luna, ini Pak Banyu Ranjana, beliau adalah salah satu arsitek serta Coordinator in Chief yang mendesain gedung hotel dan Rowen-Campbell Amusement Park." Mendengar informasi yang diberikan Raikan, Luna melebarkan matanya agak terkejut.

Banyu yang mendengar Raikan memperkenalkannya segera mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Luna.

"Banyu." Sedikit terkejut mendapat uluran tangan, Luna kemudian balas menjabat tangan Banyu yang sangat kontras dengan tangan kecilnya.

"Luna, Pak Banyu. Salam kenal."

"Salam kenal, suara kamu cocok dengan lagu yang slow seperti tadi. Kesan desperate dari liriknya bisa saya rasakan."

Komentar Banyu membuat Luna yang sebelumnya sempat kelewat percaya diri karena pikirnya Banyu akan seperti pria yang sebelum-sebelumnya, membuatnya lebih sedikit memandang positif sosok Banyu. Di puji berdasarkan perfomance membuatnya lebih puas daripada harus mendapat pujian berkat penampilan fisiknya saja.

"Terima kasih pak, i take that as a compliment." Senyum Luna tampak semakin cerah, bukan senyum bisnis yang selalu ia tampakkan.

"You'd better be." Senyum Banyu juga tampak lebih tulus kali ini.

"Kalau begitu saya pamit dulu." Ujar Luna melepaskan jabatan tangan dengan Banyu dan mengangguk sekali lagi kearah kedua pria tersebut.

Berselang sekian detik sejak kepergian Luna, Raikan menoleh ke arah Banyu.

"Saya tahu dari Kinara kalau Luna itu lebih suka dipuji based on perfomance daripada physically." Raikan menjelaskan hal tersebut dengan bangga.

"Kerja bagus, kamu tertarik jadi staff direksi hotel?" Tawar Banyu pada Raikan.

"Ha? Bapak serius?"

"Serius." Raikan tampak berpikir mendengar jawaban dari Banyu.

"Tapi kalau kamu tetap jadi GM restoran, saya bisa tambah gaji kamu tiga kali lipat." Wajah Raikan langsung cengo mendengar penuturan Banyu yang menurutnya agak tidak waras ini. Membantu Banyu berkenalan secara langsung dengan Luna saja ia bisa kaya mendadak dan merealisasikan rencana membangun rumah masa depannya.

Pretty PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang