chapter 1. hah?

6 0 0
                                    


"Ahhhh pak guruuu!!! Masa nyanyi????"

"Cuma nyanyi kok susah amat, mau dapet nilai gak??"

"Gak bisa nyanyeeeeee!"

"Mana duett lagi anjirrr"

"Nyanyi goyang dua jari boleh kan pak?!"

"Bebas lah, yang penting satu kelompok isinya cuma 2 orang, jangan lebih jangan kurang, pahamm?!!"

"PAHAM PAK!!"

"Oke, istirahat sana" Pak Rohiman keluar kelas, diiringi riuh kelas yang sangat menganggu.

Adnan menyumpal telinganya dengan earphone, menyamarkan suara kawan kawan sekelasnya. Masa bodoh ah, tugas apalah itu mungkin tak akan ia selesaikan, toh dia juga tak punya teman dekat dikelas ini. Mungkin pak Rohiman bisa disogok lagi kali ini.

"Yoo Zaki, lo nyanyi sama siapa?"

"Gatau males pengen pulang"

"Ck, tuh cewek cewek ngantri pengen diajak duet sama lo tuh" Deni menunjuk sekumpulan cewek yang tengah intip intip isin ke arah Zaki, yang notabene nya adalah cowok paling ganteng sekelas (berdasarkan voting cewek cewek kalau para cowok lebih milih si Ujang yang aslinya malah cowok culun tapi pintar).

"Gak tertarik ah" Zaki melipat lengan, menaruh kepalanya yang sudah berat ingin bobo.

"Lo tuh punya privilege jadi orang ganteng kok ya malah disia sia in" Si Santo ikut nimbrung.

"Gampang, ntar juga dapet"

"Yeuuuu"

Pindah posisi, pandangannya malah bertemu dengan Adnan yang sama sama sedang menelungkupkan kepala. Keduanya lantas diam sejenak sebelum Adnan berbalik menghadap jendela.

Sebuah ide bodoh keluar dari kepala kopong Zaki. Ia pun nyengir seperti orang gila.

"Kantin mbok Rami gass! Sebat kitaa"

"Gasss lah"

"Eh katanya si Yudi kena pinjol cok"

"Tau dari mana lo tot"

"Lahh kelas sebelah udah gosipin ini ~~~~~~

Dan bla bla bla. Akhirnya kelas agak hening setelah trio macan itu pergi karena para cewek juga mengikuti mereka ke kantin.

Adnan bangun dari tidur pura pura nya. Mengambil bento, jiahh bento konon, kotak nasi lalu ia makan dengan tenang.

Sebenarnya dia tidak dijauhi, tidak pula di rundung. Ia punya teman tapi terlalu malas untuk berinteraksi. Yah sejak kelas 10 pun ia sudah di gosipi (katanya Adnan anak dukun) saat naik kelas kata entah siapa itu ia adalah gay. Rumor rumor terus beredar, bukan hanya Adnan yang kena, tapi banyak dari mereka juga, jadi sebenarnya tidak terlalu dipermasalahkan dengan serius, toh nanti gosipnya akan hilang.

Sekarang ia harus berpikir bagaimana cara menyogok pak Rohiman. Ia malu kalau harus bernyanyi didepan semua orang. Saat saat panas seperti ini, Adnan mudah sekali bengong dan otaknya jadi kosong.

Bel berbunyi, kelas kembali riuh, pembelajaran dimulai lagi, menguap, merenggangkan otot, suara lembaran buku, satu persatu guru berganti, lalu tiba-tiba sudah jam setengah 3 sore, waktunya pulang.

"Gue mau disini dulu"

"Yaudah gue balik duluan!"

"Yoi"

Kelas sepi dengan perlahan. Zaki masih dengan santainya bermain game. Setelah memastikan satu orang terakhir keluar kelas, ia akhiri gamenya, lalu bangkit berjalan menuju sebuah meja yang masih berpenghuni.

"Kenapa?"

"Jadi partner nyanyi gue yok, anak dukun"

"Hah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let's Sing TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang