coffee o clock

192 30 5
                                    














Sebuah coffee shop terlihat cukup sepi sore itu. Namun beberapa pemuda-pemudi terlihat berada di ruangan dengan luas yang tak terbilang minimalis tersebut. Lelaki starboy itu telah sampai disana, bersama dengan wanita cantik pecinta potret yang telah ia temui sebelumnya.

Tesusun dengan tiga tingkat, coffee shop yang terletak di pusat kota tersebut menjadi lokasi strategis banyak mahasiswa untuk menggarap kesibukan masing-masing.

"Gua kalo ngopi biasa kesini, selain worth it, gua juga dukung produk lokal," sambung Yale berjalan beriringan dengan sang lawan bicara.

"Hehe iya sih, gede juga tempatnya. Kayaknya dulu gue juga pernah kesini sekali."

"Oh ya? Katanya karena menunya mahal-mahal, start dari lima puluh ribuan, makanya ga banyak peminat."

Mendengar kalimat yang Yale utarakan, wanita bernama Angel tersebut hanya terkekeh kikuk hingga tanpa sadar langkah kedua kakinya telah sampai di hadapan counter. Terdapat begitu banyak macam pastry, mulai dari croissant, profiterole, hingga macaron tersusun cantik di meja konter.

"Angel, mau order apa?" Tanyanya ramah.

"Eh, kita ga nunggu Bevan dulu? Biar sekalian, Yal."

"Bevan ya?" Hela napasnya seakan begitu muak mendengar nama laki-laki itu.

"Well, perhaps dia bakal telat-"




"Gua disini."

Yale kembali mengatupkan bibir molek itu kala ia mendapati Bevano telah berdiri di balik punggungnya. Bahkan dapat ia rasakan suhu hangat meruak dari tubuh Bevano disebabkan jarak keduanya yang begitu dekat.

"Eh, hi Bevano! Kita pikir lo bakal telat tadi," sahut wanita yang berdiri di sebelah Yale itu dengan senyuman.

Tatapan Bevan yang semula entah mengarah kemana itu berpindah pada manik Yale yang pula kini memandangnya bisu.

"Gua udah janji," sorot manik Bevano kembali membuat Yale gugup.

"Ekhem! Oke, tadi, apa, anu, kita, kita mau pesen apa tadi? Angel, lu aja yang bilang dulu. Atau gua dulu? Siapa tahu lu masih bingung mau pesen yang mana," ucap Yale seraya tak dapat memandang fokus ke buku menu.

"Iya lo dulu gapapa Yal, gue habis Bevano aja," senyumnya lagi seraya menggeser pandang pada pria yang baru saja bergabung itu.

First impression Angel di kedua manik Bevano, wanita itu begitu murah senyum.








.

.

.









"Vano! Eh gapapa kan gue panggil Vano?"

Lelaki dengan hoodie hitam oversize yang selalu membawa headphone kemanapun ia pergi tersebut hanya mengangkat pandang dari laptopnya agar dapat menatap lawan bicara.

Dengan anggukan, Bevano mengiyakan pertanyaan Angel. Tak menyadari ada seseorang yang memandang kurang suka melihat interaksi keduanya seraya mendengarkan samar-samar.

"Vano, anu sorry kalo kesannya gue sksd, tapi gue pernah liat lo sebelumnya,"

Ketiga mahasiswa tersebut telah duduk di bangku cafe yang tak jauh dari balkon, membuat mereka dapat melihat jalanan kota di sore hari. Dengan Yale dan Angel duduk berhadapan, sedangkan Bevano menuruti arahan Yale untuk duduk disampingnya saja.

"Yakin lu pernah liat dia keluyuran? Kerjaannya nugas mulu gini bro," sahut Yale menimpali seraya tertawa remeh.

"Sumpah Yal, gue yakin itu Bevano."




STARBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang