Buku Terlarang

20 2 0
                                    

"Karin, Sekolah ini, sebenarnya penuh dengan teka teki yang belum terungkap. percayalah, tapi mungkin suatu saat, kau bisa saja terlibat."

***

Aku terbangun di sebuah tempat. Tempat yang asing menurut ku. Disaat ku menyadari bahwa genangan air, menggenangi Tempat ini.

Percikan air dari kaki ku memecah kesunyian. Aku sama sekali tidak tau, kemana tempat ini menggiring ku.

Tunggu... Ini... Lapangan sekolah??
Syyyuurrrrr
Suara angin meniup kencang. Di tengah lapangan tiba tiba muncul sebuah tornado salju.
Dan... Hei, ada seseorang di depan angin tornado itu.

"Karin..." Itu...

Inok.

***

BRUK!!
Aku terjatuh dari ranjang ku. Sepertinya rasa kagetnya sampai ke dunia nyata.

"WOI!! LU KENAPA MATIIN LAMPU JING? MAU GELUD?" teriak kai.

"Eh?" Aku tersadar, aku kini berada di kamar ku, bukan lagi di depan lapangan.

"Abis mimpi buruk?" Tanya kai.

Aku menggeleng—Aku sepertinya hanya kelelahan, soalnya kemarin habis melawan mereka.

"Hari ini libur, Lo bebas mau ngapain."

Benar juga, hari ini hari Minggu, mungkin, aku bisa mengajak Inok Jalan Jalan, sekaligus saling mengenal lebih dalam.

Aku pergi ke pintu kamar Inok. Dengan pelan, ku ketuk pintunya. Aku tidak ingin bertemu dengan Jeje lagi, orang itu menyebalkan.

"Oh, kau Karin. Aku kira siapa." Kata Inok sambil menggaruk kepalanya.

"Mau jalan jalan gak? Udara pagi kyk nya enak nih."

"Boleh, stress juga nih, kemarin lawan Kai."

"Eh, yang lawan Kai aku atau kamu sih? Kan kamu cuman nonton kemarin." Kami berdua tertawa. Inok lantas mengganti baju nya, lalu menyusul ku yang sudah ada di luar.

"Kemarin kurang seru, seharusnya gua nonton sambil makan popcorn."

"Jahat lu! Udh dibantuin juga, eh—"
"Ih, Inok! Liat! Ada yang jualan balon, beliin dooong~"

"Bokek y? Kan bisa beli sendiri."

"Ihh! Aku kan kemarin udh bantu kamu lawan si Kai, sekarang kamu yang bantu aku."
Kami tertawa bersama. Pada akhirnya, Inok membelikan ku balon.

"Boociiil!" Ucap Inok sambil mengelus kepala ku.

"Ih! Gua bukan bocil! Cuman pengen balon aja kok!"

"Iya deh, serah kamu bociil."

Senang juga menghabiskan Hari bersamanya.
Untuk terakhir kalinya.

***

Semburat merah matahari
menyembul dari ufuk barat. Langit cerah tanpa awan. Lalu-lalang para siswa tak luput dari pandanganku sepanjang aku berjalan.

Magic Akademi【hiatus】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang