00. Intro

893 98 31
                                    

"Inyo, bikinin gue mie goreng pake telor setengah mateng, sekarang!" teriak Chan kencang dari arah ruang tamu. Padahal dirinya sedang duduk santai sembari memainkan game di ponselnya.

"Ish, gue lagi ngepel! Bikin sendiri aja kenapa, sih?" oceh Lino sembari menggosokkan kain pel pada lantai yang baru saja disapunya.

Krieettt ...

Tiba-tiba pintu depan terbuka, lalu tanpa merasa berdosa Chris masuk dengan sepatu boot karet penuh lumpur dan menginjak-injak lantai basah yang baru dipel Lino tadi.

Clap! Clap! Clap!

Lumpurnya terlihat di mana-mana, dan jelas membuat Lino membelalakkan mata lebar. "Klistophew!" bentaknya seketika. "Sepatu boot lo kotor! Gue udah ngepel!"

Chris menoleh seketika, menatap Lino sesaat lalu melengos begitu saja pergi ke arah ruang tamu seolah tak mendengar apa-apa.

"Iiigghhh!!! Gue sumpain bolot beneran tuh kuping!" oceh Lino seketika, dan mau tak mau ia jadi mengulang lagi; mengepel dari pintu depan.

Chris mendekati Chan yang duduk sembari melipat kakinya, lalu dengan iseng ia tendang kaki kembarannya itu hingga si empunya melotot menatapnya tajam.

"Paan sih, lu!" gerutu adiknya.

"Dasar anak gak guna, disuruh bantu bersihin gorong-gorong sama Pak Rete malah ongkang-ongkang kaki di sini!" oceh si kakak.

"Ya terus? Gue harus apa?" sahut Chan acuh tak acuh.

Duk!

Chris menendang kakinya lagi dan kali ini sampai lumpur di sepatunya berpindah ke betis si bungsu.

"Anjing emang!" maki Chan. "Sepatu lo kotor, bangsat!"

"Ya terus? Gue harus apa?" Chris malah menirukan ucapan Chan yang tadi.

"Babik! Bukannya dilepas dulu di luar! Kesian noh si Inyo lagi ngepel jadi kotor lagi!" gerutu Chan sembari melirik ke arah Lino yang terlihat masih menggeluti pekerjaannya.

Chris ikut menoleh, melihat adik kelasnya itu sesaat sebelum berkoor ria dengan santai, "Oh." Lalu setelahnya ia malah melenggang pergi seenaknya ke arah belakang rumah.

"Dasar gak waras!" maki Chan lagi.

"Samanya juga!" celetuk Lino tiba-tiba yang sudah ada di dekatnya, lalu ia menggosokkan kain pel itu dengan kasar; menubruk-tubrukkan kaki Chan sengaja. "Minggir! Angkat kaki lo!" bentaknya.

"Iya, Nyai!" Chan mendumal. "Galak banget sih lo, udah kek emak-emak."

"Bacot! Gimana gue gak galak coba? Tiap hari gue harus jadi babu dua tuan muda yang gak waras kayak kalian!" cecar Lino.

"Tapi kan ini bayaran buat lo yang numpang di rumah kita," sahut Chan.

"Iya gue tau, makanya gue dijadiin babu." Lino mengomel.

"Yak-"

Chan hendak menjawab tatkala Chris tiba-tiba muncul lagi di sana sembari berkata, "Ada undangan party, nih!" Ia lantas melemparkan sebuah amplop berwarna merah muda ke wajah kembarannya.

"Hah?" Chan mengernyit seketika, ia melihat amplop yang ukurannya tak seberapa besar itu lalu membukanya. "Birthday party?"

"Si Rose ulang tahun, acaranya di Placebo Hotel," urai Chris.

"Oh, hotel yang sebelahan sama Maniac Casino juga itu, ya? Wihh, mewah nih acaranya!" Chan tersenyum luas.

"Hooh ... tapi di sini undangannya sama partner juga. Sama pasangan," keluh Chris.

IDENTICAL LOVE [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang