1

3 1 0
                                    

Pagi hari, cahaya mentari masuk ke sela sela jendela membangunkan pemuda yang sedang tertidur.

"Umhh" lenguh pemuda tersebut.

Sedikit perkenalan dengan pemuda tersebut (pemeran utama cerita ini)

Vello Jordan, pemuda manis yang memiliki kehidupan bak neraka. Cacian dan makian adalah makanan sehari hari vello.

Mau di sekolah ataupun di di rumah, ia selalu di asingkan. Kakak pertama nya yang bernama Arsenio Jordan lah yang paling membenci vello.

Saat vello kecil, bukannya mendapat kasih sayang tapi malah di beri cacian dan makian. Tak Adil? Memang benar, ia selalu di perlakukan tak adil oleh keluarganya.

Ayahnya Carlos Jordan hanya diam ketika putra bungsunya di siksa. Kejam? Tidak, bahkan kata kejam tak pantas untuk mereka, bahkan lebih mengerikan dari iblis.

"Uhh aku masih ngantuk.." ucap vello dengan suara khas bangun tidur.



Brakk!...

Suara pintu kamar Vello di buka dengan kencang hingga membuat sang empu tersentak.

Terlihat lah pria berpostur tubuh tinggi dan tegap, rahangnya tegas dan memiliki mata setajam elang.

"A-ayah, vello sudah bangun kok.." ucapnya sambil gemetar.

"Cih, benar benar menjijikan!. Kau harus di hukum karna telat bangun dan menyiapkan sarapan!" Tegas Carlos sambil menarik rambut Vello.

"Shh s-sakit ayah.. lepas.." lirihnya pelan.

Seolah tuli Carlos malah semakin menarik rambut Vello dengan kuat.

"Hikss akh! Sakit ayah!! Lepas hikss arghh" vello hanya mampu menangis, melawan? Tak akan ada gunanya.

Carlos membawa vello ke dalam ruang hukuman, dia melempar vello dengan kuat hingga membuat sang pemilik nama meringis kesakitan.

"Arghh" -Vello

"Menjijikan!" Carlos menendang perut vello dengan kuat.

"Hikss sakit ayah" vello meringis dan menangis ketika ayah kandung nya menendang perut nya.

Kini posisi sudah berganti, vello di gantung dengan tangan di ikat ke atas dan tanpa memakai atasan.

Ctarr

Ctarr

Ctar

"Hikss arghh sakit! B-berhenti ayah" lirih vello sambil terus menangis.

Ctarrr

Ctarr

"AHKK!" teriak nya sebelum kesadaran nya benar benar menghilang.

Saat sampai di cambukan ke 58, Carlos melihat anaknya yang pingsan.
"Cih lemah" ucapnya seraya pergi dari tempat itu

Darah vello merembes keluar dari punggung nya, banyak luka dan memar di sana.

Setelah cukup lama, ia bangun dari pingsan nya. Ketika melihat keluar jendela, ternyata sudah malam. dengan perlahan tapi pasti, vello berjalan keluar dari tempat mengerikan itu dengan tertatih-tatih.

Vello melihat keluarga nya sedang bercanda gurau bersama. Mereka terlihat bahagia tanpanya.

'kapan aku bisa bercanda gurau bersama seperti mereka?' batinnya lirih sebelum masuk ke kamarnya yang gelap tanpa ada cahaya.

•••

Di kamar, vello merebahkan dirinya setelah mengobati luka dan membersihkan darah di punggung nya.

Menatap langit langit kamarnya yang bernuansa tenang, vello menangis dalam diam.
Mengingat ngingat hal bahagia apa yang pernah di berikan oleh keluarganya, namun nihil. Tidak ada satupun momen indah yang ada, hanya kepedihan dan kesedihan.

"Ibu, aku lelah" Vello berkata dengan lirih. Setelannya ia terlelap, tanpa menyadari ada sesosok wanita yang melihat nya dari celah pintu sambil menahan tangis.


•••

Di pagi hari. Terlihat seorang pemuda sedang memasak sambil bersenandung, ia adalah Vello.

"Hari ini aku tidak bangun terlalu siang, jadi ayah tidak akan menghukum kan?" Tanya nya entah pada siapa.

Tap...

Tap..

Tap...

Suara langkah kaki berasal dari Carlos dan Wiliam (kakak kedua vello.)

Mendengar suara langkah kaki vello melihat ke arah tangga. Ia melihat ayahnya, dan juga kakak keduanya Wiliam Jordan.

Dengan semangat vello menghampiri keduanya dengan senyum mengembang lebar. "Ayah! Vello sudah masak, ayah mau makan?" Ucap vello namun tak di tanggapi oleh Carlos.

"Kau terlihat seperti jalang penggoda." Ucap Wiliam tanpa memperdulikan perasaan vello.

"Kakak!" Vello berniat mendekat ke arah Wiliam namun malah mendapatkan tatapan jijik dari keduanya, yang mana membuat vello mengurungkan niatnya.

Dengan tega, mereka meninggalkan vello dan berjalan ke arah meja makan.

"Siapkan makanan." Titah Carlos kepada vello.

"Iya ayah" vello berlari dengan tergesa gesa ke dapur.

'maaf, ibu akan segera menjemput mu sayang' batin (?)

Setelah menyajikan makanan, mereka (-vello) makan tanpa suara.

Kemana perginya vello? Ia makan di kamarnya.

RUMAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang