"WAAAOOWW. SELAMAT GUUYYYSSS," pekik Mahesa sambil berjalan ketika ia melihat teman-temannya sudah berkumpul di dekat dinding beraksen di gedung JCC. Namun, bukannya welcoming, teman-temannya justru berlagak seakan mereka tak kenal Mahesa siapa, termasuk Seno yang sudah bergabung dengan para wisudawan Teman Masa Gitu.
"Isss... kalian tuh kenapa deh jahat banget sama gue," ucap Mahesa sambil memajukan bibirnya barang sedikit.
"People are watching, Hes. Lu yang ada malu-maluin kita," akhirnya ia mendapat satu balasan dari segerombolan wisudawan, kecuali Seno, itu.
"Yaa... 'kan gue bahagia dan bangga adek-adek gue sekarang lulus. Ada yang S.S lah, ada yang S.E laah, ada yang... gaada lagi deng," ucapnya sambil terkekeh ketika ia menyadari walaupun ada anak sastra Inggris dan sastra Mandarin, dan walaupun ada anak akuntansi dan manajemen di antara Teman Masa Gitu, di kampusnya mereka menggunakan gelar sarjana yang sama. Anak sastra menggunakan gelar S.S, anak akuntansi dan manajemen menggunakan gelar S.E. Ternyata sirkelnya ini kurang varian ya.
"Ya bangga gak teriakan gitu juga sampe pada nengok nohh," Haidar kali ini menyahut sambil menunjuk para wisudawan dan wisudawati yang banyak sedang sibuk foto-foto dan segelintir lainnya menatap geng Teman Masa Gitu yang sedang berkumpul itu dengan dagunya.
Mahesa mengikuti arah pandangnya sebelum ia mengedikkan bahunya, "Ah itumah paling mereka terpukau sama ketampanan kita aja," ucapnya pede yang membuat Rehan menghela napas.
"Hes, tobat lah, Hes," ucapannya yang terdengar lelah itu membuat tawa Mahesa pecah.
"Iyaa, iyaa... gue tobat," balas Mahesa masih dengan senyuman yang mengembang pada wajahnya. "Tapi niat dulu yak," lanjutnya cepat. Sebelum siapapun bisa menjawab, ia berjalan mendekati lima teman wisudawannya itu sembari mengangkat totte bag yang terlihat berat yang sedaritadi ia bawa-bawa.
"Nih, gue... enggaksih, Teman Masa Gitu persembahkan untuk Teman Masa Gitu," Mahesa lalu memasukkan tangannya ke dalam totte bagnya, dan mengeluarkan plakat yang sudah dipesan sesuai keinginan mereka.
"Haidar Gilang," panggilnya seraya memberikannya kepada pemuda bernama Haidar. "Selamat yaa," ucapnya sebelum menjabat tangan Haidar yang dibalas senyuman dan ucapan 'makasih' dari pria yang lebih muda darinya tersebut.
"Zelvano Dharmawijaya," lanjutnya, dan memberikan plakatnya kepada pemiliknya yang asli. Namun, ketika Mahesa ingin mengucapkan selamat kepada Jeno, suara tawa Haidar memasuki pendengaran mereka.
"BHAHAHAHA. Sarjana Sbiduan," ucapnya dengan mata yang masih melekat pada plakat akrilik yang baru saja terlihat oleh matanya. Tempatnya sih memang terlihat benar dan biasa, tulisannya hanya 'Selamat Atas Kelulusannya' dan sekitar beberapa spacing kebawah ada namanya, 'Haidar Gilang, S.S'. Namun, memang begitulah idenya. Dalamnya, yang merupakan plakat aslinya, harus memiliki efek kejutan kepada pemilik aslinya.
"Ni pasti Naraya yang dapet bagian gue," lanjutnya yang langsung dikonfirmasi oleh yang 'dituduh'.
"Emang. Gue udah gaada ide mau nulis apa," jelasnya sebelum Mahesa memotong kembali percakapan mereka dengan memanggil nama Rehan.
"Rehan Dwi," panggilnya bersamaan dengan memberikan plakat miliknya. "Selamat ya, penasihat keuangan kita," ucap Mahesa seraya menepuk-nepuk bahu pemuda tersebut. Rehan membalas ucapannya dengan ucapan 'makasih' lengkap dengan senyuman yang merekah di wajahnya sebelum ia kembali ke tempatnya. Ia penasaran S.E miliknya akan memiliki kepanjangan apa.
"Ezra Naraya Mahardika," suara Mahesa kembali terdengar, kali ini Naraya yang maju mendekati Mahesa. "Selamat ya, bro. Akhirnya bisa ngegame sampe mampus tuh," ucapnya diselingi tawa yang dibalas hal yang sama juga oleh Naraya.