Rehan lagi-lagi menghela napasnya kasar. Bukan apa-apa, ia hanya hampir berada di titik jenuhnya karena harus melihat pemandangan yang sama sedari 20 menit lalu. Ia memang menjomblo, dan ia pun tak merasa keberatan menjomblo, tapi bukan berarti ia sudi disuguhkan pemandangan yang seakan menabur garam pada lukanya begini.
"Ni... maap nih. Gue tau lu pada belum ketemu selama hampir setengah tahun. Tapi, bisa gak, gak sampe sebegininya gitu?" Pinta Rehan. Suaranya serta gestur tangannya sarat akan rasa lelah karena harus menatap dua kenalannya yang tak hentinya melakukan skinship di hadapannya.
Syukur-syukur yang cewe sadar diri, dan langsung terududuk tegap seakan berusaha secara halus melepaskan tangan Mahesa yang sedang berada di tempatnya, mungkin, yaitu pundak sang gadis. Namun, tindakan yang dilakukan Sekar, pacar Mahesa, berbanding terbalik dengan Mahesa yang justru berujar, "Tuh tau kita udah gak ketemu selama sekitar setengah tahun. Harusnya lu ngerti dong seberapa kangennya kita."
Rehan terdiam mendengar jawaban dari Mahesa, teman-temannya yang lain pun semacam tertegun dengan ucapannya. Sungguh kalau ia merupakan karakter fiksi, ia pasti sudah dianimasikan dengan mata berkedut kala mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Mahesa. Benar-benar seperti tidak ada dosa sekali dia.
Rehan menarik napasnya dalam-dalam sebelum menghela napasnya kembali. Ia lalu menolehkan kepalanya ke arah temannya yang lain, dan bertanya. "Ada yang mau tukeran tempat sama gue gak? At least, shift-shiftan dah duduk sini," ucapnya berusaha menawarkan yang lain penderitaan yang sama dengannya. Namun, sudah jelas, ia mendapat respon berupa tolakan dari semua temannya. Expected. Ini juga tujuan pertanyaan dia.
"Tuh, gue udah berbaik hati mau duduk di hadapan lu. Yang lain saking gamau muak liat lu skinship berlebihan sama Sekar mereka sampe nolak tawaran gue from the get-go," ujar Rehan sembari menatap Mahesa, dan hanya Mahesa seorang. Sungguh, ia tak melarang Mahesa atau siapapun melakukan skinship, itusih suka-suka mereka. Tapi, dirinya juga punya rasa jenuh 'kan? Maka dari itu saat skinshipnya sudah sampai taraf berlebihan, itulah yang ia tidak mau.
"Ya, kalo lu gamau liat gue gelendotan sama Sekar silakan liat tempat lain," balasnya enteng yang membuat Rehan lagi-lagi menghela napasnya. Sekali lagi, ia tak melarang. Hanya sekedar meminta Mahesa untuk tau tempat saja. "Atau pindah aja," sambungnya dengan nada yang Rehan sendiri tak yakin apakah ia berniat bercanda atau serius. Tapi ia akhirnya paham maksud dari pemuda di hadapannya ketika ia menambahkan sebuah kekehan di akhir kalimatnya.
"Hush... Mahesa! Gaboleh gitu," ucapnya berusaha menengahi dua sahabat ini.
Namun nasi sudah menjadi bubur. Rehan sudah terlanjur kesal dengan ucapan Mahesa, dan memang merasa butuh pemandangan lain. "Gak, Kar. Gue kayaknya emang mending pindah tempat dulu." Disambarnya tas selempang yang ia sampirkan di sandaran kursinya, dan beranjak dari duduknya.
"Tar kalo pesenannya dah sampe, telpon gue yak," pinta pemuda itu dengan nada santai yang dibuat-buat. Haidar yang merupakan sahabatnya, dan yang kebetulan duduk tepat di sampingnya, menyadari perubahan mood yang dialami Rehan, tapi ia tak ingin memperparah keadaan dengan mempertanyakan keadaannya di hadapan yang lain. Akhirnya ia hanya bisa mengulum senyum sebelum ia menganggukkan kepalanya.
"Iye, tar gue telepon," responnya yang seketika itu juga membuat Rehan langsung melengang pergi dari restoran tempatnya berada tersebut.
Seperginya Rehan dari restoran tempat mereka berada, Haidar langsung memindahkan pandangannya kembali ke Mahesa yang sedang berbincang dengan Sekarnya, lengkap dengan skinshipnya yang masih betah ia lakukan. Ia merasa ingin marah dan tidak marah di saat yang bersamaan. Memang sudah karakternya menjadi orang yang jarang serius, tapi ia juga tahu kalau Mahesa harus disentil terlebih dahulu baru menyadari kesalahannya. Haidar menghela napasnya, memutuskan untuk membahas topik ini di lain waktu saja. Namun, disaat yang bersamaan sebuah suara memanggil nama Mahesa.