"Rain masuk dulu ya, Ayah," ujar Rain pada ayahnya.
"Iya, sayang," timpal Bram.
"Nanti biar dijemput sopir ya," ujarnya lagi.
Rain berpikir sejenak. Sepertinya ia akan sangat lelah hari ini. Dirinya sudah berniat saat pulang sekolah akan membeli es krim bersama sahabatnya di tempat favorit mereka. Jika pulang dengan sopir, akan kurang menyenangkan.
"Eum, tidak usah, ayah. Rain nanti pulang dengan Freya. Rain mau beli es krim sebentar setelah pulang sekolah." jelas Rain menolak.
"Janji tidak pulang larut?" tutur Bram membuat janji pada putrinya.
"JANJI!" ujar Rain semangat menyanggupi.
Setelah perbincangan hangat ayah dan putrinya tersebut, Rain segera menuju lapangan tempat dimana ratusan murid telah berkumpul untuk masa orientasi mereka.
Mata hazel Rain sibuk mencari gadis seumuran dirinya. Gadis cantik yang tingginya sama sepertinya. Tanggal lahir mereka pun sama. Sungguh salah satu keajaiban dunia versi aplikasi oren.
Hampir 10 menit Rain menelisik kehadiran sahabatnya itu dan kini terlihatlah rambut panjang berkepang yang familiar di mata Rain. Iya, itu sahabat Rain, FREYA EMBUN CANTIKA.
"REYA!" teriak Rain memanggil sahabatnya.
"HAIII!!" teriak Freya tak kalah antusias.
Orang mana yang tidak akan senang jika masuk sekolah yang sama dengan sang sahabat. Begitu pula yang dirasakan mereka. Mereka akan menghabiskan waktu tiga tahun terakhir ini di SMA.
"Lo darimana aja?" tanya Freya menghampiri Rain.
"NYARIIN LO!" ujar Rain kesal.
"Yuk, kumpul. Udah pada kumpul noh," ajak Freya.
Ucapan Freya hanya dibalas anggukan oleh Rain.
Matahari mulai merangkak lebih tinggi membuat siapapun mengeluh gerah dan panas. Padahal, waktu masih pukul sembilan. Keringat membasahi dahi Rain juga Freya. Gadis cantik seperti mereka harus berjemur di lapangan hanya demi masuk SMA Angkasa.
"Okey, agenda selanjutnya setelah materi orientasi ini adalah permainan." titah Arya, salah satu pengurus OSIS yang membimbing rombongan Rain dan Freya.
Arya Adyatama Baga. Seorang yang irit bicara, tegas dan berwibawa. Dia pintar, peringkat dua pararel. Salah satu most wanted di SMA Angkasa. Oke, lengkap.
"Aduh, Re. Gue udah capek." keluh Rain.
"Bukan lo doang Rain." imbuh Freya.
"Jadi nama permainannya adalah 1, 2, 3, Dor! Silahkan kalian buat lingkaran sekarang!" perintah Arya.
Setiap calon siswa dengan cepat bergerak mengikuti perintah Arya. Begitu pun dengan Rain dan Freya. Mereka tetap melakukannya meskipun dengan rasa malas yang memuncak. Cacing-cacing dalam perut mereka sudah berteriak meminta asupan berharap sang empu merespon dengan cepat. Tapi apalah daya, perasaan itu hanya bisa di Rain dan Freya hiraukan.
"Aturannya silahkan kalian berhitung dari satu sampai seratus. Namun, setiap orang yang mendapatkan angka 3 dan kelipatannya harus mengatakan DOR! Mengerti?" jelas Arya.
"MENGERTI." jawab semuanya serempak.
Permainan pun dimulai. Semua calon siswa berhitung dan tibalah giliran Rain. Tapi kita lihat apa yang dilakukan gadis cantik ini.
"Tiga puluh tiga." ucap Rain tanpa beban.
Seluruh mata menuju padanya sekarang. Rain mengernyit heran. Ada apa? Apakah dirinya berbuat salah? Hingga ia tersadar. Dia baru saja mengucapkan angka tiga puluh tiga, itu merupakan kelipatan tiga. Rain dalam masalah kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Teen FictionCerita ini diambil dari kisah nyata author. Beberapa kesamaan nama dan latar adalah murni ketidaksengajaan. Seorang gadis cantik begitu susah memperjuangkan cinta pertamanya. Akankah ia mendapatkan hati pria yang ia cintai itu? Ikuti terus perjuang...