BAB IV. MURAHAN?

20 2 0
                                    

ASSALAMUALAIKUM GAISSS, HOW ARE YOU??

ALHAMDULLAH RAIN BISA KEMBALI UPDATE, DOAKAN SEMOGA AUTHORNYA ISTIQOMAH YAA, WKWK

HAPPY READING ALL

~

Pagi ini Rain memasuki gerbang sekolah seperti biasa. Terlepas dari kejadian yang menimpanya kemarin perlahan sudah mulai dilupakan Rain. Ia juga diantar dengan selamat sampai rumah oleh Keynen. Tapi tunggu, mengapa banyak siswa menatap Rain di sepanjang koridor yang ia lewati? Apakah dirinya salah seragam? Apakah Rain memakai baju terbalik? Semua tidak. Lalu apa yang membuat dirinya menjadi pusat perhatian saat ini?

"RAIINN!" panggil Freya yang menyambutnya di ambang pintu kelas.

"Apa sih?" jawab Rain bingung. Ada apa Freya sudah memanggilnya sekeras ini di pagi hari.

Tangan Rain diseret oleh Freya menuju papan pengumuman sekolah. Menerobos segerombolan murid yang masih melihat trending topik pagi ini. Dan terpampanglah dengan jelas foto Rain yang sedang berpelukan dengan Keynen di depan laboratorium kimia 1. Mata hazel Rain membulat melihat hal itu. Bagaimana bisa? Siapa yang melakukan ini semua? Kepala Rain terasa berat dengan ribuan pertanyaan tentang siapa dalang di balik semua ini.

"Jelasin sama gue kenapa lo bisa pelukan sama kak Keynen?" tanya Freya mengintimidasi.

"Ini gak seperti yang lo pikirin, Reya." ujar Rain.

Freya mengerti isyarat mata Rain, mereka harus membicarakan ini di tempat lain, lalu ia mengajak Rain pergi ke taman belakang sekolah.

"Rain, cerita sama gue, ada apa?" tanya Freya kembali.

"Oke, gue jelasin," jawab Rain.

"Kemarin ketika gue keluar kelas, tiba-tiba ada notifikasi dari nomor yang gak gue kenal, Re. Dia bilang, dia kak Arya. Dia mau gue nemuin dia di lab kimia 1." jelas Rain.

"Terus lo turutin?" tanya Freya penasaran yang dibalas anggukan Rain.

"Setelah gue dateng dan masuk lab itu, gak ada siapa-siapa, Re. Lalu, tiba-tiba ada yang sengaja kunciin gue di ruangan itu. Gue panik, gue teriak, tapi gak ada seorang pun yang dengar."

Freya masih setia mendenngar penjelasan Rain.

"Lo tau kan gue pobia gelap. Gue hampir mati di sana, Re. Nafas gue udah sesek, sampe pintu itu dibuka dari luar."

Freya mengangguk tanda paham dengan penjelasan Rain.

"Gue cepat-cepat keluar, gue peluk orang itu, gue gak peduli dia manusia atau bukan. Dan setelah gue sadar tenyata itu kak Keynen."

Freya merasa iba dengan apa yang dialami oleh sahabatnya itu. Ia merasa bersalah karena meninggalkan Rain dan memilih pulang terlebih dahulu.

"Maafin gue, Rain."

Rain menautkan kedua alisnya tak mengerti apa maksud Freya.

"Seharusnya gue gak pulang duluan kemarin. Apapun bisa terjadi sama lo di ruangan itu." ucap Freya menyesal.

"Santai aja kali, Re. Buktinya gue aman," ujar Rain.

"Iya aman, kan ada pahlawan ganteng alias kak Keynen, haha!" ledek Freya.

Rain yang mendengar hal itu sebal dan hendak memukul Freya namun sahabatnya itu sudah kabur mendahuluinya.

Dua gadis cantik itu akhirnya masuk kelas seperti murid-murid lain. Walaupun sambutan pagi ini sangat tidak mengenakkan, tapi Rain berusaha bersikap biasa saja dan mengabaikannya. Tujuannya bersekolah di SMA Angkasa ini adalah untuk mencari prestasi karena sekolah ini akan mengantarkannya lebih dekat dengan impian Rain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang