Takemichi memandangi bulan yang bersinar di langit, cahayanya memantul di atas sungai dan terlihat sangat cantik. Dia sedikit meringis dan menyentuh sudut bibir yang robek. Itu adalah hadiah dari Hinata karena memutuskan gadis itu lagi. Takemichi tidak bisa membiarkan dia terlibat terlalu jauh, karena mulai dari sini semuanya akan lebih berbahaya.
Pada dasarnya, itu hanyalah alasan klise untuk menutupi alasan sebenarnya. Dan Takemichi tahu apa itu.
Suara langkah kaki tak dapat mengalihkan perhatiannya. Takemichi hanya melirik sedikit, lalu tersenyum tipis saat melihat untaian pirang di kegelapan. Seragam gengnya yang berwarna putih terlihat jelas walaupun di malam hari.
Melihat seseorang yang ada di tepi sungai, si surai pirang berniat pergi dari tempat itu. Dia mengurungkan niatnya duduk melamun menikmati kesunyian seperti yang sering dia lakukan.
"Bulannya sangat indah kan, Mikey-kun?"
Langkah Mikey berhenti, dia menatap Takemichi dengan wajah datarnya. Takemichi masih tersenyum sembari memandangi bulan. Beberapa saat kemudian, dia bangkit dan menoleh ke belakang.
"Kau menjadi lebih menyebalkan dari saat kita pertama bertemu, Mikey."
Sosok lain dengan rambut panjang berwarna merah muda hampir maju untuk menghajar Takemichi jika saja Mikey tidak menahannya.
"Kau seharusnya tetap diam, Takemichi," ucap Mikey. Suaranya terdengar dingin, tidak seperti dua tahun yang lalu.
"Aku tahu, tapi aku tidak bisa." Hembusan angin menerbangkan surai mereka. Netra hitam dan biru itu saling menatap. Takemichi mengambil sesuatu dari saku celana, lalu melemparkannya pada Mikey.
Pemimpin Kantou Manji itu menatap sesuatu yang dilemparkan padanya. Itu adalah sebuah kalung, dengan bandul berbentuk seperti matahari kecil.
"Apa yang kau inginkan?"
"Tidak ada." Takemichi menggeleng. "Hanya, simpan saja. Kau pasti akan membutuhkan itu untuk mengingatkanmu padaku, suatu saat nanti."
Mikey mengerutkan keningnya heran.
"Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan akhir yang buruk, Mikey." Mikey mengalihkan tatapannya pada si Pahlawan Cengeng, sedangkan Takemichi sudah berbalik membelakangi Mikey.
"Aku mungkin tidak bisa menjadi seperti Sanzu yang siap membunuh untukmu. Tapi aku bisa memberikan nyawaku padamu."
Takemichi berjalan menjauh dari sang pemimpin Kantou Manji itu, meninggalkan Mikey yang masih terdiam sembari menatap punggung Takemichi.
Mikey mengenggam kalung di tangannya dengan erat. Tidak ada yang tahu apa yang dia pikirkan.
"Kita pergi, Sanzu!"
Sanzu mengangguk paham. Keduanya segera pergi meninggalkan tepi sungai untuk kembali ke markas. Mikey tidak mengatakan apapun sesampainya di markas Kantou Manji. Dia mengabaikan sapaan anak buahnya, memilih untuk pergi ke kamar dan mengunci pintunya.
Di dalam kamar, Mikey berdiri di tepi jendela. Dia memandangi kalung pemberian Takemichi, lalu memakainya dan menyembunyikan kalung itu di balik baju agar tidak ada yang melihat. Mata hitamnya beralih memandangi bulan yang bersinar cerah.
"Kau benar-benar menyebalkan, Takemitchy. Seharusnya kau menjauh dariku," Mikey menutup matanya, mengingat obsidian biru Takemichi Hanagaki yang sering sekali mengeluarkan air mata.
"Bulannya memang selalu indah, Takemitchy." bisiknya pelan di kesunyian.
.
.
.
Mikey menatap kosong ke arah Takemichi yang berdiri di hadapannya, melindungi dia dari tembakan. Satu peluru dari salah satu anak buah Terano menembus dada si Pahlawan Cengeng. Takemichi terbatuk darah, menatap Mikey dengan senyuman yang sering dia tunjukkan."Takemitchy?"
Mikey merasa kosong, kali ini lebih parah daripada saat dia mendengar kematian Ryuguji Ken beberapa saat yang lalu. Dia bergegas maju untuk menangkap tubuh Takemichi yang sudah limbung.
Semua anggota geng yang ada di sama hanya menatap keduanya. Tidak ada yang berani mendekati Mikey setelah si pemimpin Kantou Manji itu membunuh Terano South.
"Mikey," Takemichi memanggilnya dengan suara pelan. "Ka-kau harus ba-hagia." Takemichi merasa dadanya semakin sakit setiap dia berbicara.
"Diam, Takemitchy!" Mikey membentak. "Sudah kubilang, harusnya kau menjauh."
"A-ku juga sudah mengatakannya, aku -uhuk- tidak bisa melakukannya selagi kau belum bahagia."
Pandangan Takemichi beralih pada sebuah kalung berwarna silver di leher Mikey. Dia berusaha bangun agar bisa menyentuh kalung itu. Tangannya terulur untuk memastikan sesuatu. Dia lantas tersenyum saat melihat kalung yang Mikey pakai, itu adalah kalung yang dia berikan di pertemuan mereka sebelumnya.
Takemichi mengambil sesuatu dari saku kemeja sekolahnya. Itu adalah kalung yang serupa dengan yang dia berikan pada Mikey. Bedanya, bandul kalung milik Takemichi berbentuk bulan sabit. Dengan tangan gemetar, Takemichi menempelkan kedua kalung itu menjadi satu.
"Sekarang, itu sudah lengkap," ucapnya. Mikey bisa mendengar jika suara Takemichi semakin pelan. "Itu akan membantumu mengingatku."
Mikey tersentak. Kini dia paham maksud perkataan Takemichi sebelumnya.
"Mikey," Takemichi berbisik. Tangannya terulur untuk menutup mata Mikey. Mikey sendiri merasakan sesuatu yang aneh. Dia merasa tubuhnya seperti tersengat kecil dan perasaannya kembali tenang. Tanpa dia sadari, sesuatu yang gelap di belakang tubuhnya perlahan menghilang seolah-olah hal itu tak pernah ada.
Takemichi tersenyum tipis melihat hal itu. Dia lalu menurunkan tangannya, dan tiba-tiba mengecup bibir Mikey yang masih terdiam bingung.
"Aishiteru, Manjiro."
Mikey menatap Takemichi dengan mata terbelalak. Tubuh di dekapannya tiba-tiba merosot, menyadarkan Mikey dari keterkejutan.
"Takemitchy?" Panggilannya pelan. Mikey meletakkan tubuh Takemichi di tanah perlahan.
"Hei, bangun Takemitchy. Mitchy, bangun." Mikey terus mengguncang pelan tubuh Takemichi. Tanpa dia sadari, air matanya mulai mengalir. Dia menangis, sesuatu yang sudah sangat lama tidak dia lakukan.
Mikey menempelkan dahinya dan dahi Takemichi. Bandul kedua kalung yang sudah disatukan itu jatuh di dada si Pahlawan Cengeng. Mikey menutup matanya dan mulai terisak, mengabaikan hujan yang tiba-tiba turun dan menghilangkan cahaya indah dari bulan purnama.
Sama seperti dia, yang kini kehilangan cahayanya.
End...
25 Mei 2024Moon and Sun🌞🌙
>Colour: Silver & Gold
>Moon: Sano Manjiro
>Sun: Hanagaki Takemichi
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll do Everything for You(✔)
Short Story|Maitake [5] 📍one-shoot . . "Aku mungkin tidak bisa menjadi seperti Sanzu yang siap membunuh untukmu. Tapi aku bisa memberikan nyawaku padamu."- Hanagaki Takemichi . . ⚠Warning⚠ Karakter Tokyo Revenger hanya milik Ken Wakui