"Kenapa malam sekali pulangnya, Rhea?" teguran Deni Purnama pada sang putri tercinta, ketika malam ini gadis cantik itu baru saja turun dari dalam mobil.
Rhea mendengus. Ini bukan kali pertama baginya pulang malam menyentuh pukul sepuluh. Namun, ayahnya selalu saja mempertanyakan hal yang sudah pasti tahu jawabannya.
"Tadi lembur, Yah," jawab Rhea singkat, mendekati ayahnya untuk dapat mencium punggung tangan lelaki berusia lima puluh tujuh tahun itu. "Aku masuk dulu, capek ... ingin istirahat," pamitnya kemudian melenggang pergi meninggalkan sang ayah di teras rumah. Mengabaikan sosok orang lain yang sedang duduk bersama Deni Purnama. Bahkan Rhea tak perlu repot-repot menyapa apalagi menolehkan kepalanya untuk dapat melihat rupa pria tampan yang malam ini sedang menemani Deni main catur.
Begitulah Rhea. Yang belum mengenal, pasti akan langsung menilai jika wanita itu sombong sebab tak seberapa mau peduli dengan orang-orang di sekitarnya jika itu tak ada kaitan dengannya. Rhea terlalu malas mengurusi hidup orang lain karena hidupnya sendiri saja sudah cukup rumit untuk dia pahami.
Menjadi sosok wanita berusia dua puluh tujuh tahun dengan status jomlo saja sudah kerap membuatnya sakit kepala sebab akan ada banyak orang yang mempertanyakan perihal statusnya. Seperti kapan kamu menikah? Mana calonmu, kok tidak pernah terlihat jalan bersama lelaki.
Duh, kepala Rhea akan meledak seketika jika soalan hidupnya dijadikan bahan ghibah orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itulah kenapa ia sangat malas jika berhubungan dengan orang lain di sekitarnya. Dalam kamus hidupnya, Rhea hanya akan menghabiskan waktu setiap harinya untuk bekerja, berkumpul dengan keluarga inti seperti ayah, ibu dan kakak lelakinya. Juga tak lupa, menyenangkan dirinya sendiri sebagai bentuk reward atas kerja kerasnya selama ini.
Wanita muda dengan wajah lelah itu kini menyeret langkah kakinya masuk ke dalam rumah, hingga punggungnya tak lagi terlihat oleh Deni, sang ayah.
"Begitulah putri Om. Setiap hari hanya sibuk bekerja tanpa memikirkan kehidupan pribadinya," gumam Deni yang terdengar jelas di telinga Haris Saputra.
Ya, sosok pemuda yang saat ini sedang bersama Deni, bermain catur di teras rumah, menghabiskan waktu malam mereka untuk melepas penat setelah seharian sibuk bekerja.
"Om pasti bangga karena memiliki putri yang hebat. Wanita karir yang mandiri dan juga cantik." Tanpa sadar Haris justru memuji Rhea. Bagaimana pun, dia akan menyanjung putri dari sosok Deni Purnama. Lelaki baik yang menjadi panutan olehnya. Di lingkungan komplek perumahan ini, Deni salah satu warga yang disegani oleh para tetangga sekitar tempat tinggalnya. Selain orangnya baik, sikapnya juga santun serta ramah pada siapa pun juga. Jadi, tak heran jika Haris pun mengidolakan lelaki itu. Menganggap Deni sebagai pengganti sosok bapaknya yang berada jauh darinya. Karena kedua orangtuanya tinggal di sebuah kampung yang jauh dari pusat kota. Dari Deni juga Haris banyak belajar akan perjalanan hidup yang penuh lika liku. Sebagai seorang bujangan yang mengontrak rumah tepat di depan tempat tinggal Deni, Haris juga mencoba mendekatkan diri pada para tetangganya. Beruntung ia selalu dipertemukan dengan orang-orang yang baik dan selalu membantunya.
"Skak!" Dengan lantang Deni berucap mengagetkan Haris akan lamunan. Ya, dia sedikit lengah tadi sebab Deni harus membahas mengenai Rhea dengannya. Salah satu hal yang membuat Haris mendadak kepikiran. Entah apa sebabnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/369742624-288-k705461.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA
RomanceJUDUL : RHEA, Dinikahi Satpam Tetangga Depan Rumah BLURB : Dijodohkan dengan tetangg depan rumahnya untuk meredam gosip perselingkuhan dengan sang atasan. Rhea terpaksa menerima Haris yang hanya berprofesi sebagai satpam.