Chapter 3

1.7K 217 34
                                    


Dua keluarga yang sudah sangat dekat ini sekarang tengah menghabiskan waktu bersama, hanya makan disebuah restoran fancy untuk sekedar bercengkrama, para orang tua asik membicarakan insiden yang memicu kemarahan Renjun kemarin malam.

dan yang terjadi sekarang adalah Renjun menjadi lebih menempel pada Haechan, katanya Haechan tidak boleh sayang Nana biar Injun saja, dan Mae harus menerima kekalahannya saat anaknya menang tanpa melakukan perlawanan berarti.

"Adek turun dulu kasian Abang mau makan" Tegur sang bunda saat dilihatnya anaknya asik bersandar dipangkuan Haechan sambil bermain ponsel, padahal pelayan sudah mengantarkan makanan mereka.

Renjun menggeleng, dia tidak mau turun dia ingin dipangku Haechan. Tidak tahu kah bunda akhir-akhir ini Haechan terlalu sering meninggalkannya sendiri? Hanya saat libur seperti ini saja Renjun bisa menempel pada Haechan.

"Sudah biarin saja bunda, Abang bisa makan satu tangan kok." Yang dewasa hanya bisa menghela nafas saat mendengar jawaban Haechan.

"Abang besok kerja?" Tanya Renjun, sedikit mendongak untuk menatap Haechan m

"Iya sayang, kenapa? Adek bosan ya?" Renjun mengangguk

"Mau ikut Abang?" Tawarnya

"Boleh?" Tanya Renjun mendongak lagi

"Boleh. Abang ada rapat pagi, Adek ke sana siang saja." Renjun mengangguk, mulutnya terbuka menerima suapan potongan daging yang Haechan sodorkan.

"Rapat dengan siapa bang? perasaan Daddy yang handle client?" Tanya Johnny

"cuma rapat internal kok Dad, kemarin Abang audit laporan keuangan bulan ini ga balance jadi Abang minta rapat sama anak finance.

"oh" Daddy mengangguk paham. Renjun tidak suka ini. kenapa saat kumpul keluarga pun mereka selalu membahas pekerjaan yang Renjun tidak mengerti sama sekali, Karena kesal akhirnya Renjun hanya diam, sesekali mulut nya terbuka menerima suapan dari Haechan sedangkan matanya fokus menatap layar ponselnya.

***

Hari senin, hari yang dibenci hanpir semua pekerja dan pelajar. Tapi kali ini Renjun tidak membencinya karena dia sudah dimasa transisi, tapi mungkin juga dia tak begitu menyukainya sebab dia dan Haechan akan terpisah selama setengah hari.

"Abang berangkat dulu ya? Nanti minta antar supir saja ok?" Renjun yang mengantar Haechan sampai depan pintu sambil meminum susu dari botolnya mengangguk patuh, tenang saja dia tidak minum dari dot susu, itu hanya tumbler dengan sedotan dan dua pegangan dimasing-masing sisinya yang biasa dia bawa saat main.

"Aaaaaaa gemes banget sih, rasanya Abang gamau bekerja. Apa Abang gausah kerja aja ya?" Haechan yang sudah rapih dengan stelan kerjanya mendadak tak ingin berangkat dan ingin bermain seharian saja dengan Renjun. Terlebih saat melihat Renjun minum dengan benda yang menurut Haechan punya anak TK itu, tapi terlihat cocok sekali dengan Renjun.

"Kerja Abang! nanti Daddy marah." Ujar Renjun setelah melepaskan sedotan tumbler nya. Meski cemberut akhirnya Haechan mau berangkat kerja.

"Sayang dulu tapi!" Ujar Haechan sambil menunjuk pipinya. Renjun sedikit berjinjit untuk memberikan Haechan semangat berupa kecupan sebelum Abangnya itu berangkat bekerja. kalian bayangin saja betapa menggemaskannya dia, tubuhnya yang kecil itu harus berjinjit menyamai tinggi Haechan yang bak model itu, Tangan kecilnya memegangi tangkai tumbler beningnya yang berisi susu, tampilannya masih sedikit acak-acakan karena belum mandi, apa ga mau diculik saja rasanya?

"Dadah sayang!!!" Haechan melambaikan tangannya dan memasuki mobil, Renjun balas melambaikan tangannya sembari kembali menyesap susu nya. setelah kepergian Haechan Renjun kembali memasuki rumah, Rumah siapa? Rumah Mae!

Adek? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang