Chapter 6

1.5K 218 58
                                    

"Nana yakin? Ini tinggi sekali." Renjun menatap pohon jambu air yang ada dibelakang pekarangan rumah Nana, tadi pagi-pagi buta Renjun merengek pada Haechan mengatakan kalau dia ingin bermain dengan Nana hari ini, jadilah Haechan mengantarnya ke kediaman Lee sebelum dirinya berangkat ke kantor.

"Tidak yakin Injun, nanti kalau tidak bisa turun bagaimana?" Tanya Nana, mereka berdua berencana untuk memanjat pohon itu karena tergoda akan buah yang sudah berwarna mewah ranum, biasanya ada penjaga kebun yang akan Nana mintai bantuan, tapi hari ini paman penjaga kebun itu tidak masuk.

"kayaknya Injun bisa deh." Meski berkata demikian dalam hati Renjun juga merasa ragu, sedangkan Nana tidak punya ide lagi, dia juga ingin jambu itu, tapi jangankan meminta bantuan orang lain, galah saja mereka tidak bisa menemukannya.

"Nana ambilkan tangga saja ya?" Renjun mengangguk, menatap keatas pohon dengan tidak sabar ingin mencoba buah yang kata Nana rasanya sangat manis. Tak lama Nana datang dengan tangga lipatnya, Renjun juga bersiap naik saat dilihatnnya Nana sudah standby memegangi tangga itu.

"Wahh Injun pintar sekali, seperti monyet." Puji Nana

"Maksud Nana Injun berbulu?" protes Renjun dari atas sana, Nana yang mendengar itu mendongak menatap Renjun yang sudah nangkring di dahan pohon

"Ish bukan, Injun seperti monyet yang ahli memanjat." Ralat Nana, Renjun tak menjawab lagi dia kembali menaiki dahan demi dahan hingga dia sudah sampai pada bagian tengah pohon, temoat dimana buah itu sudah mulai matang.

"Injun! Nana mau yang disebelah kiri itu!" Tunjuk Nana

"Yang ini?" Tanya Renjun menunjuk salah satu buah yang mungkin dimaksud Nana

"Ish bukan itu, itu kanan, kiri yang satunya Injun." Ujar Nana

"Oh iya hehe" Renjun memang kadang kesulitan membedakan mana kanan mana kiri, bahkan dia harus memastikan dengan tangannya dulu melihat tangan yang ia gunakan untuk makan barulah ia tau kanan itu sebelah mana.

"Yang ini?" Teriak Renjun

"Iya! lempar Injun lempar Nana tangkap!" Renjun mengikuti instruksi Nana untuk melemparkan hasil petikannya, beberapa bisa ditangkap Nana beberapa berakhir mengenaskan diatas bebatuan halaman belakang.

"Sudah Nana, Injun capek." Keluhnya, Nana mengangguk dan mengambil posisi kembali memegangi tangga yang akan digunakan renjun untuk turun, namun setelah menunggu beberapa saat Renjun tak kunjung turun membuat Nana kebingungan.

"Injun ayo turun!" Ujar Nana

"Na-nana Injun tida bisa, Injun takut, ini tinggi sekali." Nana mematung, terus kalau Injun tidak bisa turun bagaimana?

"Tapi dirumah tidak ada orang Injun, siapa bantu?"

"Huaaaa Nana, Injun mau abang, Suruh abang kesini!" Renjun hampir menangis, rasanya pusing sekali saat melihat kebawah, dibawah ada batu halaman yang menantinya, jika tergelincir sedikit habislah dia, Renjun yang semakin panik semakin mengeratkan pelukannya pada batang pohon itu, sadar atau tidak lututnya sudah memerah karena bergesekan dengan kulit pohon yang kasar, sementara dibawah sana Nana juga sudah panik mencari ponselnya yang tak kunjung ketemu.

"Huaaaa Nana, Injun mau abang, Suruh abang kesini!" Renjun hampir menangis, rasanya pusing sekali saat melihat kebawah, dibawah ada batu halaman yang menantinya, jika tergelincir sedikit habislah dia, Renjun yang semakin panik semakin mengeratkan ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Adek? ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang