"IZZA!"
Yang dipanggil, langkahnya bersama Azzura, sahabat tomboinya, dihentikan. Seorang laki-laki yang menjadi saingan basketnya mendekat dengan raut penuh amarah.
"Sejak kapan lo macarin adek gue?"
Disemprot begitu, alis Yuizza tertekuk menatapnya. "Adek lo?"
Wahyu mendengus. "Saking banyaknya cewek yang lo PHP-in, adek gue aja lo lupa."
"Nggak usah fitnah dulu bisa nggak, sih? Gue bener-bener nggak tahu siapa yang lo maksud, dan... sori? Gue nggak pernah PHP-in siapa-siapa."
"Banyak bacot!"
Bugh!
Seorang gadis yang baru saja melintas dari kejauhan, melihat kerumunan yang melibatkan adegan kekerasan itu pun membulatkan mata, langkahnya berhenti sebentar, sebelum menggeram dan mengepalkan jemari.
Yuizza di bawah kaki Wahyu meliriknya sayu, tidak suka kekerasan. Sementara Azzura memberontak ditarik kedua teman Wahyu mundur waktu hendak menolong Yuizza. Baru saja Wahyu menarik kerah hendak melayangkan pukulan ke dua, suara seorang cewek berlari mendekat sambil lemparan tasnya hingga menarik perhatian semua orang di sekitar.
Buakh!
Shoot.
"AAAHH!"
Satu sama.
Wahyu akhirnya tumbang karena sebuah tas cukup tebal mengenai kepalanya.
Dada Vanila naik turun sambil memungut tasnya, menatap Wahyu penuh emosi. "Jangan kayak anak kecil! Kalo punya masalah tuh diselesein dengan cara baik-baik! Masa harus dikasih tahu dulu udah besar?" peringatnya dengan berani, nadanya terdengar kesal bercampur emosi, sebelum melirik Yuizza yang dbantu Azzura berdiri.
Yuizza benar-benar tidak mengerti, kenapa selalu ada cewek ini di setiap masalahnya? Kenapa selalu ada pembelaan dari Vanila untuknya? Kenapa cewek ini selalu ikut campur, padahal mereka tidak pernah saling mengenal sebelumnya?
Dan ... kenapa harus Yuizza?
Padahal kemarin-kemarin juga ada keributan seperti ini, tapi cewek ini tidak ikut campur. Berbagai pertanyaan-pertanyaan menggantung di kepala mengusik Yuizza. Cowok itu menatap Vanila-yang tengah mengomeli Wahyu habis-habisan-penuh tanda tanya.
Baru saja Wahyu membuka mulut hendak membalas omelan Vanila, gadis itu keburu berbalik dan berlari kecil meninggalkan kerumunan tanpa melirik siapa-siapa.
Yuizza menatap punggung mungil itu dalam diam.
•••
Entah ini hanya perasaan Yuizza atau dia yang kepedean, akhir-akhir ini dia merasa ada yang mengikutinya dari belakang sampai pulang. Namun waktu dirinya berbalik, tidak ada siapa-siapa. Cowok itu menelan ludah, bulu kuduknya dirasa berdiri, sebelum mempercepat langkah menuju halte berikutnya, dan berikutnya-seperti biasa.
Beberapa akhir ini motornya disita Ayah, makanya Yuizza sering naik bus sekarang. Kendaraan berlalu lalang di sekitar seolah menjadi kekuatannya untuk menghilangkan rasa takut menyapa.
Terima kasih masih bertahan hidup sampai saat ini. Kalo capek, istirahat, ya:) Apapun masalah lo jangan mencoba buat menghindar, selesein dengan cara baik-baik. Katanya, coklat bikin orang bahagia, semoga lo suka.
Yuizza teringat isi surat dari selipan pita merah muda di sebatang coklat yang terletak di lokernya tadi pagi. Sebenarnya hari ini bukan hari pertama dia menerima surat itu, sudah hampir seminggu dan isinya berbeda-beda. Segala bentuk penyemangat hidup, ucapan selamat setiap cowok itu memenangkan pertandingan basket, ucapan terima kasih, pesan-pesan lain yang makin membuat Yuizza penasaran siapa pemilik tulisan tangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, I Have On Crush You
Novela Juvenil"Lo pikir dengan cara lo jadi penguntit gini orang bakal seneng? Mau lo apa?" "Jadi selama ini kita nggak kebetulan, tapi lo yang suka ngurusin kehidupan orang? Mau lo apa, gue tanya?" "Kalo lo nggak bisa jawab, gue peringatin sama lo. Jangan suka i...