Chapter 4

93 14 1
                                    


    Setelah kejadian itu mereka berdua tidak pernah bertemu lagi. Meski sama-sama bergairah nyatanya mereka hanya melakukan sebatas ciuman saja. Naruto sendiri tidak peduli dengan hal seperti itu, hal demikian sudah sangat sering ia lihat di dalam dunia gelap. Suatu norma begitu tidak mereka hiraukan jika sudah masalah nafsu.  


"Nona..." panggilan itu mengalihkan mata safir yang sedang memainkan ponselnya. Naruto sekarang sedang menjemput Boruto dan Himawari karena Hinata ada keperluan di luar rumah.


"Sudah? Kalian tidak nakal, kan?" tanya Naruto dengan senyuman cantik. Beberapa mata yang melihatnya merasa iri di dalam hati melihat paras wajahnya.


"Tentu saja tidak, Otou-chan berpesan agar kami tidak menjadi anak nakal," kata Himawari dengan riang, bahkan Baruto menganggukkan kepalanya cepat sebagai tanda pembenaran ucapan dari sang adik.


Dalam hati Naruto haru melihat didikkan kakaknya untuk sang anak. Perempuan ini kembali mengingat saudara kandungannya yang sudah tiada. Maka Naruto pun ingin menyenangkan hati kedua keponakannya sepuas mungkin sebelum ia kembali ke Amerika lagi.


"Mau langsung pulang apa cari makan dulu?" tanya Naruto dengan tenang. Boruto dan Himawari yang mendengar pertanyaan itu hanya bisa saling melirik.


"Sebenarnya sepulang sekolah paman Sasuke akan mengajak kami ke makam Otou-chan."


"Kenapa harus paman Sasuke?" tanya Naruto mengerutkan kedua alisnya. “…Kan ada Nona??” Mata safir sedikit marah, meski sebenarnya ia hanya berpura-pura saja. Sejujurnya Naruto tidak mau keponakannya terlalu dekat dengan pria Uchiha itu.


"Maaf, karena kami pikir Nona sangat sibuk. Kata Okaa-chan, Nona sedang mengurusi perusahaan Otou+chan." Boruto tidak enak hati. "Jadi kami tidak mau bikin repot." Mereka berdua memang sudah diberitahukan hal yang sesungguhnya oleh Hinata jika sang bibi sangat sibuk bekerja agar perusahaan ayah mereka tidak hancur. Maka mereka berdua pun mulai mendengarkan sang ibu agar tidak menyusahkan sang bibi.  


"Nona tidak merasa repot, kalau sedang repot Nona akan bilang tidak bisa langsung." Naruto tidak mau keponakannya jauh dari dirinya. Ia mau mereka meminta apapun tanpa sungkan padanya. "Kalian hanya tidak boleh merepotkan Okaachan, mengerti?"


Mereka berdua mengangguk ragu, maka Naruto pun hanya bisa mengelus kedua kepala keponakannya dengan sayang.


Ternyata, interaksi mereka itu dilihat oleh Uchiha Sasuke yang sedang berada di dalam mobil. Dalam hati ia sangat merindukan Sarada yang sudah tiada. Andai putrinya masih hidup, pastilah ia akan seperti itu. 


Tidak ingin larut, maka Sasuke mulai membuka pintu mobilnya. Kehadirannya itu pertama kali disadari oleh Himawari. "Paman..." Senyuman sang ayah ada pada Himawari sekarang. Naruto yang melihat kedua keponakannya yang begitu ceria tanpa terasa melembutkan matanya. Mereka butuh sosok seorang ayah, batin Naruto miris akan wajah ceria kedua keponakannya yang menyambut Sasuke.


"Lama menunggu?" tanya Sasuke dengan senyuman segarisnya, begitu pelit untuk terlihat semakin tampan.


"Tidak, Paman..." Boruto sangat ceria, dia sudah tidak sabar untuk ke pemakaman sang ayah. “Tapi Nona..." Sang anak lelaki menatap bibinya yang diam memperhatikan mereka bertiga. 


"Pergi saja, tapi kalian harus menjadi anak baik dan dengarkan ucapan paman Uchiha, mengerti...!?" Mata safir Naruto menatap lurus, maka kedua anak itu mengangguk cepat.  


"Kenapa tidak ikut saja?" tanya Sasuke datar, apalagi melihat Boruto yang tidak enak hati meninggalkan Naruto yang sudah datang menjemput mereka berdua kemari.


LIARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang