Setelah jam sekolah berakhir, Rina dan Hana pulang dengan supir pribadi mereka, meninggalkan Zuki dan keempat temannya di sekolah. Tanpa banyak omong, mereka naik ke motor mewah mereka dan memutuskan untuk pergi ke minimarket terdekat.
Setibanya di minimarket, mereka membeli makanan instan dan duduk di bangku luar, mengobrol sambil menikmati camilan mereka. Kenta, yang selalu menjadi yang paling bersemangat dalam merencanakan hal-hal baru, mengajukan ide untuk malam itu.
"Dengar, guys," kata Kenta dengan semangat, "Malam ini, kenapa kita tidak pergi ke klub? Aku tahu tempat yang cocok buat kita. Tanpa aturan ketat seperti klub pada umumnya, dan pastinya seru!"
Teman-temannya mengangguk setuju, tertarik dengan ide Kenta. Meskipun awalnya ragu, mereka tahu bahwa malam itu akan menjadi petualangan yang menyenangkan bersama teman-teman mereka.
Dengan rencana malam yang sudah ditetapkan, Zuki dan keempat temannya pun melanjutkan waktu mereka di minimarket, tertawa dan bercanda sambil menikmati makanan instan mereka. Mereka menantikan dengan antusias petualangan malam yang telah direncanakan oleh Kenta.
Malampun tiba setelah berkumpul di tempat nongkrong mereka, Zuki mulai berbicara dengan serius kepada teman-temannya. Dia memberikan beberapa peraturan yang harus diikuti sebelum mereka pergi ke klub.
"Pertama," kata Zuki dengan tegas, "Kita hanya boleh membeli satu botol untuk kita berlima. Tidak boleh lebih. Kita tidak ingin terlalu mabuk dan kehilangan kendali diri."
Dia melihat ke setiap temannya untuk memastikan mereka mengerti. Kemudian dia melanjutkan, "Kedua, kita tidak boleh menyentuh gadis di sana. Kita hanya pergi untuk bersenang-senang dan menyuci mata, bukan untuk mencari masalah."
Setelah memberikan aturan-aturan tersebut, Zuki menatap teman-temannya dengan serius, "Dan yang terakhir, jika ada masalah dengan gangster atau siapapun di sana, segera beri tahu aku. Kita harus tetap waspada dan menjaga keselamatan kita sendiri."
Teman-teman Zuki mengangguk, menunjukkan bahwa mereka memahami dan akan mematuhi peraturan-peraturan itu. Mereka tahu bahwa Zuki selalu memikirkan keselamatan mereka, dan mereka percaya padanya untuk memimpin mereka dengan bijaksana. Dengan semua aturan yang sudah ditetapkan, mereka pun bersiap-siap untuk malam yang menyenangkan di klub.
Setelah tiba di klub, Zuki memilih untuk duduk dan mengamati sekelilingnya dengan tenang. Dia merasa nyaman hanya menikmati suasana klub tanpa harus terlibat dalam percakapan atau interaksi yang berlebihan.
Sementara itu, teman-temannya dengan percaya diri memulai percakapan dengan para gadis cantik di sekitar mereka. Mereka bersikap tenang dan keren, menunjukkan pesona mereka dengan sikap yang sangat tenang dan berkarisma. Tawa mereka memenuhi udara, menambah semarak malam yang sudah gemerlap dengan cahaya dan musik.
Di tengah keramaian, Zuki tetap memperhatikan keadaan dengan seksama. Meskipun dia tidak banyak bicara, instingnya yang tajam selalu waspada terhadap potensi bahaya. Dia memastikan teman-temannya aman dan tidak terlibat dalam konflik yang bisa membahayakan mereka.
Beberapa saat kemudian, seorang pria mendekati Zuki. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Kenzo, pemilik klub. "Aku sudah mendengar banyak tentang kalian, 'The Elite Seven'," ujarnya dengan senyum ramah. "Klub ini selalu terbuka untuk kalian, sejauh kalian mengikuti peraturan yang ada."
Zuki mengangguk dengan hormat dan menjabat tangan Kenzo. "Terima kasih, kami akan mengikuti peraturan dan tidak mencari masalah."
Kenzo tertawa dan menepuk bahu Zuki. "Itulah yang aku harapkan. Nikmati malam kalian."
Dengan persetujuan dari Kenzo, Zuki merasa sedikit lebih rileks. Dia melihat ke arah teman-temannya yang tampak menikmati malam, tahu bahwa mereka akan baik-baik saja selama dia ada di sana untuk mengawasi.
Malam itu, mereka semua bersenang-senang. Zuki, meskipun lebih pendiam dibandingkan yang lain, tetap merasa bahagia melihat teman-temannya menikmati waktu mereka. Dia tahu, bahwa meskipun mereka terlihat seperti berandalan, di dalam hati, mereka adalah sahabat sejati yang selalu mendukung satu sama lain. Dan di malam yang gemerlap itu, Zuki merasakan kebersamaan yang membuat mereka semakin kuat sebagai kelompok.
Seiring berjalannya waktu, malam pun mulai larut dan mereka memutuskan untuk pulang.
Saat keluar dari klub, Zuki melihat seorang gadis cantik yang terlihat ketakutan sedang berhadapan dengan seorang pria. Pria itu dengan kasar mengajak gadis itu untuk tidur dengannya, tetapi gadis itu menolak sambil ketakutan karena terus dipaksa.
Zuki langsung mendekati mereka dengan tenang tetapi tegas. "Hentikan, dia tidak tertarik," kata Zuki kepada pria itu. "Biarkan dia pergi."
Pria itu marah dan berkata, "Siapa kamu yang ikut campur urusan saya?"
Zuki tetap tenang. "Saya hanya mencoba membantu gadis ini. Anda tidak bisa memaksanya."
Lelaki itu terlihat tidak senang. Dengan marah, dia memanggil dua orang temannya. Teman-teman Zuki melihat bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kenta, yang sudah melihatnya, langsung memukul pria itu untuk melindungi Zuki dan gadis tersebut.
Saat Zuki melihat Kenta dan pria itu mulai berkelahi, dia segera bertindak. Dia memukul salah satu teman pria itu, sementara teman-temannya yang lain juga ikut membantu. Pertarungan cepat terjadi, dengan Zuki dan teman-temannya berusaha mengendalikan situasi tanpa membuat keributan besar.
Mereka berhasil melumpuhkan para pria itu dan membuat mereka mundur. Setelah situasi terkendali, Zuki memastikan gadis itu aman dan mengantar dia ke tempat yang lebih aman.
"Ayo kita pergi dari sini," kata Zuki kepada teman-temannya setelah memastikan tidak ada ancaman lebih lanjut. Mereka pun meninggalkan tempat itu dengan cepat.
Zuki, Kenta, Daiki, Toru, Akira dan Yui, mereka berlari beberapa blok sebelum berhenti di sebuah gang yang sepi, tertawa terbahak-bahak atas kejadian tadi.
"Astaga, Kenta, pukulanmu tadi keren sekali!" seru Daiki sambil terengah-engah.
Kenta tertawa, "Aku hanya bereaksi saja. Tapi Zuki, kamu juga cepat sekali mengambil tindakan."
Zuki tersenyum tipis, meskipun dia masih merasa waspada. Dia melihat ke arah gadis cantik yang mereka selamatkan. Gadis itu masih tampak sedikit terkejut, tapi lebih tenang daripada sebelumnya.
Zuki mendekatinya dengan hati-hati. "Apakah kamu baik-baik saja? Apakah ada yang terluka?" tanyanya.
Gadis itu menggeleng, tersenyum sedikit meskipun ada jejak ketakutan di wajahnya. "Terima kasih banyak. Kalian datang tepat waktu. Aku benar-benar takut tadi."
Zuki mengangguk. "Kami senang bisa membantu. Aku Zuki, dan ini teman-temanku, Kenta, Daiki, Toru, dan Akira. Siapa namamu?"
Gadis itu ragu sejenak sebelum menjawab, "Aku Yui. Terima kasih, aku baik-baik saja."
Zuki tersenyum lembut. "Senang bertemu denganmu, Yui. Pastikan kamu pulang dengan aman. Apakah ada yang bisa kami bantu lagi?"
Yui menghela napas lega. "Tidak, terima kasih. Aku akan pulang sekarang. Kalian hati-hati juga."
Setelah memastikan Yui aman dan melihatnya pergi, Zuki dan teman-temannya mulai berjalan kembali ke motor mereka. Mereka terus tertawa dan bercanda tentang kejadian tadi, merasa lega dan bangga karena berhasil membantu seseorang yang membutuhkan.
### Latar Belakang Yui
Yui adalah seorang gadis yang bekerja di klub untuk pertama kalinya malam itu. Kehidupannya sangat sulit karena orang tuanya sudah tiada, dan dia hidup sebatang kara. Dia bekerja untuk membiayai sekolahnya dan kebutuhan sehari-harinya. Meskipun sangat susah, Yui adalah gadis yang kuat dan bertekad untuk meraih masa depan yang lebih baik. Pertemuan dengan Zuki dan teman-temannya memberikan sedikit cahaya di tengah kesulitannya, dan dia merasa bersyukur atas bantuan mereka malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Bersama
عاطفيةCerita ini adalah tentang perjalanan Zuki, seorang siswa SMA kaya yang pendiam, dan pertemuannya dengan Yui, seorang gadis miskin yang bekerja di sebuah klub malam. Awalnya, Zuki dan teman-temannya mengunjungi klub tersebut tanpa mengetahui apa yang...