Awal bertemu

41 7 4
                                    


"Raina Laura Nathania! Bangun Laura, hari pertama kamu sekolah jangan sampai telat!" ucap Andira sambil membuka pintu dan kain jendela kamar Laura.

Andira adalah mama Laura; nama panjangnya Andira Nathalia, sama seperti Raina Laura Nathania, cuma beda 'L'.

"aaehum, iya Ma, 5 menit lagi ya," Laura kembali tidur sambil menutup matanya dengan selimut, sebab mama nya membuka kain jendela sehingga cahaya matahari memenuhi kamarnya.

"Laura! Bangun, mama siram kamu kalau nggak bangun! Satu... dua... tiga..."

"Eh iya, Ma, bangun nih," Laura kemudian langsung lari ke kamar mandi.

Sambil menunggu Laura mandi, Andira turun ke bawah ke meja makan untuk sarapan bareng dengan ayahnya Laura. Namanya Abimanyu Mahendra; sebenarnya mereka baru pindahan dari Bandung ke Jakarta, sebab urusan kerjaan di kantor Abimanyu. Mau tidak mau, mereka harus pindah.

"Mama, nggak habis pikir sama Laura, Pa. Masa iya anak gadis bangunnya jam 7:30? Gimana nanti dia tinggal dengan mertuanya nanti? Mungkin bakal mati berdiri mertuanya," Andira berbicara dengan kesal sambil mengoleskan selai roti untuk sarapan Abimanyu.

"Aduh, Ma, kayak nggak pernah muda aja. Biarlah Laura berkembang dengan caranya saja, iya toh masih ada kan?" Abimanyu menggoda Andira sambil tertawa.

"Ya, Papa ngebela Laura aja terus!" Andira memasang wajah cemberut.

"Utututt, Mama kayak anak kecil aja ngambekan. Tapi nggak apa-apa deh, kalau Mama ngambek malah makin cantik. Papa jadi inget waktu itu pas Papa ngajak jalan Mama; Papa itu nunggu Mama 2 jam untuk dandan. Emang wanita ngapain sih dandan lama-lama?" Abimanyu bertanya sambil memakan roti yang dibuat Andira.

"Ya, Papa, wanita itu butuh dandan biar makin cantik atuh, gimana sih?"

"Cantik itu luar dalam, jangan luarnya doang," ledek Abimanyu.

"Iya tuh, Mama dandan mulu tiap malam, Pa," Laura turun dari tangga selesai mandi, udah tinggal berangkat doang.

"Berisik. Udah sini sarapan, habis itu berangkat sama Papa biar barengan. Bisa kan, Pa?" ujar Andira.

"Bisa, bisa," sambil memasukkan laptop ke dalam tas kerja.

"Eh, Ma, nggak perlu. Laura mau berangkat sendiri aja naik mobil sendiri. Lagian kan Laura udah telat banget ini," ujar Laura sambil makan rotinya.

"T-tapi kan..." ujar Andira.

"Udah, Ma, tenang aja. Laura nggak bakal diculik kok. Laura berangkat dulu ya, Ma, Pa. Muaach, muaach, daa Ma, Pa," Laura berangkat sambil salam ke Andira dan Abimanyu.

Laura dulunya bersekolah di Bandung, di SMA GARUDA BANDUNG. Pada saat itu, Laura duduk di kelas 11 IPA. Setelah pindah dari Bandung dan menetap di Jakarta, Laura mendaftar di SMA PUTRANYA BANGSA di Jakarta. Awalnya berat bagi Laura untuk pindah, tapi mau gimana lagi, urusan kerjaan papanya.

Di perjalanan, Laura menggunakan mobil jeep mewah bermerek Rubicon sambil menyalakan musik dari Taylor Swift, judulnya "Enchanted," sambil mendengarkan dengan kecepatan lumayan cepat.

Di perempatan jalan lampu merah, dia nyaris menyenggol sepeda motor moge.

"Shittttt, blaaak!"

"Astagaaa, oh my God, gue nabrak orang! Mati nggak ya? Eh, kalau mati gue di penjara. Turun nggak ya? Sialan. Gue harus kabur kalau nggak mati gue diamuk warga," ucap Laura dengan panik.

Tetapi pada saat itu, Laura sempat melihat pengendara motor tersebut dari bajunya dan wajahnya, namun hanya sedikit saja, nggak terlalu terlihat.

"Sialan, bawa mobil nggak hati-hati. WOI, TANGGUNG JAWAB!" pengendara tersebut merintih kesakitan.

"Mas, Mas, nggak apa-apa, mari Mas," ada warga membantu pengendara tersebut.

Pengendara tersebut melihat plat nomor mobil itu dan menghafalnya: B 4466 JKL.

"Awas aja lo ya, kalau dapat, habis sama gue," ucap pengendara tersebut dalam hati.

-----------------

Kring... kring... kring...

Suara bel masuk sekolah pun berbunyi. Nyaris saja Laura terlambat masuk gerbang dan ia menuju ke kantor untuk daftar ulang sebagai siswa baru di sekolah SMA PUTRA BANGSA.

Suara motor moge yang keras dan pengendara motor tersebut datang. Namanya Biru Angkasa Ganendra, seorang siswa dari kelas 11 IPA 1, sekaligus ketua tim basket yang pernah mengikuti olimpiade nasional dan meraih medali emas.

"Mang, Mang, bukain Mang Dadang, Biru terlambat, Mang," Biru turun dari motornya dan memohon untuk dibukakan gerbang oleh security-nya, namanya Mang Dadang.

"Biru, naha anjeun telat? (Biru, kenapa bisa terlambat? Ada apa?)" Mang Dadang, orang Sunda, kadang ngomong Sunda, kadang ngomong Indonesia.

"Iya, Mang, bukain ya. Tadi Biru kecelakaan diserempet sama orang nggak jelas banget tuh orang, Mang," sambil merayu dan menjelaskan kejadian sebenarnya.

"Iya udah, Biru, Mamang bukain ya. Awas jangan sampai telat lagi," sambil membuka pintunya.

"Iya, Mamang, euy, yang paling ganteng kata Biru mah. Makasih ya, Mang," ujar Biru merasa senang.

"Yee bisa aja, Biru. Ya udah, masuk nanti telat," ujar Mang Dadang.

"Oke, Mang, Biru masuk ya," ujar Biru sambil mendorong motornya.

------------------

"Laura ya, anaknya Pak Abimanyu yang dari Bandung? Oke, langsung ke kelas ya barengan sama Ibu," ujar salah satu guru tersebut.

Laura berbicara dengan wali kelasnya, namanya Tahlia Rini Sari, panggilan Bu Rini, ya wali kelas 11 IPA 1.

"Iya, Bu, dengan Ibu?" ujar Laura sambil bertanya mengangguk.

"Panggil aja Bu Rini ya. Ibu ini wali kelas kamu. Kita berangkat bareng ya," ujar Bu Rini sambil mengangkat buku-buku.

-------------------

Dalam perjalanan menuju kelas, Bu Rini memperkenalkan siswi baru di kelas 11 IPA 1.

"Pagi semuanya," Bu Rini masuk bersama Laura.

"Pagi, Bu," siswa di kelas menjawab.

Pada saat itu seluruh siswa berada di posisi bangku masing-masing, tetapi tidak dengan satu siswa yang menarik perhatian Laura; dia duduk sendirian di belakang dekat jendela dan dia sambil meletakkan wajahnya di meja, sepertinya tidur.

"Oke, anak-anak, kali ini kita punya teman baru ya. Coba perkenalkan namanya siapa dan sapa teman-teman kamu," ucap Bu Rini sambil meletakkan buku-buku itu di mejanya.

Laura menghela napas merasa deg-degan.

"Halo semuanya, perkenalkan nama saya Raina Laura Nathania. Kalian bisa panggil Laura. Saya lahir di Bandung dan sekarang tinggal di Jakarta di dekat perumahan Pondok Indah. Salam kenal," merasa deg-degan Laura dengan satu napas.

"Hallo Laura," teman-teman sekelasnya menjawab.

"Hii, cantik banget namanya, duduk sama Ghani ya, Laura," sambil tertawa.

Namanya Ghani, seorang pelawak di kelas, pokoknya asik orangnya.

"Hahaha, kamu Ghani, urus dulu PR kamu baru ngajak cewe duduk," ucap Bu Rini.

"Eh, Laura, kamu cari bangku kosong ya. Nah itu, dekat Biru," ujar Bu Rini.

"Baik, Bu," Laura melangkah menuju tempatnya.

"Permisi, Mas, di sini bukannya tempat tidur," Laura membangunkan orang tersebut.

"Berisik," merasa tak peduli dengan teguran tersebut.

"Mas..." sambil menarik bahu orang tersebut.

"Apaan sih," dan dia menoleh wajahnya.

"Loh, lo yang di persimpangan tadi kan?" Laura kaget, dia teringat wajah pengendara tersebut.

"Oh, jadi lo yang nabrak gue?" ujar orang itu sambil menatap mata Laura.

**Bersambung...**

Ayo kawan-kawan, jangan lupa like-nya, secepatnya bakal up.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sayap Pelindungmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang