Don't Ever Say You Love Me.

3 0 0
                                    

"I love u"

"Stop talking nonsense, Manggala"

"Relationship means nothing, right?"

"Karena kamu."

"Oh ya? Lalu kamu apa, Adhisree?"

"I've tried, Manggala. But you're not."

"I did, Adhisree. Denial hits you hard, right? He's married, what do you expect? Shut the fuck up, I'm enough with you."

.
.

"I LOVED YOU, MANGGALA!"

〰️〰️〰️

"Ternyata kamu masih setia disini, Nirankara. Arion bahkan sudah menghilang sejak dua bulan yang lalu."
Ucap seorang tuan yang ikut mendudukan diri di sisi Nirankara.

"Mau apa kau kemari?"
Tanya Nirankara, tak suka akan keberadaannya.

"Hanya untuk memastikan the last hello I promised her.."

"Kau sudah gila.."

"Dulu aku bahkan lebih gila, Nirankara.."

"Apa maumu, Manggala Parama Nararya"

"Aku sudah bilang tadi. Aku hanya ingin menyapanya untuk yg terakhir kalinya. Dia milikmu, Nirankara. Dari awal dia milikmu. Aku hanya meminjamnya ruang yang kosong, sisanya penuh dengan dirimu. Sebenarnya apa yang kau takutkan dariku?"
Ucap tuang yang bernama Manggala itu.

"Bukan aku takut. Tapi aku membencimu. You're time travel, dan yang paling aku benci. Kamu bisa kembali bertemu dengannya."
Ucap lirih Nirankara

"Aku memang bisa kembali pada masa lalu. Tapi tidak bisa mengubah apapun, bahkan perasaannya sekalipun. Setiap aku kembali, yang pertama dia ucap adalah namamu. Sebenarnya aku sedikit cemburu denganmu. Setidaknya kau itu orang yang ada diurutan pertamanya."
Jawab sang Manggala.

Tak ada ucap yang mereka keluarkan selama lima menit. Mereka sibuk dengan pikiran yang berkelana, mengharap sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan dan mereka rubah.

Menit selanjutnya, sang Manggala berucap sendu.

"Nirankara, bagaimana rasanya dicintai dengan sedalam itu?"

"Kau mulai dengan pertanyaan itu lagi? Aku bahkan sudah muak mendengarnya.. Aku muak, karena aku pun tak pernah tahu dia ternyata mencintaiku sedalam itu."

"Kamu bodoh berarti."
Ucap sang Manggala dengan nada guyonnya.

"Hey, siapa yang kau sebut bodoh? Jika aku bodoh, lalu kau apa? Sudah jelas dia mencintai orang lain, tapi kau tetap memaksakan hubungan tak sehat itu."
Jawab Nirankara tak terima.

"Dia butuh seseorang untuk melindunginya, Nirankara. Sejak kau menghilang, Adhisree sibuk menyembuhkan semuanya. Kekuatannya yang menghilang, keluarganya yang hancur, seseorang yang dia cintaipun ikut hilang, ditambah dengan cibiran beberapa penguasa dunia atas."

Manggala, memberikan penjelasan yang sebenarnya begitu disesali oleh Nirankara.

"Keluarga Adhisree itu berbeda dari kita, Nirankara. Mereka tidak akan pernah sampai ke dunia atas, walaupun sehebat apapun kekuatannya itu. Bagi beberapa penguasa, mereka yang terlahir karena 'pemberian' akan selalu dipandang rendah."
Jelas Manggala pada Nirankara.

"Lalu bagaimana keluargamu bisa bertahan dengan Adhisree di sekitarmu?"

"Nenek buyutku dulu seseorang seperti Adhisree. Beliau hanya beruntung mendapatkan seorang pria penguasa. Syukurnya, keturunan mereka dikaruniai bakat sejak lahir, bukan 'pemberian'. Keluargaku bukan tipe feodal seperti keluargamu, Nirankara."

Ternyata seperti itu alasan keluarga Manggala masih peduli terhadap Adhissree.

"Eireen dibawa Arion, apakah kau tidak marah?"
Tanya Nirankara.

"Dia sedang menjalankan misinya, biarkan saja. Bagiku, selagi aku bisa melihatnya itu sudah cukup."
Ucap Manggala, diakhiri senyuman namun nampaknya terlalu dipaksakan.

"Bukankah kau bisa berkelana ke masa depan? Jadi kau bisa tahu jalan kehidupan Eireen dan mungkin Evandaru.."

"Just watching don't means anything, Nirankara. They doing fine, I hope so.."

Kalimat terakhir Manggala, begitu membuat ambigu. Nirankara mencoba memahaminya. Namun, pikiran Manggala terlalu rumit.

"Apa maksudmu itu, Manggala?"

"Someone said, 'I loved you' to me. and I think she can changes the future. Beberapa kali aku melompati waktu untuk bertemu Eireen, di waktu dan tanggal yang sama. Semuanya berubah. Aku pun merasa takut akan hal itu. Masa depan berubah karena masa lalu."

"Kau merubahnya?"

"Bukan aku.. tapi dia. Aku berharap kata itu tidak pernah terucap, Nirankara. Butterfly Effect paradox. Sepertinya begitu, Nirankara."

"Lalu bagaimana?"

"Gigi will return. Dan semuanya kembali berulang."

"Manggala. Kau pemimpinnya, lakukan sesuatu."

"Bukan aku. My brother is the leader now."

"Jayendra? Are you fucking kidding me, Manggala? But wait? I'm de ja vu, right now."

"We return to the first page as we travel, Nirankara. Time loops, and after this, we don't know anything."

"Kau menghancurkannya, Manggala."
Ucap Nirankara marah.

Ia berdiri dan mengacak kasar rambutnya. Manggala hanya bisa menundukkan kepalanya. Apakah dia terlalu bodoh untuk bisa mengingatnya ataukah dia terlalu ingin validasi cinta dari seseorang.

Manggala, sebetulnya ia sudah mencegah segala kemungkinan. Namun ternyata, ucapan itu keluar dari mulut seseorang yang ia cintai.

Nirankara, ia tahu betul kenapa lelaki itu sangat amat frustasi mendengar penuturannya. Masa depan kembali seperti semula, seseorang akan muncul kembali dan menciptakan kehancuran. Ini kali ke 5, mereka mengulang fase ini.

"Aku harap kali ini, kamu tidak akan mengucapkan kalimat itu, Adhisree.."
Ucap Manggala, lalu menutup matanya.

⏳️⌛️⏳️⌛️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Missing Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang