•Part 11: GBK (Geng Bapak Kece)

666 85 9
                                    

Dooorrrr!!!
Lagi good mood, jadi double up hehe
Jangan lupa vote dan komennya
Buna suka baca komen kalian!!
*

*

*

*

Suasana ramai mengisi ruang rawat Yuar. Terlihat keempat bocil tengah duduk di atas brankar Yuar. Mereka berceloteh ria sambil menikmati buah kering yang dibelikan Lina. Wanita itu sendiri asik mendengarkan ucapan random dari keempat cucunya ini. Sementara para bapaknya sedang mengadakan rapat dadakan di luar bersama Jefran.

Pembahasannya tak jauh dari cerita Bim tadi. Lingga dan Gilang ikut mendengarkan cerita Bintang dengan seksama. Mereka sempat meminta Anang bercerita saat di rumah. Namun, pemuda itu menolak dengan alasan malas bercerita panjang.

Jefran menatap serius sang anak. "Kamu yakin yang Bim katakan itu benar?"

"Bintang juga nggak tau, Yah. Tapi melihat kecocokan antara cerita Bim dan kejadian Yuar tadi pagi, sepertinya itu bener," jawab Bintang tak kalah serius.

"Sebaiknya kita tetap coba cari kebenarannya, Om. Setidaknya kita udah punya persiapan kalau cerita Bim itu emang bener," usul Lingga.

"Lagian, yang tanda tangan surat adopsi Yuar itu Bim 'kan? Besar kemungkinan kalau Bim benar-benar Omnya Yuar," sahut Gilang menambahkan.

Jefran terdiam sejenak, menimang ucapan para pemuda di depannya. Setelahnya ia menatap sang anak sambil tersenyum tipis.

"Ayah akan suruh orang selidik hal ini. Sekaligus mencari keberadaan orang tua Nio yang belum ketemu sampai sekarang," ucap Jefran sambil mengalihkan perhatian pada Lingga.

Lingga tersenyum. "Makasih, Om. Papa juga lagi berusaha nyari info itu."

"Kenapa nggak minta Kak Marvel aja, Om?" tanya Anang penasaran.

"Marvel sedang ada pengejaran. Ada buronan yang berhasil kabur dari penyergapan beberapa hari yang lalu. Dan saat ini dia sedang sibuk mencari keberadaan pelaku," jawab Jefran.

Keempatnya mengangguk mengerti. Setelah dirasa pembahasan itu selesai, kelima pria itu masuk kembali ke ruang rawat Yuar. Senyum Bintang terkembang melihat sang anak yang kembali ceria dengan kehadiran adik-adiknya.

"Sudah?" tanya Lina pada Jefran.

"Iya. Bin, Ayah sama Bunda pamit sekarang, ya. Besok Ayah masih ada meeting pagi soalnya," pamit Jefran.

"Iya, Yah, nggak papa. Lagian bentar lagi Yuar juga boleh pulang," balas Bintang.

Kedua mata Yuar berbinar mendengar ucapan papanya. "Yuar boleh pulang, Papa?"

Bintang tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit. Tangan besarnya mendarat di kepala sang anak lalu mengusak rambut coklat itu gemas. "Boleh sayang. Nunggu infusnya habis dulu."

Keempat bocah itu kompak menatap kantung infus di atas. Senyum mereka begitu lebar melihat cairan infus yang tersisa sedikit.

"Horeee!! Kak Yual pulang!" seru Lio riang sambil memeluk Yuar. Tak mau ketinggalan, Gindra dan Nio ikut memeluk bocah yang lebih tua itu. Beruntung Bintang sempat menjauhkan tangan kiri Yuar saat Lio mulai memeluknya.

Become A Papa||00LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang