Happy reading
Jangan lupa vote sebelum baca*
*
*
*Suara ketukan tuts laptop menjadi pengisi keheningan di ruangan remang itu. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi Anang masih disibukkan dengan tugas kuliahnya. Kedua mata yang berbingkai lensa itu sama sekali tak mengalihkan fokus dari layar. Secangkir kopi panas di sampingnya mulai mendingin, pertanda telah lama dirinya menekui kegiatan tersebut.
Di tengah keseriusan itu, fokus Anang harus pecah oleh suara batuk dari arah tempat tidur. Meninggalkan kegiatannya sejenak, Anang beranjak untuk melihat kondisi si kecil. Ia mendudukkan diri di pinggir ranjang, menatap lekat pada tubuh kecil yang tertutup selimut.
"Abang, kenapa?" tanya Anang sambil menyingkap sedikit selimut tersebut.
Wajahnya berubah khawatir saat melihat keadaan Gindra. Keringat dingin membasahi seluruh wajah si kecil yang berkerut. Suara mengi yang terdengar setiap kali Gindra bernapas membuat Anang semakin gelisah. Ia menyentuhkan tangannya pada dahi Gindra dan pada saat itulah, sensasi panas yang amat terasa, merambat pada kulitnya.
"Astaghfirullah, Abang demam!" Anang hampir memekik karena terlalu terkejut.
Gindra menggeliat perlahan, kedua matanya sedikit terbuka, menatap sang ayah dengan sayu. "Ayah," panggilnya dengan suara yang bahkan hampir tak bisa didengar. Suara tarikan napas Gindra lebih mendominasi, membuat Anang buru-buru mengambil masker oksigen untuk sang anak.
"Abang tunggu bentar, Ayah panggil Papa atau siapa dulu, ya." Setelah memasang masker oksigen pada Gindra, Anang segera keluar dari kamar. Tujuan pertamanya adalah kamar Bintang, mengingat sahabatnya itu mudah terbangun.
"Bin," panggil Anang pelan sambil mengetuk pintu.
Pintu terbuka tak lama kemudian, dengan sosok Bintang yang masih terlihat segar. Agaknya pemuda itu juga belum terlelap.
"Kenapa, Nang?" tanya Bintang heran saat melihat wajah khawatir Anang.
"Anterin ke rumah sakit, Gindra panas banget badannya," jawab Anang, mencoba tetap tenang.
"Oke. Gue ambil jaket dulu, lo juga siap-siap," ucap Bintang yang langsung diangguki oleh Anang.
Anang kembali ke dalam kamarnya. Ia segera mempersiapkan sang anak untuk pergi. Setelah memakaikan jaket pada Gindra, Anang beralih membereskan laptop dan beberapa barang yang lain. Jaga-jaga kalau Gindra harus rawat inap, maka ia akan melanjutkan tugasnya di rumah sakit nanti.
Dengan sebuah toot bag di tangan kiri, Anang menggendong Gindra keluar. Ia langsung turun menuju garasi, menyusul Bintang yang baru saja selesai menyiapkan mobil. Anang duduk di kursi penumpang sambil memangku Gindra yang terlelap. Bintang sendiri tak membuang waktu, terlebih saat melihat kondisi wajah Gindra yang pucat, serta suara yang terdengar setiap kali bocah itu bernapas.
°°°°°||╰(*´︶'*)╯||°°°°°
Seperti yang Anang takutkan, Gindra benar-benar harus dirawat setelah dokter mengatakan bahwa Gindra kekurangan cairan. Anang hanya bisa menatap lesu pada sang anak yang kini harus terbaring dengan nasal canula juga infus di tangannya.
"Cepat sembuh, Bang. Jangan lama-lama sakitnya," ucap Anang sambil mengusap rambut Gindra.
Anang menoleh begitu terdengar suara pintu terbuka. Bintang datang kembali, sambil membawa sebuah tas di punggungnya.
"Baju gue udah?" tanya Anang.
Bintang mengangguk sambil meletakkan tas di sofa. "Udah. Lingga sama Gilang dateng nanti siang abis jemput anak-anak. Sementara biar gue yang nunggu Gindra."

KAMU SEDANG MEMBACA
Become A Papa||00Line
Fiksi Remajapulang camping ketempelan setan ❌ pulang camping ketempelan bocil-bocil gemoy✅ Serba-serbi empat papa muda mengurus anak-anak mereka!! Not BXB Story only in wattpad Dilarang plagiat! Hargai pemilik ide!