•33: Lio & Papi__Lio itu siapa?

439 100 18
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote sebelum baca

*
*
*
*
*

Alarm berupa rekaman teriakan yang begitu nyaring terdengar dari arah kamar Gilang. Suaranya yang memekakkan telinga dengan volume full itu berhasil membangunkan kedua penghuni kamar. Gilang terlonjak bahkan hampir terguling dari kasur. Sementara Lio sudah siap menumpahkan air matanya, karena bangun tiba-tiba.

“Papiii! Lio kaget tau!” protes Lio sambil mendaratkan telapak tangannya di wajah Gilang.

Gilang mengaduh sembari mengusap wajahnya. Ia menoleh, menatap si kecil yang kini sudah siap untuk menangis. Pemuda itu tersenyum manis, seolah merasa tak bersalah akan kecerobohannya.

“Hehe, maafin Papi, Dek. Papi salah pencet volume kayaknya semalam,” ucap Gilang sembari menarik si kecil agar kembali berbaring.

“Papi nakal. Adek ndak like!” ucap Lio kesal sambil mengusap air matanya.

Gilang terkekeh pelan lalu menciumi wajah sang anak dengan brutal. Ia baru berhenti saat mendengar suara gedoran yang begitu keras di pintu kamarnya.

“LALANG, KELUAR LO! GUE KAGET ANJIR!” teriak Lingga kesal. Hampir saja pemuda itu membuka pintu dengan paksa, kalau saja Gilang tak segera membukanya.

“Lo kenapa, sih? Pagi-pagi udah misuh. Kalo anak-anak denger gimana?” omel Gilang sambil berkacak pinggang.

Lingga menggeram kesal lalu tanpa ampun menjitak kepala Gilang. “Lo yang nggak ngotak masang alarm-nya bego! Ngapain lo masang sekeras itu, hah?!”

“Iya, Papi ndak ngotak anjil.”

Suara itu mau tak mau membuat Gilang dan Lingga terkejut. Keduanya kompak menunduk, menatap Nio yang sedang berkacak pinggang sambil mendongak ke arah Gilang.

“Nio, astaghfirullah! Siapa yang ngajarin kamu ngomong kaya gitu, Dek?!” Kali ini gantian Anang—yang baru datang—berseru kaget.

“Baba,” jawab Nio dengan polosnya sambil menunjuk sang ayah. Sedangkan yang ditunjuk langsung melotot ke arah anaknya. Anang hampir saja memarahi Lingga, kalau matanya tak lebih dulu menangkap penampilan berantakan Gilang.

“Lo baru bangun?” tanya Anang dengan tatapan tajam.

Gilang menguap sambil mengangguk. “Hoam ... iya. Btw, lo berdua ngapain di rumah gue pagi-pagi gini?”

Kali ini bukan hanya Lingga, Anang pun ikut memasang wajah kesal untuk sahabat mereka itu. Tanpa komando, secara serempak Lingga dan Anang berteriak di depan wajah Gilang.

“PAGI DARI MANA ANJIR?! INI UDAH JAM 11!”

Gilang menutup kedua telinganya sambil cemberut. Ia menoleh ke dalam kamar kembali. Seketika itu matanya membulat, menatap jam yang telah menunjukkan pukul 11. Wajahnya berubah panik lalu dengan terburu masuk ke dalam.

“ADEK BANGUN! KITA MAU PULANG HARI INI!” teriak Gilang sambil mengangkat Lio yang masih setengah terpejam di kasur.

“Ish, Papi kacau-kacau Adek. Adek ndak like!” Suara si kecil yang memprotes kelakuan papinya masih bisa Lingga dan Anang dengar, meskipun sahabat mereka telah masuk ke kamar mandi.

Sementara itu, Nio kini sedang mengadu pada Bintang yang menemani Gindra dan Yuar di bawah.

“Papa, anjil itu apa?” tanya Nio dengan wajah polosnya.

Bintang tersentak kemudian menoleh cepat ke arah Nio. “Adek Nio tau kata itu dari mana?”

“Tadi Ayah sama Baba teliak-teliak gitu, Papa. Anjil itu apa?” tanya Nio lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 11 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Become A Papa||00LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang