13. Sial

154 41 67
                                        

"Halo Mei.. Ini aku, Rizvan."

Mata Meisya membulat sempurna. Bahkan sampai refleks terbangun dari posisinya yang semula rebahan. Ya Allah.. Apakah ia sedang bermimpi?
Kalau Iyah, sungguh Meisya tidak ingin bangun dari mimpi tersebut.

"Ri--Rizvan? Beneran ini kamu?"

"Iya Mei, Ini aku."

Tak terkira betapa bahagianya hati Meisya. Bahkan jika tidak malu, ia ingin loncat-loncat diatas spring bed saat itu juga.

Meisya tak berhenti nyengir seperti orang sinting. " Ada perlu apa kamu nelfon aku Van?"

"Besok kan hari minggu. Kamu ada acara nggak?"

"Nggak ada Van, nggak ada. Kenapa emang?" Meisya bertanya dengan semangat. Kalaupun ada acara semisal pertemuan penting dengan Pak presiden, Meisya tidak akan sungkan membatalkannya.

"Kalau gitu kita jalan yuk?"

"Hah, jalan?" Meisya membekap mulutnya yang ingin bersorak heboh. Sumpah demi apapun, ia benar-benar tidak menyangka dengan semua ini. Saking bahagianya gadis itu bahkan sampai meneteskan air mata.

"Iyah. Besok jam 8 aku tunggu yah di taman pahlawan."

"Oke Van, oke. Aku pasti datang."

"Ya udah.. Good night."

Klik!

Rizvan memutus sambungan.

Mesiya auto histeris. "KYAAAAAAAAA! Mimpi apa gue semalam? Rizvan nelfon gue, abis itu ngajak jalan? Oh My God.. Inikah jawaban dari doa-doa gue selama ini?"

Di kamarnya, Rizvan sendiri menghela nafas panjang setelah mengakhiri panggilan. Sambil menyandarkan kepalanya ke tembok, ia merenung. Memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu.

Jam tujuh malam, ia tiba di rumah Rangga. Berniat main ke rumah sepupunya. Saat tahu Rangga sedang tidak di rumah, alih-alih pulang, Rizvan justru menunggu sang sepupu sambil bermain game di kamarnya.

Dua jam kemudian, Rangga akhirnya pulang. Rizvan heran melihat wajahnya yang tampak murung.

"Abis darimana?"

"Abis jalan sama Kak Meisya."

Rizvan cukup terkejut dengan kenyataan itu. "Abis jalan kok ekspresinya sedih gitu?"

Rangga duduk di samping Rizvan, di bibir ranjang. Padahal sebelumnya, ia sudah mempersiapkan diri untuk kecewa. Namun tetap saja hatinya sakit.

"Barusan aku udah nembak Kak Meisya. Sayangnya dia nolak. Dengan alasan dia udah punya seseorang yang dia suka, dan sampe sekarang masih nunggu jawaban cinta dari orang itu." Tangan Rangga mengepal. "Bajingan mana yang tega ngegantungin perasaan Kak Meisya. Kalau aja aku tahu siapa orangnya, aku gak segan ngajak dia berantem."

Glek!

Rizvan menelan ludah ngeri. Andai Rangga tahu bajingan itu adalah dirinya, sepupunya tersebut mungkin akan shock.

Tapi satu hal yang membuat Rizvan tidak habis pikir ketika mendengar penjelasan Rangga. Meisya masih menunggu jawaban cinta darinya? Jadi selama ini, sikap Rizvan masih belum jelas dimata Meisya?

Mengingat hal itu, Rizvan mengangguk yakin. Entah apa yang ia rencanakan.

**

Pukul delapan pagi, Meisya tiba lebih dulu di taman pahlawan dengan penampilan terbaiknya. Rambutnya yang sebahu tergerai indah dan tampak berkilau. Make up yang natural dan tidak over. Serta dress berwarna rosegold selutut yang menyatu dengan warna kulitnya yang putih. Pokoknya cantik sekali.

TRIO SOMPLAK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang