**Fans Cinta**
Sekarang sudah jam istirahat, hampir semua siswa siswi di kelas ini mengerubungi tempatku dan Javas, dan memberikan banyak sekali pertanyaan hingga membuatku kewalahan.
Dimulai dari, "kamu bisa bahasa Jawa gak?"
Aku menjawab sambil tersenyum, "aku gak bisa bahasa Jawa. Mama sama papaku gak pernah pake bahasa Jawa, soalnya mama asli sini, kalo papa asli Kalimantan. Mereka gak bisa bahasa Jawa"
"Terus kenapa atuh kalian tinggal di surabaya?"
"Mama bilang, papa ada kerjaan di Surabaya yang bener-bener mengharuskan kita satu keluarga buat tinggal disana," jawabku.
Mereka saling menatap, kemudian menganggukkan kepalanya sambil berkata 'oh' bersamaan.
"Terus kenapa kalian pindah kesini?"
"Orang tuaku pisah, jadi aku sama Wina ikut mama pulang kesini," jawabku.
Tiba-tiba kak Arin datang menghampiri ku sambil membawa sebuah kertas, entah kertas apa itu.
"Ini sa, disini ada daftar ekstrakurikuler. Kamu wajib ikut seenggaknya 3 ekskul, tapi 2 juga gapapa kok. Kamu bebas pilih yang manapun, gak perlu ikut yang lain." Kata kak Arin sambil menyerahkan kertas yang berisi daftar ekskul itu.
"Wina udah isi kak?" Tanyaku
Kak Arin mengangguk, kemudian menjawab, "iya, dia udah isi tadi"
Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.
"Batas waktunya sampe pulang sekolah ya sa, nanti kasih ke aku atau anggota OSIS yang lain aja. Atau kalo bisa kamu kumpulin langsung ke ruang OSIS." Katanya
"Iya kak"
"Yaudah aku pergi dulu ya, eh kalian ada yang liat Rangga gak?" Tanya kak Arin
Tiba-tiba dua orang laki-laki masuk, salah satunya menjawab pertanyaan kak Arin, "kak Rangga ya? Kalo gak salah tadi aku liat dia ke belakang sekolah, aku gatau dia ngapain disana"
"Oh oke, makasih ya. Btw bajunya kancingin"
Setelahnya, kak Arin segera berlari pergi keluar. Mungkin ke belakang sekolah?
Aku menatap laki-laki tadi, salah satunya memakai seragam biasa, tapi dia membuka semua kancingnya sehingga terpampang jelas kaus nya yang berwarna hitam, mungkin dia berandalan sekolah? Hanya saja wajahnya tidak sangar, melainkan terlihat imut. Dia yang menjawab kak Arin tadi. Sedangkan yang lainnya terlihat seperti biasa saja, ekspresi wajahnya pun datar, tidak ada senyuman
Aku bertanya pada mereka berdua, "kak Rangga siapa deh?"
Laki-laki yang berwajah imut itu menjawab, "dia pacarnya kak Arin. Tapi beda banget sama kak Arin, dia bukan anggota OSIS atau apapun. Cuma murid biasa yang suka bikin masalah"
Aku hanya mengangguk paham, kemudian aku baru menyadari bahwa aku belum berkenalan dengan mereka berdua. "Eh iya kita belum kenalan, namaku Mahesa. Kalian bisa panggil aku Hesa, aku murid baru disini" ucapku
Laki-laki imut itu membalas, "oh iya salken, gua Matheo temennya si japas ini," dia menunjuk kearah Javas yang masih duduk disampingku.
Aku mengangguk, kemudian menatap laki-laki disebelahnya. Dia hanya mengeluarkan dua patah kata dari mulutnya dengan ekspresi wajah yang masih terlihat datar dan kaku, "gua Arga," katanya
"Kamu kaku banget deh?" Laki-laki bernama Arga itu tidak menghiraukan pernyataan ku, dia tetap setia dengan wajah datarnya, berbeda dengan Matheo yang sudah tertawa keras.
Selesai dengan tawanya, Matheo menjawab, "Arga emang kayak gitu, kaku banget dia mah. Kayak robot, beda banget sama temen sebelah lu itu. Flirting hampir ke semua cewek," katanya sambil menunjuk Javas yang masih duduk disebelahku.
Aku melirik Javas, ternyata benar saja. Dia sibuk menggoda semua perempuan yang mengerubungi tempat kami, beberapa dari mereka menanggapinya dengan candaan, menggodanya kembali, dan ada juga yang tidak peduli.
"Dia selalu kayak gitu?" Tanyaku
Arga dan Matheo mengangguk, kemudian Matheo menjawab, "kalo gak flirting bukan Javas namanya"
Aku hanya tertawa kecil untuk menanggapinya
"Bentar deh, bukannya murid barunya ada 2 ya? Kok cuma lu disini?" Tanya Matheo
"Oh iya, yang satu lagi itu kembaranku. Namanya Wina, kita beda kelas," jawabku. Matheo hanya mengangguk paham, kemudian ia melihat jam tangannya.
"Eh, jam masuk masih lama. Mau keliling dulu gak?" Tanya Matheo
"Boleh deh, aku juga bosen di kelas"
Kami berempat segera keluar dari kelas dan berkeliling sekolah, sambil Matheo menjelaskan tentang tempat-tempat yang kami lewati
Sekolah ini tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Sekolah ini terdiri dari 3 lantai, masing-masing lantai diisi oleh kelas sesuai dengan tingkatannya. Ada banyak tempat untuk melakukan ekstrakurikuler, kelas yang masing-masing angkatan berjumlah 4 kelas, ruang OSIS yang cukup besar, 2 perpustakaan, toilet untuk laki-laki dan perempuan di masing-masing lantai, untuk kelas 10 berada di lantai 1, kelas 11 di lantai 2, dan kelas 12 di lantai 3
Ada kantin di masing-masing lantai juga, kantin nya tidak terlalu besar, ada ruang lab juga di lantai 2, dan ruang komputer di lantai 1. Ada mushola juga diseberang sekolah kami, mushola itu dibangun terpisah dengan sekolah. Sehingga para murid dan guru yang beragama islam bisa sholat dengan tenang disana
Sepanjang perjalanan, kami terus menyapa siapapun yang lewat
Sekarang kami sedang menuju halaman belakang sekolah, kata Matheo itu adalah tempat paling nyaman dan paling ramai setelah kantin. Saat sampai disana, benar saja belakang sekolah lumayan ramai. Tentu saja itu karena ada banyak pohon dan tempat untuk beristirahat dibawahnya
Beberapa orang sedang tertidur lelap dibawahnya, sebagiannya bermain ponsel, entahlah apa yang mereka mainkan, sebagian sedang membaca buku, dan sebagian lagi sedang berpacaran
"Lumayan rame ya disini," ucapku.
"Iya, ayo kita kesana," Matheo menarik ku ke tempat yang masih kosong.
"Disini nyaman dan adem banget," ucapku
Namun sesuatu membuatku salah fokus
TBC