Di rooftop dengan pemandangan gemerlap lampu kota yang indah
Jam 21.00 wib
"Aku mau kita putus Bi!" Tegas Luna, ingin putus dengan Bian.
"Ga, aku gamau Lun, aku gamau kita putus Lun, tolong jangan tinggalin aku Lun, please. Aku lebih baik mengulang 1000 kali hal yang sama tetapi dengan kamu, daripada aku harus mengulang lembaran baru bersama orang baru tapi yang aku cari cuma kamu di orang itu." ucapan dan tatapan tulus Bian memohon kepada Luna.
"Untuk apa kita bersama tapi saling menyakiti," balas Luna, berpaling membelakangi Bian lalu pergi meninggalkan Bian sendiri.
"Aku tak apa jika berulang kali kau sakiti Lun, asalkan kau tetap bersama dengan ku." Permohonan tulus tak henti dilontarkan Bian ke Luna, sembari menggenggam erat tangan Luna agar tidak pergi meninggalkannya.
"Stop egois, aku ingin putus, aku tak pernah bahagia dengan mu," Balasan kalimat dan hentakan tangan yang teramat jelas, seketika menyadarkan Bian bahwa Luna tidak ingin bersama dirinya lagi.
Suasana hening tak terpecah walaupun Bian bertanya tulus meneteskan air mata: "Tidak pernah kah sedikitpun terlintas rasa sayang mu kepada ku saat ini, Luna?"
.....
Lama tak mendapatkan jawaban dari apa yang ia tanyakan, Bian pun dengan pasrah berkata: "Baiklah jika itu yang kau minta, sebagai seseorang yang mencintaimu, yang aku inginkan hanyalah melihat kau bahagia, semoga pilihan mu itu bisa membuat mu bahagia Luna."
Mendengar apa yang dikatakan oleh Bian, Luna pun langsung pergi tanpa sepatah katapun terucap, bahkan hanya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Bian, tidak terlontar oleh Luna.
Bian terjatuh berlutut, meneteskan air mata ketika melihat Luna benar-benar pergi meninggalkan dirinya sendiri.
......
Tak lama waktu berselang, Bian berlari ke arah Luna, Bian menggenggam lembut tangan Luna seraya berkata:"Tunggu Lun, izinkanlah aku untuk terakhir kalinya, mengantar mu pulang."
Mendengar hal itu, Luna hanya diam menatap genggaman tangan dan tatapan mata yang amat lembut dari sikap Bian.
.....
Tak mendengar jawaban dari Luna, Bian langsung membawa Luna pulang ke rumahnya.
......
Sesampainya di rumah, Bian berlari membuka pintu mobilnya untuk Luna.
Bian langsung berpamitan kepada orang tua Luna: "Ayah ibu, Bian pamit pulang ya, Bian mungkin bakal jarang ke rumah ayah ibu lagi, Bian dan Luna sudah putus, maafin Bian ya... Ayah...Ibu...selama ini Bian belum bisa jadi anak yang baik dan pacar yang baik untuk Luna.Ayah Ibu dan Luna sehat-sehat terus ya... Semoga ayah ibu dan Luna bahagia terus, amin. Bian pamit ya ayah....ibu. Luna, aku pamit ya." Bian dengan lembut pamit dan mencium tangan ke-dua orang tua Luna.
Orang tua Luna hanya diam tak merespon dengan kata-kata, hanya terdiam menatap ke arah Bian dan Luna, seakan bertanya-tanya ada apa dan kenapa dengan Bian dan Luna, dan sangat amat menyayangkan keputusan mereka berdua.
......
Selesai berpamitan Bian langsung berjalan ke arah mobilnya, dan Luna yang berjalan di belakang nya.
Bian membuka kaca mobilnya dan tersenyum sedih dengan mata berkaca kaca menatap tulus ke arah Luna.
Luna pun turut tersenyum sedih ke arah Bian yang sudah berada di dalam mobilnya, ."Terima kasih untuk semuanya." Ucap tulus Luna.
"Terima kasih kembali, hati-hati sampai ke lain hati, aku pergi." Balas lembut Bian, lalu dengan berat hati Bian pergi meninggalkan Luna sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati-hati Sampai ke Lain Hati
Teen FictionMemulai suatu hubungan adalah kesepakatan kita berdua, begitupun dengan mengakhirinya.