There's no way, right? - 06

18 1 0
                                    

BRAK!

DUK..
DUK..
DUKK..

Suara pintu yang kubanting tutup setelah memasuki rumah, dan suara kaki yang berlari keras langsung masuk ke kamar. Tas di lempar sembarangan arah dan langsung duduk di lantai menyender ke kasur, napas beratku memburu sebab lelah berlari pulang tadinya.

Krieet..

"Dek??? Kenapa?" Tanya Kak Nata yang membuka pintu kamarku, menyalakan lampunya membuat mataku sedikt berkedip.

"Gapapa.." jawabku tidak melihat ke arah kakak, ada keheningan sebentar lalu suara hela napas darinya, ia keluar dari kamar dan menutup pintu.

Kembali sendiri dengan diriku membuat pikiran langsung menyetel ulang kejadian tadi, wajahnya yang menguarkan ekspresi...bingung? Entah ekspresi apa itu namun aku yakin itu bukanlah yang menyenangkan. Sangat mengusik pikiranku melihatnya memasang wajah yang sedikit tidak nyaman.

Untuk beberapa waktu aku senang dan bersyukur kalau dunia ataupun dewi fortuna sedang berpihak kepadaku untuk bisa sering mempertemukan kita tanpa sengaja, namun kalau dipikir lagi ini terlalu...sering?

Pernah gaksih kalian takut..takut banget untuk dibenci orang lain, atau bahkan sekedar rasa tidak suka dari orang lain saja membuat takut?

Jadi sebaik mungkin mencoba untuk tidak menginjak darah jahat orang.

Takut untuk dijauhi, takut untuk dibenci.

Itulah Delana, walaupun dia tidak akan bisa menyenangkan banyak hati orang tapi membayangkan seorang tidak puas dengan apa yang ia lakukan atau punya membuatnya takut setengah mati.

People pleaser, that is me.

;

Tring..
Tringg

Pintu restoran itu berbunyi membuat Dirga menoleh, rupanya cuma teman kerjanya Jose.

"Yo Dir" sapanya sembari menaruh tas dan mulai mengenakan seragam pelayan restoran.

Dirga kembali melanjuti pekerjaannya sambil menikmati suasana tenang, saat itu restorannya sedang tidak sibuk.

Keluar dari ruang ganti Jose mulai mengambil kain lap untuk membersihkan meja yang baru saja dipakai pelanggan tadi, matanya melirik ke arah Dirga yang berdiam dengan adem sambil menyapu.

"Lo istirahat aja Ga" sahutnya membuat Dirga menoleh, ia mengerutkan keningnya

"Kenapa?"

"Lo habis kerja kan tadi? Istirahat aja, nanti kalau ada pelanggan lu yang urusin" jawabnya dengan santai membuat Dirga kembali bertanya

"Tapi-"

"Udah dengerin bae kata orang tua" kali ini suara Jose agak masam karena Dirga membalas terus, mendengar itu membuat Dirga akhirnya diam dan mendudukan dirinya di dekat kasir.

"Makasih kak.." ujarnya membuat Jose tersenyum dikit

Jose tahu Dirga bekerja lebih dari satu, tidak sengaja bertemu dengannya di pasar malam saat mengajak jalan adiknya membuat ia mengetahui sedikit tentang lelaki muda yang tidak banyak bersuara ini.

Selesai dengan tugasnya Jose bergabung dengan Dirga di kursi kasir, melirik hpnya sebentar dan matanya kembali melirik Dirga.

"Hei, kenapa melamun gitu? Mau kerasukan lo?" Tanyanya bercanda yang membuat Dirga tersadar dan hanya tersenyum kikuk

"Ada masalah? Gw bisa bantu sedikit..kalo lo mau" Dirga menoleh dan melihat ke arah yang lebih tua.

Dia tidak langsung menjawab tawaran itu, di sisi lain ia ingin bercerita tapi berkontemplasi apakah harus ia bercerita?

"Kalo gamau gapap-"
"Kalo kita selalu ketemu sama orang terus menerus, tanpa sebab..itu kenapa kak?"

Kali ini Jose diam

"Konteks?"

"Aku...punya teman dari sekolah dan ga begitu dekat, tapi akhir-akhir ini kami sering bertemu selain di sekolah secara gak sengaja. Awalnya kupikir..memang kebetulan, tapi lama-lama..rasanya..aneh aja gitu" dia berdiam sejenak untuk melihat wajah Jose, menganalisa reaksi lelaki yang lebih tua

"Lanjut.." ucap Jose menunggu

"Aku gatau itu..secara tidak sengaja..atau sengaja???" Ada keheningan sebentar di tengah Jose dan Dirga, hanya suara kipas yang berada di dekat mereka dan alunan musik di speaker.

"Mungkin dia suka?"

"Suka?" Jose mengangguk membuat Dirga diam

"Kok bisa?" Dia bertanya lagi dan membuat Jose jadi bingung harus menjelaskan dari mana

"Wait..wait..pertama kali kalian ketemu itu saat lu lagi apa?"

"Kerja.."

"Oke lalu pertemuan lainnya?"

"Lagi kerja juga??" Jose jadi terheran

'Kebetulan banget ini cewe bertemu pas Dirga kerja?? Apa stalker ya?' batin Jose

"Lu pernah nanya sama dia tentang ini?" Dirga menggeleng

Bertanya apa juga Dirga gak tau, lagian apa yang harus ia lakukan di situasi itu?

"Sorry banget ni kalau dari cerita lu kata gw gamungkin kebetulannya sebanyak itu bro..mungkin aja..karena dia suka jadi setiap lo kerja gitu di datengin secara dia demen sama lo" jelas Jose secara pelan-pelan dan tidak begitu mau menggiring opini buruk terhadap temannya.

Tapi semua orang pasti tahu kalau temannya itu suka sama dia. Well..except for Dirga himself.

"..oh..gitu ya kak" responnya membuat Jose hanya tertawa canggung

"Tapi selama it do you no harm kata gw sih gapapa..nanti kalo ada apa-apa lo bisa minta bantu gw aja" balasnya lagi yang membuat Dirga mengangguk paham.

Delana? Suka dengannya?

Tidak pernah sekali melintas dipikirannya soal itu, tapi Dela biasa saja di dekatnya. Masa iya dia suka dengannya?

Tapi gak mungkin takdir selalu mempertemukan mereka dengan sering kan? Bahkan Dirga bertemu temannya di luar sekolah saja tidak sering.

Gak mungkin lah ya?

---

Hey pooks! Just to sum things up biar jelas, setiap Dela ketemu sama Dirga (in the past 2 years till mereka kelas 3) itu kadang Dirga nyadar kadang engga.

Lalu, Dirga itu orangnya gapernah eksperiens banyak cerita apalagi sama yg lebih tua jadi kecanggungannya dia bercerita sama Josea itu memang sengaja ya guys!

Yuyur chap ini aga bosenin tapi biar proses ceritanya nyaman dan jelas ehe😁

Joseas : Zhang Hao

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Him From My POV ➝ [Park Gunwook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang