25. Manusia Abnormal.

28 7 10
                                    

Hy gaissss...

Gimana kabar kalian?
Akhirnya ya, setelah 2 tahun cerita ini mangkrak gak jalan-jalan karena mood nulis jelek, sekarang ada niatan buat ngelanjutinnya.

Thanks, buat kalian yang setia nunggu.

Happy Reading🌷🧡



________________


"Mau ada rencana liburan kemana nih?" tanya Rama.

Jaja, Nana dan Dewa nampak berfikir ingin mengisi liburan panjang mereka ini dengan apa.

"Gimana kalau kita ke puncak aja?" ucap Nana, memberikan saran.

Jaja Menggeleng. "Mana seru liburan cuma ngeliatin kebun teh mau cosplay jadi ulat pucuk lo?"

Nana merengut kesel mendengar penuturan Jaja. "Matamu ulat pucuk!"

"Hehe, pisss Na. Jangan marah-marah terus dong, jadi gemes gue liatnya," kilah Jaja, ketika melihat raut wajah Nana yang mulai tak enak.

"Eh, gimana kalau kita camping di pantai. Pasti seru dong, nikmatin sunset dan sunrise," ujar Rama, mencoba menenangkan suasa yang sempat gaduh karena ulah Jaja si biang kerok.

Nana dana Dewa tersenyum senang, lalu dengan semangat mereka merapat ke arah Rama.

"Setuju banget gue!! Btw, pantai mana nih yang cocok buat acara camping kita!"

Nana selalu bersemangat jika bersangkutan dengan pantai, itu karena gadis berkulit putih ini memang sangat amat menyukai pantai sejak kecil.

Bagaimana tidak suka, papanya selalu mengajak dia ke pantai minimal seminggu sekali, jadi lah dia menyukai pantai dan segala keindahannya.

"Bali aja gimana? Pantainya bersih, bagus, banyak juga penginapan yang tersedia gak jauh dari lokasi pantainya," tutur Dewa, memberikan saran.

"Eh iya iya, bagus banget tuh pantai-pantai di bali. Ayolah kita kesana aja, tapi gue boleh kan ngajak Ayra sama Faiza? Sepi banget kalau ceweknya cuma gue doang," ucap Nana.

"Ya gak papa Na kalau mau ngajak temen-temen freak lo itu, tapi ingetin ke mereka ya jangan suka nyusahin kita, hidup gue buat ngurusin badan Acing aja udah cuapek banget!" keluh Rama, dengan nada lesu.

Jaja, Nana dan Dewa mengerutkan kening mereka bersamaan. "Acing siapa?" tanya Nana.

"Cacing yang kemarin gue temuin tergeletak tak berdaya di depan rumah gue," jawab Rama, dengan polos dan seadanya.

"Iyuw, jorok banget lo Juk! Orang normal tuh meliharanya kucing, anjing, sapi, kambing, babi, ikan, atau hewan yang minimal ngasilin duit lah ya. Lo enggak, malah meliharanya cacing, orang abnormal emang susah ditebak ya kawan, gak sekalian lo mau melihara kuman?" cerocos Jaja, kesal dengan ketidaknormalan Rama yang selalu berhasil memancing emosinya.

Rama mendelik tak terima. "HEH! Gue
Normal ya, cuma lagi apes aja temenan sama lo bertiga jadinya abnormal gini. Eh tapi seriusan deh, gue kasian banget ngeliat si Acing kelindes motor gue kemarin, jadinya gue adopsi aja deh."

"Emang susah ngomong sama orang freak, diluar nurul banget sumpah. Kalo udah kelindes motor, udah pasti mati lah tu cacing!" Jaja berkata sembari meremas bantal disampingnya dengan gemas.

Rama memutar bola matanya malas. "Sok tau banget lo demit! Si Acing sehat jasmani rohani gitu lo bilang mati, awas sampek kedengaran si Acing terus di stres dan gak mau melanjutkan hidup lagi, gue mutilasi lo Ja!"

"Bego banget!" hina Dewa. "Cacing apa faedahnya sampek lo pelihara gitu?"

"Udah stop stop, ngapain malah jadi bahas cacing sih? Ini kita lagi bahas rencana liburan kita loh, ayolah serius bahas nya gue pengen banget ke bali," keluh Nana dengan kesal.

"Berangkat mah tinggal berangkat, pesan tiket pesawat, pesan penginapan, search pantai paling indah di bali, selesai deh urusan. Gitu aja kok ribet banget sih," ucap Jaja dengan santainya, membuat Nana dan Dewa serta Rama meliriknya sinis.

"Sesimpel itu Ja? Kita juga butuh refrensi pantainya sebelum berangkat dong, kalau udah di bali baru search ya repot di gue, lo mah enak tinggal rebahan doang di villa, beban!" Nana melempar bantal guna meluapkan rasa kesalnya.

"Belom lagi kalau hari libur gini biasanya villa villa deket pantai penuh semua, kalau gak reservasi duluan ya cosplay jadi gelandangan kita di bali!" sambungnya.

"Udah lah telpon temen cewek lo yang super berisik itu Na, kita cowok-cowok mana ngerti kalau disuruh milih tempat, asal berangkat-sampai aja udah syukur Alhamdulillah," ucap Rama, mulai bosan mendengar perdebatan Jaja dan Nana.

"Ya gak bisa gitu dong Juk! Terus gunanya gue disini sebagai apaan coba?" protes Jaja

"BEBAN!" ucap Nana, Rama dan Dewasa bersamaan.

Jaja berjengit kaget mendengar kekompakan mereka. "Astaghfirullah, orang ganteng kaget."

"Cih, ganteng apaan? Muka kek pantat wajan begitu dibilang ganteng!"

"Muka sebelas duabelas sama setan alas Purwo aja sok-sokan ngaku ganteng!"

"Demit demit yang ngeliat lo, bilek 'kita insecure denger ucapan lo mas'"

Jaja mendatarkan wajahnya. "Giliran nistain gue pada kompak lo bertiga ya. Dah lah gak friend lagi kita! Males banget satu bumi sama manusia manusia titisan Fir'aun macam kalian!" ucapnya lalu pergi meninggalkan ketiga temannya.

Rama, Nana dan Dewa melongo heran. Ngambek tu bocah?" tanya Rama.

Nana mengedikkan bahu acuh. "Cih, udah tuwir ngambekan."

"Definisi makin tua makin gila," sambung Dewa.









__________
Terima kasih sudah mampir.
Jangan lupa vote/komen

See you gaissss💐🧡

Bukan Kembar!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang