15. Balasan Semesta

143 27 51
                                        

"Lo jadi pulang bareng gue, kan?" tanya Clara sembari menghampiri Roy yang tengah mengeluarkan motornya dari parkiran sekolah.

"Males banget gue pulang sama cewek pembully," maki Roy dengan raut wajah datar. Nampaknya, Roy sangat kecewa terhadap apa yang telah Clara lakukan terhadap Zalya pagi tadi.

"Roy! Gue cewek lo!" tegas Clara.

Mendengar itu, Roy tersenyum miring. Memandang sekilas ke arah Clara. "Malu banget gue harus punya cewek pembully kayak lo!"

"Itu semua gue lakuin, karena gue sayang sama lo, Roy ... gue gak mau kehilangan lo," ucap Clara.

"Tapi gak kayak gitu caranya, Ra, lo membuat orang lain celaka ... dan mulai sekarang, gue mau hubungan kita berakhir sampai disini, kita kembali berteman seperti dulu!" tegas Roy, tanpa menunggu jawaban yang akan dilontarkan Clara, lelaki dengan mata elang itu, segera melesat pergi, mengendarai motornya.

"Roy!" teriak Clara, gadis dengan surai pirang itu, mendengus marah. Ia terpaksa pulang dengan menaiki angkutan umum. Mungkin hari ini adalah hari sial baginya, semua itu juga akibat ulahnya sendiri, yang tanpa berpikir dua kali, atas semua tindakan yang akan dia lakukan.


☆*.☽ .*☆


"Aku anterin kamu pulang, ya," ucap Aditya yang kini kembali mendatangi Zalya di ruang UKS, setelah menyelesaikan pelajaran terakhir. Tak lupa, Aditya membawa ransel milik Zalya yang ditinggalnya di bangku kelas.

"Aku takut, Dit, aku takut pulang ke rumah dalam keadaan tubuh yang seperti ini, aku takut semuanya menjadi masalah besar, ketika orang tuaku tau, bahwa semua adalah ulah Clara!" tutur Zalya.

"Alangkah baiknya, jika kamu jujur kepada orangtua kamu, Lya, biar Clara mendapatkan hukuman kedua setelah mendapatkannya dari pihak sekolah," ujar Aditya.

Namun, Zalya tetap berada dalam pilihannya. Ia sama sekali tidak ingin melibatkan orangtua di atas semua permasalahannya, yang hanya berawal dari masalah kecil, hingga akhirnya kian membesar ketika masalahnya terus diperpanjang.

"Dan, aku tau apa yang harus kamu lakukan untuk menutupi semuanya, Lya," ucap Aditya.

"Maksudnya?" tanya Zalya, ia mengernyit, memiringkan kepalanya— bingung.

"Ayo, kita pulang sekarang," ucap Aditya sembari membopong Zalya, membawanya keluar dari ruang UKS.

"Dit, aku bisa jalan sendiri!" ucap Zalya seraya memukul-mukul pelan dada bidang Aditya. Gadis itu nampak takut, jika ada guru yang melihatnya tengah berada dipangkuan Aditya.

"Gak akan ada yang lihat, mereka sudah pulang, Lya," ucap Aditya yang diiringi kekehan kecilnya. "Maaf, ya, kamu jadi pulang naik motor, padahal keadaan kamu masih seperti ini!"

"Gak apa-apa, Dit," ucap Zalya dengan senyuman yang nampak terlukis indah di wajahnya yang pucat. Aditya membantu memasangkan helm untuk Zalya, kemudian menghidupkan motornya dan mereka pun berangkat pulang, keluar dari gerbang sekolah, menuju jalanan kota yang padat di sore itu.

Setelah beberapa kilo meter dari gedung sekolah, mereka harus bersabar di dalam desaknya jalanan yang macet. Nampak di depan sana, ada kendaraan yang mengalami kecelakaan, sehingga macet pun terjadi. Selang beberapa menit, semua kendaraan yang melintasi jalanan tersebut, nampak melaju perlahan. Hingga lalu lintas seperti sedia kala.

"Ada-ada saja, angkot menabrak mobil polisi," monolog Aditya memecahkan keheningan keduanya, yang sedari tadi tidak saling melontarkan dialog. Kini Aditya terus melaju, hingga akhirnya menepi di depan sebuah salon.

Ellezalya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang