.
..
..
.
.**Pertemuan di Lapangan Basket**
Matahari sore menyinari lapangan basket yang ramai oleh anak-anak yang sedang bermain dan bercanda. Di sudut lapangan, terlihat sekelompok anak remaja yang tengah berkumpul. Mereka adalah teman-teman Gito dari sekolah lain. Meskipun tidak bisa bersekolah di tempat yang sama, persahabatan mereka tetap terjalin erat.
Gito tiba di lapangan basket, membawa tas punggungnya. Teman-temannya segera menghampirinya dengan senyum lebar.
"Hai, Gito! Udah lama nggak ketemu, bro!" sapa Onil, salah satu teman baik Gito.
"Yoi, lo sibuk banget sih di sekolah elit itu. Gimana kabar lo?" tanya Adel dengan nada bercanda.
Gito tersenyum tipis dan meletakkan tasnya. "Biasa aja," jawabnya singkat.
"Seriusan, Git? Gue denger dari anak-anak kalo lo masih sering sendirian di sekolah. Gimana kehidupan lo di sana?" tanya Flora dengan penuh perhatian.
Gito menghela napas sejenak sebelum mulai bercerita. " Itu renca gue. Kalian kan tau ini situasi yang gue inginkan di sekolah. Jadi gue suka suka aja sama situasi gue."
"Tapi lo gak ada yang bully kan?" Tanya Olla.
"Mana ada yang berani ama Gito. Lo lupa Gito pegang sabuk apa?" Timpal adel.
"Ya, kan gue nanya, apasih salahnya!" Balas Olla.
Begitulah sahabat, meski tahu dia kuat tapi mendengar kabar buruk sedikit saja sudah merasa perlu turun membantu apapun itu.
**Kehidupan di Sekolah**
Gito adalah seorang siswa yang pintar dan genius. Dia selalu mendapatkan nilai tertinggi dalam setiap ujian, tapi dia tidak pernah terlalu memamerkannya. Sifatnya yang pendiam membuatnya sering disalahpahami oleh teman-teman sekelasnya. Mereka menganggap Gito sombong dan terlalu serius, padahal sebenarnya Gito hanya merasa lebih nyaman dengan kesendiriannya.
Di kelas, Gito lebih suka duduk di pojok ruangan, jauh dari keramaian. Ketika guru mengajar, dia selalu fokus dan menyimak dengan baik, tetapi jarang sekali dia berbicara atau berinteraksi dengan teman-temannya. Setelah pelajaran selesai, Gito biasanya langsung pergi ke perpustakaan. Di sanalah tempat favoritnya untuk menghabiskan waktu istirahat.
Perpustakaan adalah tempat di mana Gito merasa bisa benar-benar menjadi dirinya sendiri. Di sana, dia bisa membaca buku-buku yang disukainya tanpa gangguan. Ia menikmati setiap halaman yang dibacanya, tenggelam dalam dunia imajinasi yang jauh dari realita sekolah yang penuh dengan hiruk pikuk dan kebisingan.
Teman-teman sekelasnya sering melihatnya sebagai sosok yang aneh dan tertutup. Mereka tidak pernah mencoba mendekatinya atau mengenalnya lebih dalam. Bagi Gito, itu tidak masalah. Dia sudah terbiasa dengan kesendiriannya.
**Kepedulian Teman-teman di Sekolah Lain**
"Gue tahu lo kuat, Git, tapi lo juga butuh teman," kata Onil dengan nada prihatin. "Kita mungkin tidak bisa berada di sekolah yang sama, tapi kita selalu ada buat lho"
Gito mengangguk. "Thanks Neal. Kenapa jadi melow gini. Lebay lu pada, sumpah gue heppy di sekolah gue."
Adel menepuk bahu Gito, "Jangan dipikirkan mumpung lo di sini, lo ikut main kagak?"
Gito tersenyum sedikit lebih lebar. "Boleh."
Mereka pun mulai bermain basket bersama, tertawa dan bercanda seperti biasa. Meskipun Gito harus menghadapi kesulitan di sekolahnya, dia tahu bahwa dia memiliki teman-teman yang selalu mendukungnya. Dan itu sudah cukup untuk membuatnya merasa lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartsrings (GreGit)
Romance.............................Gabut Aja.............................. --------------------Cerita Gita & Gracia------------------ Gito, seorang remaja pendiam dan cuek, diminta oleh temannya untuk mengirim surat cinta dan bunga kepada Gracia, kakak ke...