Prolog

1 0 0
                                    

Gauri saat ini sedang berada di kantin kampus yang ramai. Dengan tangan penuh memegang sepiring makan siang, ia mengedarkan pandangannya, mencari tempat duduk yang kosong. Namun, pada jam makan siang seperti ini, kantin sangatlah penuh dengan mahasiswa yang berkerumun di setiap meja. Sambil berjalan, Gauri melihat di samping kios bakso terdapat teman satu fakultasnya, Rozi, yang sedang makan sembari mengobrol dengan seseorang di depannya.

Tanpa ragu, Gauri menghampiri kedua orang tersebut dan, ketika berada di samping belakang teman Rozi, dia berkata, "Zii, gua join makan sini ya. Nggak dapet duduk nih."

Rozi, yang tadi fokus berbicara, mengalihkan pandangannya dan menjawab, "Hoi, boleh. Duduk aja."

Teman Rozi yang membelakangi Gauri pun ikut menoleh ke belakang. Saat mata mereka bertemu, Gauri terkejut dan refleks berpikir dalam hatinya, "Eh, ini kan moderator ganteng itu."

Gauri masih dengan wajah bengong, merasa kosong dan sedikit gugup. Sementara itu, makanan yang dipegangnya hampir tumpah karena dia begitu terpana melihat pria tersebut. Melihat kondisi Gauri, pria itu dengan sigap membantu menaruh makanan di meja.

Sambil menahan rasa gugup, Gauri akhirnya duduk di kursi samping peria itu.

"Terima kasih," kata Gauri.

Pria itu hanya mengangguk sebagai tanggapan, lalu dia kembali berbicara dengan Rozi.

Gauri, yang sudah kembali normal, akhirnya memulai makanannya. Setelah lima belas menit menghabiskan makanan dan mendengarkan percakapan mereka yang sepertinya terkait dengan organisasi dan proyek kajian yang Gauri datangi kemarin, Gauri masuk ke obrolan meteka.

Gauri meminggirkan peralatan makannya sambil bertanya, "Eh, kamu yang kemarin jadi moderator itu ya?"

Lelaki itu menoleh dan menjawab, "Ya."

"Btw, namamu siapa?" tanya Gauri.

"Zayd Rajan Ahmad, panggil aja Zayd," jawab Zayd.

"Aku Gauri," balas Gauri sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Rozi yang melihat tingkah laku temannya itu pun berdehem sambil memperkenalkan, "Kenalin, ini teman gua sefakultas dan sempet sekelas difisip, bro."

Zayd menjawab dengan anggukan saja.

Gauri yang ingin tahu melihat responnya yang singkat, kembali bertanya, "Aku kayaknya pernah lihat kamu deh di Instagram, punya Instagram kan?"

Zayd, yang bingung karena akun Instagramnya yang private dengan 0 postingan, menjawab, dengan mengangguk dan berkata "ga salah akun?"

"Gak kok," jawab Gauri dengan yakin. "Usernamemu apa itu? Aku lupa."

Zayd dengan heran menjawab, "@zaydahmad."

Sambil mengotak-atik HP-nya, Gauri berkata, "Oiya, ini. Nah, liat aku pencet follow. Coba sekarang buka IG-mu terus pencet followback."

Zayd terdiam beberapa detik memahami maksud Gauri. Saat dia tersadar bahwa dia terjebak dalam permainan Gauri, akhirnya dia tertawa, "Hahaha, bisa aja." Sembari membuka HP dan memfollbacknya

Rozi, yang tercengang melihat kelakuan temannya, sontak merasa malu sambil meminta maaf pada Zayd karena temannya yang cantik tapi gila itu.

Gauri tersenyum penuh kemenangan dalam hati sambil berpikir, "kenak lo, ga bisa nolak kan?. You ain't got no choices lah. Gauri gitu loh."

****

Pertemuan mereka terasa seperti pertemuan biasa. Dimana lelaki itu merupakan seorang moderator yang diikuti acara kajiannya kemarin. Namun, bagi Gauri, pertemuan itu istimewa. Dia merasa tertarik pada lelaki tersebut, Gauri naksir.

Jangan sebut dia Raden Ayu Gauri Kartowidjojo, jika tidak bisa mendapatkan perhatian dari lelaki itu. Gauri optimis pasti bisa mendapatkanya

He Ain't Got No ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang