Aku mengikuti Elara menyusuri jalan setapak menuju desa yang lebih dalam. Langit Brouseland berwarna biru cerah, dan pepohonan besar dengan daun-daun berkilauan mengelilingi jalan. Perasaan campuran antara kagum dan gugup terus menghantui pikiranku.
"Desa ini tampak damai," kataku, mencoba mengusir kegelisahan yang membelit perutku.
"Memang tampak damai, tetapi kami sedang dalam bahaya," jawab Elara dengan nada serius. "Musuh-musuh dari dimensi lain mengincar desa ini. Kami membutuhkan setiap bantuan yang bisa kami dapatkan."
Akhirnya, kami tiba di sebuah lapangan terbuka yang dipenuhi dengan tenda-tenda dan para penduduk yang sibuk mempersiapkan peralatan. Di tengah lapangan, berdiri sebuah tenda besar dengan bendera yang berkibar di atasnya. Elara mengarahkan aku ke tenda itu.
"Ini markas pasukan keamanan desa," jelas Elara. "Di sinilah kamu akan bertemu dengan rekan satu timmu."
Aku memasuki tenda dengan perasaan cemas namun penuh tekad. Di dalamnya, beberapa orang sedang berdiskusi serius di sekitar meja besar yang dipenuhi peta dan rencana strategis. Dua perempuan mendekatiku dengan senyuman ramah.
"Hai, kamu pasti Pixy," kata salah satu dari mereka, dengan rambut hitam panjang yang diikat rapi. "Namaku Lili."
Dan perempuan lainnya, dengan rambut merah menyala yang mencolok, menambahkan, "Aku Riri. Kami akan menjadi rekan satu timmu."
Aku merasa sedikit lega melihat sambutan hangat mereka. "Senang bertemu dengan kalian. Aku masih belajar tentang tempat ini, tapi aku siap membantu dengan apa pun yang aku bisa."
Lili mengangguk dan menunjuk ke peta di meja. "Kami adalah bagian dari pasukan keamanan strategi. Tugas kita adalah mempelajari gerakan musuh dan membuat rencana untuk melindungi desa."
Riri melanjutkan, "Kami memiliki kekuatan khusus untuk membaca strategi musuh. Setiap dari kami memiliki kemampuan unik yang saling melengkapi. Apa pun kemampuanmu, kami akan membantumu mengembangkannya."
Aku merasa sedikit cemas. "Sejujurnya, aku belum tahu kekuatan apa yang kumiliki. Aku masih mencoba memahaminya."
Lili tersenyum dan menepuk pundakku. "Tidak apa-apa, Pixy. Kita semua memulainya dari sana. Kamu akan belajar dan berkembang bersama kami."
Kami kemudian memulai sesi pelatihan. Lili dan Riri mengajarkanku berbagai teknik dan strategi dasar yang diperlukan untuk memahami gerakan musuh. Mereka menunjukkan cara menganalisis peta, membaca tanda-tanda yang menunjukkan keberadaan musuh, dan merencanakan langkah-langkah untuk melindungi desa.
"Ini memang terlihat rumit, tapi kamu akan segera terbiasa," kata Riri sambil menunjukkan sebuah contoh pada peta. "Lihat ini, berdasarkan jejak ini, kita bisa memperkirakan dari arah mana musuh akan datang."
Aku berusaha keras memahami semua yang mereka ajarkan, meskipun merasa kewalahan pada awalnya. Lili dan Riri sangat sabar dalam membimbingku, dan aku mulai merasakan bahwa aku benar-benar menjadi bagian dari tim ini.
Setelah beberapa jam pelatihan intensif, kami beristirahat sejenak. Aku duduk di samping Lili dan Riri, menikmati angin sejuk yang berhembus melalui tenda.
"Kalian sudah lama melakukan ini?" tanyaku penasaran.
Lili mengangguk. "Kami sudah bergabung sejak serangan pertama terjadi beberapa bulan lalu. Kami tahu pentingnya tugas ini, dan kami berkomitmen untuk melindungi desa ini."
Aku merasa semakin termotivasi. "Aku ingin membantu sebisa mungkin. Meskipun aku masih belajar, aku akan memberikan yang terbaik."
Riri tersenyum dan menepuk pundakku lagi. "Kami percaya padamu, Pixy. Bersama-sama, kita akan melindungi desa ini."
Dengan semangat yang semakin membara, aku siap menghadapi tantangan apa pun yang akan datang. Bersama Lili dan Riri, aku merasa lebih kuat dan siap untuk menjalani petualangan besar yang sudah menanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJEREMBA NABASTALA
AventuraDi sebuah malam yang sunyi, kehidupan Pixy, seorang gadis miskin yang hidupnya penuh perjuangan, berubah secara misterius saat ia terbangun di sebuah dunia. "Pixy, kau pasti bingung," ujar Lili, salah satu anggota Pasukan Keamanan Strategi, sambil...