chapter 2

11 2 2
                                    

Keesokan harinya Raysell terbangun dengan tubuh memar.

Ia melihat ke arah pintu. dan ternyata pintunya belum di buka, ia hanya mempertahankan posisi awalnya itu sambil menahan rasa sakit yang ia rasakan

Ia meringis kesakitan.

"Ahh ... S-sakit. Sakit, sakit sekali ya Tuhan.."

Ia mengulang kata-kata itu berkali-kali.

Pada akhirnya Raysell tidak ingin hanya berdiam diri disana saja. Akhirnya ia mulai berdiri dan berjalan ke arah jendela itu. Walaupun ia tidak bisa berjalan normal karena kakinya juga sakit, Ia tetap berjalan menuju jendela.

Sesampainya ia di jendela. ia berusaha membuka jendela itu dengan sekuat tenaga, namun ... Hasilnya nihil. Karena jendela itu dari luar jendela itu sudah di paku.

Pada akhirnya ia menyerah. Tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk  berusaha membuka jendela itu lagi.

Raysell melihat di sekeliling, dan ia menemukan sedikit cahaya entah darimana.

Akhirnya ia mencari sumber cahaya itu, ia menemukan ada lubang di jendela itu, Raysell sangat gembira, ia mengintip dari dalam.

Raysell melihat bahwa langit sudah cerah. Ia memperkirakan bahwa itu sekitar jam 10.16

Ia tidak bisa berdiri terlalu lama karena kakinya kemarin terkena cambuk dari ayahnya

Ia kembali ke posisi awal, dan berbaring disana. Raysell sedikit mengantuk, karena ia semalam tidak bisa tidur pulas sebab ia harus merasakan rasa sakit yang amat dahsyat. Ia pun akhirnya memejamkan matanya

Tak lama dari itu terdengar seseorang membuka gudang itu menggunakan kunci.

Raysell langsung terbangun dan menatap pintu gudang itu. Ia berharap lebih kepada orang yang membuka pintu itu. Setelah pintu berhasil terbuka. Terlihat Chizu dari luar gudang.

Chizu menatap Raysell dengan sangat jijik, seperti melihat mayat yang dikerumuni lalat.

Bagaimana tidak? Raysell sangat bau, ia juga bau amis sebab muntahan darah yang kemarin malam itu belum ia bersihkan, dan muntahan darah itu dikerumuni oleh lalat. Persis seperti orang mati yang sudah lama membusuk, dan jasad nya dikerumuni lalat

Chizu hampir mual karena Raysell, ia mengalihkan pandangannya sebentar untuk menahan mualnya itu.

Ia berbicara sambil menutup hidungnya "Hei, serius kau bau sekali ... rasanya aku ingin muntah karena mu. Uhh, Tadi aku memecahkan gelas, bersihkan ya. Dan jangan lupa kau harus mandi. Kau sangat bau, melebihi bau tai sapi." Ucap Chizu sambil menahan mual nya

Raysell mencoba mencium bau badannya, benar saja. Ia sangat bau, tidak heran bahwa sedari tadi ia dikerumuni oleh lalat dan berbagai macam hewan lainnya.

Raysell tidak menjawab apa-apa, dan ia langsung keluar dari gudang itu

Saat Raysell keluar, kakaknya Chizu menutup hidungnya menggunakan tangan dan berkata " Iww, Kau sangat bau"

Raysell tidak sengaja menyenggol tangan Chizu, "Ah, maaf. Aku tidak sengaja" ucapnya sambil mendongakke arah Chizu

Terlihat Raut wajah Chizu yang sangat amat murka, Chizu membentak Raysell

"Bajingan, kau ..."

"KAU SIALAN, MENGAPA KAU MENYENTUH KU?!! BAJINGAN KAU ITU SANGAT BAU, KEPARAT" bentak Chizu

Tidak sampai disana, ia bahkan menjambak rambut Raysell dengan sangat amat kuat. Bahkan ia mencakar wajah Raysell.

Akhirnya ... Wajah Raysell berdarah,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kesedihan Anak BungsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang