01

10 1 3
                                    

Hari ini merupakan d-4 dari penyelenggaraan classmeeting sekolah.
Suara yang begitu ramai serta suasana lapangan yang dipenuhi oleh tiga angkatan siswa dan siswi SMA Bakti Bangsa membuatku menjalani hari ini cukup ceria karena aura positif kegiatan kami.

Melihat jam yang melingkar di tangan kanan ku sudah menunjukkan pukul 11.23 membuat suasana di lapangan semakin panas dan sumpek. Ditambah lagi beberapa orang yang sehabis mengikuti lomba, bau keringat mereka membuat ku benar benar ingin pergi untuk menetralkan penciuman dan ngadem sebentar.

Aku pun beranjak bangun dari barisan banyak orang di lapangan itu dan menuju ke lorong sekolah yang terlihat sepi namun masih ada beberapa orang disana yang sehabis kembali kantin. Seraya menelusuri panjangnya lorong sekolah mencari spot yang tidak tersorot matahari namun aku malah menemukan sepasang manusia sedang berdiri saling berhadapan dengan aura mereka yang sangat mencekam.

Saat pertama melihat aku sudah tahu bahwa dua orang itu adalah Brian dan pacarnya yang bercekcok. Bukan hal langka melihat kejadian ini dimana-mana, secara Brian merupakan playboy brengsek kelas kakap sehingga dimarahi serta diminta putus bagi nya adalah hal biasa toh dia juga hanya menganggap ceweknya sebagai bahan iseng.

"Kamu nganggep aku apasih, bri? Harusnya dari awal aku nolak dideketin cowok brengsek kayak kamu!" bentak Natasha penuh emosi

Mendengar ucapan Natasha sontak membuat aku berfikir bahwa aku harus bersembunyi dibalik tembok agar tidak menganggu mereka.

"emang salah aku jatuh cinta sama orang kaya kamu, sekarang aku mau kita putus!" lanjut perempuan itu dengan suara bergetar seolah tak kuat menahan seluruh emosinya.

"yaudah, salah lo sendiri baper sama gue!" saut Brian dan meninggalkan perempuan itu menangis tersedu sedu ditempat mereka berdiri tadi.

Untungnya Brian pergi ke arah berlawan dari tempatku bersembunyi sehingga ia tidak mengetahui keberadaanku disana. Aku menghembuskan nafas dengan kasar karena kesal melihat tabiat Brian yang merupakan sahabat sedari kecilnya itu tidak bisa berubah.

Terus berada ditempat seperti itu membuat kepalaku semakin panas dan seketika menjadi mood ku semakin memburuk dalam sekejap. Akhirnya aku memutuskan menaiki lantai atas menuju ruang kelasku yang kosong melompong dan hanya dipenuhi dengan tas-tas yang pemiliknya berada di lantai bawah, untuk hanya bersantai sampai waktu pulang.

Kini jam dinding di kelas menunjukkan pukul 13.00 yang berarti sudah jam pulang. Temanku berlomba-lomba memasuki kelas untuk sekedar mengambil tas lalu pulang.

"Lo daritadi disini Nes? pantesan gue cari dibawah gaada" ucap Naya teman sebangku ku

"iya cuy, dibawah panas banget. puyeng gue!" seru diriku

"iya sumpah, tadi aja gue diem di kamar mandi sampe acara selesai" Naya

"yaudah Nes gua balik dulu ya, gojek gue udah sampe nih. DADAHH" Naya seraya melambaikan tangan dan menjauh perlahan keluar kelas.

"Dah Naya!" jawabku kepada pamitnya.

Kini aku sedang menuruni tangga untuk juga segera pulang. Setiap hari aku memiliki supir pribadi yang selalu mengantar jemput ke sekolah yaitu adalah Brian yang juga tadi diciduk baru saja berpisah dengan mantannya yang ke 2 bulan ini.

"liat brian ga wir? tanya ku kepada teman satu genk nya Brian saat mencapai di lantai dasar.

"noh di uks, lagi ngadem" jawab Wira

"oh oke" ucapku sembari meninggalkan Wira dan kawan-kawan memasuki pintu uks

"woy ayo anterin gue pulang! malah tidur-tiduran disini." diriku

"cape jir hari ini panas banget" lanjut Brian

Hening...

Kini ekspresiku berubah, memudarkan senyumku pertanda ingin membicarakan hal serius.

"Bri... tadi gue liat lo putus sama nata" aku dengan tiba tiba

"masa? kok gue ga liat, lo nguping dimana?" tanya Brian dengan nada bercanda

"gue serius, sampe kapan sih lo mau mainin cewek terus?" tanyaku

"ya gatau, cuman Tuhan yang tau kapan" jawab Brian

"tau gasi lo tuh brengsek banget?? gue tau gue udah sering bilang ini, tapi karma itu nyata bri" ucap ku dengan sorot mata serius.

"iya Nes, gue ampe gumoh denger itu mulu" Brian

"ya sampe lo gumoh beneran pun kayanya gue bakal tetep ngomong gitu, karena lo masuk kuping kanan keluar kuping kiri!" nada yang sedikit naik aku mengucapkannya dengan emosi.

"yaudah si Nes lagian gue juga yang dapet karmanya. Ayo sini gue anterin pulang" lanjut Brian

"gausah nganterin gue lah kalo lu masih kaya gini, capek gue punya temen kaya lo!" diriku hendak meninggalkan ruangan tersebut

"eh jangan marah dong! sini gue anterin Nes" panggil Brian selagi mengejar langkahku

"Nes, ayo gue anterin pulang" tarik Brian menahan langkahku yang meninggalkannya semakin jauh.

Tak dapat menolak kini aku sudah berada didepan rumah dan berdiri di samping motor yang setiap hari aku naiki untuk sekedar memberikan helm lalu masuk ke dalam rumah tanpa basa basi.

"lah ga bilang makasih?" Brian saat melihatku meninggalkannya masuk ke dalam rumah.

Bruk

Bunyi pintu yang ku banting sebagai balasan ucapan Brian berhasil membuat dia terkejut.

Hari sudah semakin larut, aku berdiam di kamar sedari tadi karena tidak berselera melakukan apapun selain bermalas malasan disini. Tiba-tiba pop up notification menunjukkan chat dari seseorang

Brian
Nes lo masih marah sama gue?

Oh ternyata Brian...
melihat notifikasi itu aku tidak berniat membalasnya dengan cepat, namun jariku tak sengaja memencet notifikasi itu sehingga status chatnya pasti sudah read.

"ck! yaudalah bales aja" gerutu ku kepada diri sendiri

Brian

Nes lo masih marah sama gue?

menurut lo?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang