Om svaha, bab 1 aku up untuk kalian.
"hari dimana aku mulai betah dengan satu punggung, dia yang selalu aku jadikan objek fokus jika melewati sebuah kelas berlabel X2"
****
Senin dan keluhnya, hari yang melelahkan untuk dimulai. Upacara, mapel yang membuat kantuk, rasanya semua seperti satu paket yang lengkap pada hari pertama minggu pertama setelah libur panjang.
Maura Adisti misalnya, perempuan 16 tahun yang kini sudah duduk dibangku SMA, masa putih biru yang menyenangkan digantikan putih abu yang konon katanya, tempat ini adalah jalan bertemunya dua insan yang berjodoh.
"DIBERITAHUKAN KEPADA SELURUH SISWA AGAR SEGERA MENUJU KELAPANGAN KARENA UPACARA BENDERA AKAN SEGERA DIMULAI!" sumber suaranya berasal dari pengeras suara sekolah, sebuah pemberitahuan kepada seluruh siswa.
"fira, el yuk," maura memanggil 2 temannya, Fira dan Elana.
Fira dan Elana segera memakai topi abu-abu masing-masing untuk bersiap, lapangan sudah riuh dengan kerumunan orang dari utara selatan dan barat, mereka semuanya berkumpul pada titik yang sama, lapangan upacara.
Kebetulan kelas maura berada di lantai 2 jadi untuk akses turun adalah, tangga tentunya. Bersamaan dengan kelas X2 maura dan teman-temannya berjalan menuju lapangan upacara.
____
Setelah cukup lama berdiri ditengah lapangan yang terik akhirnya upacara bendera telah berakhir, dan welcome biologi karena setelah ini kelas maura mendapatkan mapel favorit orang kelebihan akal.
"selamat pagi anak-anak!" sapa pak Harto guru biologi kelas X.
Seluruh kelas kompak menjawab, "selamat pagi!"
"oke anak-anak hari ini kita akan melanjutkan ke bab selanjutnya ya, silahkan buka buku LKS halaman 50," pinta pak Harto yang segera seluruh siswa mengeluarkan buku biologi membuka halaman yang diperintahkan.
____
Syukurlah biologi telah lewat, dan ini saatnya menuju kantin untuk mengisi perut. Para siswa juga sudah nampak berkerumun menuju kantin, Maura dan sekawan juga tak kalah. Mereka kini tengah berjalan di lorong kelas menuju kantin.
"eh besok olahraga gak ya?" tanya maura pada teman-temannya.
"seperti biasa pasti," sahut Wulan.
"eh ngomong-ngomong, lo sama dia gimana el?" kini gantian Fira yang bertanya pada elana.
Tanggapan elana mendengar pertanyaan Fira hanya tersenyum tipis, "yang sudah lewat jangan di pertanyakan lagi fir, gak etis," ujar elana, menanggapi pertanyaan Fira.
"kenapa tidak boleh mempertanyakan nya el? bukankah masalalu ada untuk kita kenang?" celetuk Wulan penasaran, pasalnya memang jawaban tidak boleh dipertanyakan, sebenarnya dasar dari kata tidak itu apa?, apa karena yang sudah lewat adalah sebuah luka? atau sebuah tawa yang terpaksa terluka karena sebuah paksa.
"untuk dikenang saja, bukan di pertanyakan dan diposisikan pada masa sekarang," tandas elana.
"karena sebaik apapun kata masalalu pemenang, masa depan tetap juara, yang menganggap masa lalu pemenang adalah mereka yang belum bisa menerima kenyataan yang ada," sambung Maura.
3 perempuan itu mengangguk memahami, memang benar, masalalu pemenangnya hanya sebuah kata kiasan untuk mereka yang belum rela.
___
"siang yang cerah, panas yang hebat namun tak mengalahkan matahari, sehebat ini bumi, kenapa masih banyak yang menyakiti?" sebuah pertanyaan yang dijawab tatapan oleh Wulan.
"karena sebagian paham menghargai dan sebagian lagi lupa jati diri," sahut Wulan.
14:20, tertanda pada hari Senin ini cuaca nya cerah, panas namun sejuk akibat angin nya. Alam nya sunyi namun kegiatan manusia nya tidak, ramai.
"ma, lo masih suka farhan?" tiba-tiba topik Wulan terganti, sebuah pertanyaan yang membuat maura menoleh sejenak dan kembali memalingkan wajahnya.
Belum ada jawaban, masih hening namun beberapa saat setelah maura angkat suara.
"yang sudah punya pemilik tidak boleh di akui, nanti yang punya marah," mencoba memahami maksud dari ucapan Maura, Wulan malah salah fokus dengan seorang lelaki yang sedang berdiri diam di barat sana, menatap lurus pada dirinya dan maura.
"dia udah punya cewe kali lan," sambung Maura yang tak sadar wulan sejak tadi fokus pada objek lurus disampingnya, dan dengan penasaran pun, Maura menoleh kearah pandang Wulan.
Pada kala Maura menoleh dia langsung menangkap satu objek utama di barat sana, seorang lelaki dengan badan tegap nya. Lelaki yang maura kenali dengan jelas setelah kejadian sore itu, melihat wajah lelaki itu mimpi yang sempat lewat beberapa hari terbawa kali pada memori sekarang.
"dia yang masuk mimpi gua gak sih?" tanya maura dalam diam.
____
"pulangnya dijemput ayah?" tanya wulan pada maura yang sedang berkemas.
"iya, seperti biasa," Maura anak pertama dari 4 bersaudara, anak perempuan dari keluarga yang sederhana, seorang perempuan yang sejak kecil merasakan kerasnya kehidupan.
"yaudah gua pulang duluan," Wulan pamit dan melangkah dahulu keluar kelas sementara itu maura masih sibuk dengan perlengkapan nya.
"fir el, gua pulang duluan ya bye," sekarang maura yang pamit pada kedua temannya, berpisah untuk kembali kerumah masing-masing, inilah sekolah. Bertemu lalu kembali berpisah pada jalan-jalan masing-masing.
____
"sejak itu aku betah berlama-lama menatap mu, gemar juga mencari keberadaan mu"
_M, 2024Bab 2 segera