7

370 32 4
                                    

Davema terbangun dengan nafas memburu, ia mimpi buruk, dalam mimpinya, Dinda pergi meninggalkannya. Layaknya orang linglung, ia langsung turun dari ranjang memanggil Dinda layaknya orang kesetanan dengan mata memerah.

Jangan lagi, ia tidak ingin istrinya pergi!

Ia tidak sanggup jika itu terjadi lagi.

"Dindaaa?? Sayang?" Panggilnya sekali lagi.

Dinda menepuk pelan paha putranya yang terlelap, saat ini ia sedang berada di ruang tamu, menidurkan raja. Dinda hanya menghela nafas saat kembali mendengar teriakan Davema, "Bi Mery, mbak Nimas, saya titip Raja, papanya lagi tantrum". Ujarnya yang dijawab kekehan geli oleh Bi Meru dan Nimas-baby siter Raja.

Davema membawa Dinda ke dalam pelukannya. Dinda dapat merasakan debaran jantung Davema yang cepat.

Dinda melepas pelukan Davema, menatap wajah Davema, "kamu, kenapa??"

"Saya takut kamu pergi Dinda, maafkan saya". Ujar Davema  lirih dengan nada tercekat.

Dinda terdiam, "cuci muka dulu," katanya mengalihkan pembicaraan.

Davema menggeleng, "jangan mengalihkan pembicaraan Din, tolong, jangan pergi kemana-mana lagi, saya butuh kamu, saya nggak bisa kalau tidak ada kamu,"

"Mas," Dinda menatap Davema,  tepat dimanik matanya yang sayu, sama seperti dirinya, "kamu hanya mimpu buruk, lebih baik kamu mandi, saya ada di ruang baca" ujarnya lalu menghindari dari Davema.

****

Hal menyakitkan yang pernah Dinda alami adalah, melihat suaminya harus menikahi wanita lain. Dalam hidupnya, ia sama sekali tidak pernah menyangka jika hal itu akan terjadi pada dirinya.

Dua tahun yang lalu.
Dinda tergopoh-gopoh ikut menyaksikan bagaimana suaminya dicaci maki oleh pengunjung restoran.

"Mereka ciuman di dekat kamar mandi, mereka mau berbuat mesum, saya tadi liat, tangannya si lakik pegang-pegang dadanya si cewek, kalau saya nggak pergokin mereka, paling mereka udah melakukan hal nggak senonoh dikamar mandi".

Tubuh Dinda menegang, ia merasa seluruh dunianya berhenti, pikirannya kosong. Hatinya berdenyut nyeri saat melihat suaminya melindungi Maria, dibelakang tubuhnya, ia juga melihat dengan jelas jika suaminya tidak mengelak, dan terlihat pasrah saat semua orang menghakiminya.

"Din" Zayn menyadarkan Dinda, ia dapat melihat sorot terluka di wajah Dinda.

Ia menatap Zayn, dan beberapa temannya yang datang di acara reuni. Mereka menatapnya denga tatapan sulit diartikan.

"Saya baik-baik saja" ujarnya lirih hampir tidak terdengar.

Saat itu juga, Davema melihat istrinya yang terdiam kaku menatapnya dengan tatapan kosong juga kecewa. Dalam hatinya, ia mengutuk dirinya sendiri dengan sumpah serapah.

Davema  menghela nafas saat beberapa temannya membantunya menenangkan orang-orang yang mengerubunginya. Davema segera meninggalkan Maria menghampiri istrinya dengan nafas memburu.

"Dinda,"

"Kita bicarakan ini di rumah" ujar Dinda meninggalkan Davema yang mau tidak mau, Davema mengikuti langkah istrinya, keluar dari restoran.

Setibanya di rumah, keduanya langsung memasuki kamar mereka. Dinda memilih duduk di ranjang, menatap sang suami yang berdiri kaku.

"Kalian benar-benar melakukannya?"

"Saya tidak tahu, kenapa Maria langsung mencium saya, demi Tuhan Dinda, saya tidak tahu kenapa hal ini bisa terjadi. Apa yang dikatakan ibu-ibu itu tidak sepenuhnya benar Din, saya tidak mungkin melakukan tindakan mesum, saya tidak mungkin melakukan itu Dinda. Kamu percaya saya kan Din?"

Dinda tersenyum miring, "dari dulu, saya selalu bilang sama kamu, Maria menyukai kamu, dan sekarang sudah terbukti kan? Ini alasan saya, kenapa saya meminta kamu menjauhi sahabat tersayang kamu".

Davema menggeleng, "Din, saya nggak tahu apa-apa, maaf saya tidak peka dengan semuanya, maafkan saya.."

Keesokan harinya, vidio penggrebekan pengunjung mengenai aksi tidak senonoh yang dilakukan Davema menyebar luas. Keluarga Maria tentu tidak terima akan hal ini. Hingga pada akhirnya, keluarga Maria meminta Davema untuk bertanggung jawab memperbaiki nama baik keluarga, dengan menikahi Maria.

"Kalian gila hah?? Saya sudah memiliku istri, saya tidak mungkin menikah lagi, saya akan bertanggung jawab, membersihkan nama baik keluarga dengan memohon maaf di hadapan publik. Saya tidak harus menikahi Maria" ujar Davema dengan nafas memburu, menatap keluarga Maria dan keluarganya satu persatu.

"Percuma saja, saya tetap ingin kamu menikahi Maria untuk memperbaiki nama baik keluarga kami" ujar Hartono-ayah Maria.

"Baik, Davema akan menikahi Maria, saya rasa, itu juga mampu memperbaiki citra keluarga kami" ujar ayah Davema membuat Davema benar-benar ingin mengutuk siapapun yang ada disini.

Lebih sialnya lagi, ia melihat Maria hanya diam tidak mengatakan sepatah katapun. Harusnya, wanita itu mengatakan yang sebenarnya. Davema tersenyum sinis saat Maria melihatnya. Rupanya, selama ini ia berteman dengan iblis.

Brengsek!

Saat itu juga, Dinda hanya mampu terdiam mendengarkan semuanya dengan tenang seolah-olah hal ini tidak menyakitinya.

"Jadi, Dinda, saya harap kamu ikhlas dengan semua ini, ini untuk nama baik keluarga kami" ujar sang ayah mertua yang tiba-tiba mengajaknya berbicara.

Dinda berdergem sejenak, "memang benar, tindakan suami saya dan Maria memang tidak dibenarkan untuk kategori sahabat. Berciuman, dan apalagi? Hampir melakukan tindakan mesum? Itu tindakan yang kurang baik, apalagi suami saya sudah menikah, dan Maria sudah memiliki kekasih. Tapi, kalau memang dengan menikahkan suami saya dan Maria nama baik keluarga kalian menjadi bersih, lakukanlah, tapi saya ingin diceraikan lebih dulu".

Bagai petir di siang bolong, Davema menayap istrinya dengan tatapan kosong. Bagaiman mungkin ia bisa menceriakan Dinda. Dia tida mungkin menceraikan orang yang ia cintai, seharusnya semua orang tahu betapa ia menggilai Dinda setengah mati.

"Nggak, Dinda, saya tidak akan pernah menceraikan kamu. Dan saya tidak akan menikahi Maria."

Dinda tersenyum kecut, sembari menikmati hatinya yang denyut nyeri. Pada akhirnya, Davema menikah dengan Maria. Tapi, ia tidak diceraikan. Anehnya, di depan publik, yang semua orang tahu, ia dan Davema telah bercerai.

Jangan tanyakan lagi bagaimana perasaan Dinda. Tentu ia sudah banyak merasakan rasa sakit yang tiada habisnya. Dan sialnya, Davema tidak melepaskannya.

Mungkin yang dinamakan, bertahan sakit. Berpisah, jauh lebih sakit.



_________________
Jangan lupa vote dan komennya.

Possesif Dema (Davema)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang